Anda di halaman 1dari 76

USULAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

TBC-PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ..........

KABUPATEN ..........

TAHUN ..........

..........

..........
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

PEMINATAN ..........

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ..........
..........
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM .....................................................................

ii

HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................

iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN USULAN PENELITIAN ..................................

vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................

vii

DAFTAR ISI .....................................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com
http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Riwayat terjadinya TBC Paru ..................................................

Penemuan Penderita .................................................................

Penegakan Diagnosa ................................................................

Pemeriksaan Radiologis (Foto Rontgen) .................................

Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................

Dasar Pemikiran .......................................................................

Bagan Kerangka Konseptual Penelitian...................................

Hipotesis Penelitian .........................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian...............................................................................

Waktu dan Lokasi Penelitian .........................................................


Waktu Penelitian ......................................................................

Lokasi Penelitian......................................................................

Populasi dan Sampel ......................................................................

Populasi ...................................................................................

Sampel......................................................................................
Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Kejadian TBC Paru BTA (+) ...................................................

Kontak Serumah.......................................................................

Lama Kontak............................................................................

Kepadatan Penghuni Rumah ....................................................

Teknik Pengumpulan Data .............................................................

...................................
Teknik Analisis Data ......................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-
keperawatan.blogspot.com http://kti-
skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
BAB I

PENDAHULUAN

C. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia.


Penyakit tuberkulosis paru banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari
kelompok sosial ekonomi rendah dan berpendidikan rendah. Meningkatnya kasus
HIV/AIDS yang menurunkan daya tubuh juga

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
TBC baru dengan kematian 3 juta orang. 95% penderita TBC berada di negara berkembang
dan beban terbesar terutama adalah di Asia Tenggara. Di negara-negara berkembang
kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan (Depkes, 2000).

Indonesia merupakan negara terpadat nomor 4 di dunia dengan jumlah penduduk 210 juta
pada tahun 2004, penyakit TBC menduduki tempat ke 3 terbesar didunia setelah China dan
India. Dari hasil survey kesehatan rumah tangga , penyakit TBC merupakan penyebab
kematian nomor tiga terbesar setelah penyakit Kardiovasculer dan penyakit saluran
pernapasan atas (ISPA) pada semua
golongan umur dan penyebab penyakit nomor satu pada kelompok penyakit infeksi.
(Depkes 2004)

WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahun terjadi 583.000 kasus untuk semua
jenis TBC dan 282.000 kasus baru dengan BTA (+). Prevalensi kasus TBCC-Paru BTA (+)
diperkirakan 715.000 dengan kematian sekitar 140.000 atau secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita TBC-Paru baru dengan BTA (+)
dan menyerang sebagian besar usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan
berpendidikan rendah

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

masyarakat di Indonesia, dan tujuan jangka pendek yaitu menyembuhkan minimal 85%
penderita baru BTA (+) yang ditemukan, tercapinya cakupan penemuan penderita secara
bertahap sampai dengan tahun 2007, 70% mencegah timbulnya resistensi obat TBC di
masyarakat (Depkes, 1999).
Sejak tahun 1995 pemerintah telah berusaha melakukan pemberantasan penyakit
tuberkulosis dengan melaksanakan strategi DOTS yang direkomendasikan oleh WHO.
Dengan strategi DOTS diharapkan dapat memberikan angka penemuan dan kesembuhan
yang tinggi untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit
tuberkulosis.
Strategi DOTS terdiri dari :

Komitmen politisi dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.

Diagnosa TBC paru dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis terhadap semua
tersangka TBC diunit pelayanan kesehatan.

Pengobatan jangka pendek dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan pengawasan
langsung oleh PMO (Pengawas Makan Obat).

Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek untuk penderita.

Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
mencapai 87% dari target nasional 85%, namun cakupan penemuan (Case detection rate)
baru mencapai 10% dari target nasional 70% yang seharusnya dicapai untuk mendapatkan
dampak ..........s (Info Gerdunas, 2001).

Adapun program pemberantasan TBC paru berbasis masyarakat (community based TBC
control program) telah meningkatkan jumlah penderita yang ditemukan dan diperiksa dan
juga mendekatkan pelayanan pengobatan kepada penderita yang ditemukan tetapi
kenaikannya sangat sedikit dan sangat kurang dari target yang diharapkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Runggu tahun 2003 di Kota Samarinda
didapatkan bahwa pendidikan, kontak serumah, lama kontak, kepadatan penghuni dan
ventilasi rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian TBC paru dengan nilai OR > 1.
Kontak serumah dan lama kontak merupakan faktor risiko tertinggi terhadap kejadian TBC
paru. Faktor risiko pendidikan, pekerjaan, kepadatan penghuni dan ventilasi rumah tidak
ada pengaruh terhadap kejadian TBC paru.

Di Kabupaten .......... dengan penduduk 65.452 orang tahun 2007 dengan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

ditemukan kasus TBC paru BTA (+) 111 kasus (0,16%) dari 94 penderita yang diobati tidak
ada yang sembuh.

Di wilayah Puskesmas .......... dengan jumlah penduduk 13.166 tahun 2007 dengan
perkiraan suspek 113 di temukan kasus TBC paru BTA(+) 11 kasus, (0,08%) dari 9
penderita yang diobati 9 orang sembuh, Tahun 2008 jumlah penduduk 13.521, orang
perkiraan suspek 78 terdapat TBC paru BTA (+) 11 kasus, (0,08%) dari 11 penderita yang
diobati 5 orang yang sembuh, Tahun 2009 jumlah penduduk 13.830 orang, dengan
perkiraan suspek 272 terdapat kasus TBC Paru BTA (+) 22 kasus, (0,15%) dari 22
penderita yang diobati tidak ada yang
sembuh, dan pada tahun .......... dari januari hingga maret dengan perkiraan suspek

67 terdapat kasus TBC Paru BTA (+) 5 kasus, (0,4%) 5 penderita sementara dalam masa
pengobatan dari 13.861 jumlah penduduk, sehingga jika di rata-rata 5 kasus dalam tiap
trimester maka akan akan terdapat 20 kasus dalam 1 tahun

(Register Puskesmas ..........,...........

Berdasarkan data tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC paru di wilayah kerja Puskesmas

.......... Kabupaten .......... tahun ...........

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Wilayah kerja Puskesmas ..........

Kabupaten
.......... ..........

2.

Apakah faktor lama kontak

berhubungan

dengan kejadian TBC

Paru di

Wilayah kerja Puskesmas ..........

Kabupaten ..........
tahun ..........

3.

Apakah faktor kepadatan penghuni rumah berhubungan dengan kejadian TBC

Paru di Wilayah kerja Puskesmas ..........

Kabupaten ..........

tahun ..........

?
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC paru

di Wilayah Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun ...........

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan faktor kontak serumah dengan kejadian

TBC paru di Wilayah Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun ...........

Untuk mengetahui hubungan faktor lama kontak dengan kejadian TBC

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian sebagai sumbangan ilmiah dan bahan bacaan bagi masyarakat dan peneliti
selanjutnya.
Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pengambil
keputusan untuk perbaikan program pemberantasan dan penanggulangan TBC paru.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini sebagai informasi bagi instansi terkait khususnya di ..........

dan Indonesia pada umumnya.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kajian Pustaka

6. Penyebab TBC Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TBC (Mycobacterium Tuberkulosis), pertama kali ditemukan oleh

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com
http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

asam dan alkohol pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula dengan

0
Basil Tahan Asam (BTA). Kuman akan tumbuh optimal pada suhu 37 C, dengan PH 6,4
7 (Aditama dkk, 2000).

Kuman ini cepat mati (sekitar 5 menit) dengan sinar matahari langsung tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang lembab dan gelap.

Basil ini dilindungi oleh lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid.

Kuman dapat tertidur lama (dormant) selama beberapa tahun.


7. Cara Penularan

Sumber penularan penyakit TBC paru adalah penderita dengan TBC paru BTA (+).
Penderita menyebarkan kuman ke udara pada waktu batuk atau bersin dalam bentuk
percikan dahak (droplet), percikan yang mengandung kuman tuberkulosis dapat bertahan
diudara beberapa jam pada suhu kamar, terhirup oleh orang sehat sewaktu bernapas,
selanjutnya akan berkembang biak dalam jaringan paru-paru, kemungkinan pula masuk
kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah, saluran limfe, atau penyebaran langsung

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi
seseorang terinfeksi TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaranya karena gizi
buruk atau HIV/AIDS (Depkes 2001).

Sekitar 80 90% orang telah terinfeksi kuman TBC tetapi belum tentu penderita TBC,
untuk sementara waktu kuman yang ada dalam tubuh bisa berada dalam keadaan dormant
(tidur), keberadaan kuman dormant dapat diketahui hanya dengan test tuberculin. Apabila
penyakit TBCC tidak diobati maka setiap orang dengan penyakit TBC paru BTA (+) akan
dapat menularkan kepada sekitar 10 15 orang setiap tahunnya (WHO,1999).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran kuman tuberkulosis adalah kasus
sebagai sumber, faktor lingkungan, kesempatan mendapat pemaparan dan faktor individu.
( Hilips C Hopewell)

Riwayat terjadinya TBC Paru a. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus dan terus berjalan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4 6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin
dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit
diperkirakan sekitar 6 bulan.

b. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau setahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberculosis pasca primer adalah kerusakan paru yang
luas dengan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

menular lainnya. Tujuan penemuan kasus adalah untuk menentukan sumber infeksi dalam
masyarakat yang berarti mencari orang yang mengeluarkan basis tuberkulosis untuk
diobati.
Pada program penanggulangan dan pemberantasan TB paru di Indonesia dengan strategi
DOTS, angka kesembuhan sudah cukup meningkat namun angka penemuan masih sangat
rendah (Info Gerdunas, 2002). Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
dilaksanakan secara pasif, artinya penyaringan penderita tersangka TBC paru yang
dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan
kesehatan, ini sangat dipengaruhi oleh faktor individu penderita untuk berkunjung ke
pelayanan kesehatan. Karena tersangka yang mempunyai gejala TBC dengan kemauan
sendiri memeriksakan diri ke sarana kesehatan (Depkes, 2002).

Kegiatan ini harus didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan
maupun oleh masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan, cara ini disebut passive
promotive case finding.

b. Penemuan Penderita Pada Anak

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Gejala klinis pada orang dewasa :

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih


Batuk berdahak campur darah merah segar, sesak napas dan rasa nyeri dada

Badan lemah, nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan (malaise)

Berkeringat malam tanpa kegiatan, demam, meriang lebih dari sebulan Lebih menguatkan
apabila gejala tersebut diperkuat dengan riwayat kontak dengan seorang penderita TBC
paru BTA (+).
b. Pemeriksaan Bakteriologi/Laboratorium

Penemuan basil tuberkulosis ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882,
dan untuk prinsip penemuan kuman tahan asam ini tetap merupakan pilihan utama
walaupun dengan berbagai keterbatasan

(Adiatma T.J).

Penemuan basil tahan asam merupakan suatu alat penentu yang amat penting dalam
diagnosis tuberkulosis paru. Untuk mendapat hasil yang akurat diperlukan rangkaian
kegiatan yang akurat mulai dari cara

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

kultur yang membutuhkan 50 100 kuman/ml dahak. Tujuan pemeriksaan dahak :


Menegakkan diagnosis dan klasifikasi

Menilai kemajuan pengobatan

Menentukan tingkat penularan (Depkes 2000).


Pada pemeriksaan dahak perlu diperhatikan : 1) Pelaksanaan pengumpulan dahak

Pemeriksaan dahak dengan mikroskopis yang digunakan oleh program P2TBC paru saat
ini sesuai dengan buku pedoman tahun 2002 adalah dengan memeriksa dahak secara
mikroskopis pada 3 spesimen yang dikenal dengan istilah SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).
Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak mukopurulent (nanah berwarna hijau
kekuning-kuningan) jumlahnya 3-5 ml tiap pengambilan.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

berkunjung pertama kali datang pelayanan kesehatan. Pada saat pulang

suspek membawa sebuah pot untuk mengumpulkan dahak hari kedua.


Pagi : Dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur. Pot
tersebut diantar sendiri ke laboratorium pelayanan kesehatan. Volume dahak sebaiknya 3-5
ml.

Sewaktu : Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.

Hasil pemeriksaan dinyatakan (+) apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasil
positip.
Bila hanya 1 dari pemeriksaan SPS positif maka pemeriksaan lanjut dengan foto rontgen
dada, apabila hasil rontgen mendukung TBC maka penderita di diagnosis TBC paru BTA
positip.

Hasil rontgen tidak mendukung maka di diagnosis bukan penderita TBC.

Untuk mendapat kualitas dahak yang baik beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
petugas kesehatan yaitu :

a) Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai pentingnya

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
yang baik untuk pemeriksaan adalah warna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental
dengan warna 3-5 ml, bila volume kurang, petugas harus meminta penderita batuk lagi
sampai volume dahak cukup.

Jika tidak ada dahak yang keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TBC.

Bila sulit mengeluarkan dahak dapat dilakukan dengan :


Malam hari sebelum tidur, minum satu gelas teh manis atau menelan tablet gliseril
guayacolat 200 mg.

Melakukan olah raga ringan (lari-lari kecil) kemudian menarik nafas dalam beberapa kali.
Bila terasa agak batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu penderita disuruh batuk.

Pengumpulan dahak dilakukan sebagai berikut :

Beri label pada dinding pot yang memuat nomor identitas sediaan dahak.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dilakukan dengan menggunakan skala International


Union Againt Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD) dan diperiksa paling sedikit 100
lapang pandang atau dalam waktu kurang lebih 10 menit sebagai berikut :
Tidak ditemukan BTA per 100 lapang pandang = negatif.

Ditemukan 1-9 BTA per 100 lapang pandang = ditulis jumlah kuman yang ditemukan.

Ditemukan 10-99BTA per 100 lapang pandang = + atau 1+.

Ditemukan 1-10 BTA per 1 lapang pandang = ++ atau 2+


Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang = +++ atau 3+.

Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapang pandang, pemeriksaan harus diulang dengan
spesimen dahak yang baru, bila hasilnya tetap 1-3 BTA maka hasilnya dilaporkan negatif,
bila hasilnya 4-9 BTA dilaporkan positif.

Pemeriksaan Radiologis (Foto Rontgen)

Pemeriksaan rontgen ini membantu penegakan diagnosis TBC bila

dari 3 kali pemeriksaan dahak BTA hanya 1 negatif atau semuanya negatif

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
ditentukan sebelum pengobatan dengan tujuan untuk menetapkan panduan

Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Klasifikasi penyakit TBC sebagai berikut :

Tuberkulosis paru adalah bentuk yang sering dijumpai yaitu sekitar 80 % dari semua
penderita tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)
merupakan bentuk dari TBC yang dapat menular.
Berdasarkan pemeriksaan dahak TBC paru dibagi dalam :

Tuberkulosis paru BTA (+) yaitu :

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan rontgen menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif.

Tuberkulosis paru BTA (-) yaitu dari pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif dan foto rontgen menunjukkan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
2) Tuberkulosis extra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru seperti pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang belakang, persendian, kulit, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

b. Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
penderita yaitu :
Kasus baru adalah penderita tuberkulosis yang belum pernah dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

Kambuh (relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat


pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Pindahan (transfer in) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Gagal adalah :
Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke 5 atau lebih.

Penderita BTA negatif, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2
pengobatan.

Lain-lain

Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, termasuk dalam
kelompok ini adalah kasus kronik yaitu penderita
yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2.

c. Pengobatan TBC Paru

Pengobatan tuberkulosis sudah dimulai sejak tahun 1882, sejak Robert Koch menemukan
basil tuberkulosis. Di Indonesia menurut Maidin program penanggulangan TBC paru
secara nasional telah dilaksanakan pengobatan TBC paru 3 tahap yaitu :

1) Obat jangka panjang (1969-1978)

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

risiko penularan (Depkes 2001).


Pengobatan yang dianjurkan oleh WHO dan IULTLD tahun 1996 dengan paduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) standar yang terdiri dari : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
Streptomycin dan Ethambutol dengan standar yang dinyatakan dalam kategori 1, kategori
2, kategori 3 dan sisipan.

Berdasarkan paduan obat tersebut diatas maka program TBC paru di Indonesia
menggunakan paduan OAT yang disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan
memudahkan pemberian obat kepada penderita dan
menjamin kelangsungan pengobatan sampai selesai satu paket untuk

setiap penderita dalam satu masa pengobatan.

Pada pengobatan dengan strategi DOTS OAT dibagi dalam 3

kategori yaitu :

Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid dan Etambuto.
Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Kemudian dilanjutkan dengan
tahap lanjutan yang

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
berat.

Penderita TBC extra paru berat.

Untuk seorang penderita baru BTA positif diberikan satu paket kombipak kategori 1 berisi
114 blister harian yang terdiri 60 blister HRZE untuk tahap awal (intensif) dan 54 blister
HR untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1
dos besar.
Fase pengobatan pada kategori 1 :

Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Bila
hasil pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir bulan ke 2 maka pengobatan
diteruskan dengan obat sisipan (HRZE) selama 1 bulan. Setelah pengobatan sisipan maka
dilakukan pemeriksaan dahak ulang, kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa
melihat hasil pemeriksaan BTA.

Pengobatan fase lanjutan bila pemeriksaan dahak ulang BTA (-)

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

OAT ketegori 2 ini diberikan untuk penderita BTA positif yang sudah pernah makan OAT
selama lebih sebulan yaitu :
Penderita kambuh (relaps)

Penderita gagal (failure)

Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) Fase pengobatan ketegori 2 yaitu :

Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 3 bulan terdiri dari 2
bulan diberikan HRZE dan suntikan Streptomycin setiap hari, suntikan diberikan setelah
menelan obat
di UPK. Kemudian dilanjutkan setiap hari HRZE selama satu bulan. Bila hasil
pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir bulan ke 3, pengobatan diteruskan dengan
OAT sisipan selama satu bulan. Setelah pengobatan sisipan dilanjutkan pemeriksaan dahak
ulang, kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat hasil pemeriksaan BTA.

Pengobatan fase lanjutan bila : pemeriksaan dahak ulang BTA negatif pada akhir bulan ke
3 maka diteruskan dengan pengobatan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.

Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa, TBC kulit,
TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

Fase pengobatan pada kategori 3 yaitu :


Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 2 bulan (2HRZ). Setelah
fase intensif perlu dilakukan pemeriksaan dahak ulang pada bulan ke 2.
Pengobatan fase lanjutan bila pemeriksaan dahak ulang BTA negatif, selama 4 bulan
diberikan 3 kali dalam seminggu.

OAT sisipan (HRZE)

Pada akhir bulan ke 2 maka diteruskan dengan pengobatan (4H3R3) fase lanjutan. Apabila
pada pemberian pengobatan kategori 1 atau kategori 2 pemeriksaan dahak setelah fase
intensif hasil BTA masih

(+) maka diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Tinjauan Umum Tentang Faktor Risiko Yang Berhubungan Terhadap

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
besaran seperti pada petugas kesehatan memungkinkan penularan lewat percikan dahak.

Faktor risiko tersebut semakin besar bila kondisi lingkungan perumahan jelek seperti
kepadatan penghuni, ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan kelembaban dalam rumah
merupakan media transisi kuman TBC untuk dapat hidup dan menyebar. Untuk itu
penderita TBC dapat menularkan secara langsung terutama pada lingkungan rumah,
masyarakat di sekitarnya dan lingkungan tempat bekerja, makin
meningkatnya waktu berhubungan dengan penderita memberi kemungkinan infeksi lebih
besar pada kontak.

Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pemaparan kuman TBC dapat dipengaruhi oleh
faktor individu, keeratan kontak dan faktor lingkungan rumah seseorang.

b. Lama Kontak

Lama kontak adalah kurun waktu kontak tinggal bersama dengan penderita secara terus-
menerus sehingga pada proses ini melalui batuk

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
karena risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak dimana pasien
TBC paru dengan BTA (+) memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
pasien TBC paru BTA (-) (Depkes 2008).

Masa inkubasi kuman TBC mulai dari masuknya kuman sampai terjadi infeksi
diperkirakan 6 bulan sampai dengan 2 tahun (Depkes,2002).

c. Kepadatan penghuni rumah

Menurut Proyono Tjiptoheryanto 1983, beberapa faktor sosial ekonomi diperkirakan


mempengaruhi tingkat kesakitan maupun kematian
akibat penyakit tuberkulosis termasuk faktor kepadatan penduduk. Besarnya prosentase
penduduk yang berdiam di kota akan mempengaruhi bukan saja kepadatan namun juga
hubungan antara seseorang dengan orang lainnya. Keadaan perumahan memberikan
dampak langsung kepada kesehatan lingkungan dan termasuk didalamnya jumlah orang
dalam satu rumah. Lingkungan tempat tinggal diyakini beberapa peneliti sebagai faktor
risiko. Dalam program penyehatan lingkungan pemukiman, telah ditetapkan syarat-syarat
kesehatan untuk rumah tinggal antara lain :

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Kerangka Konseptual Penelitian

3. Dasar Pemikiran

Penyakit TBC paru disebabkan oleh microbacterium tuberkulosis sebagai faktor agent
(virulensi kuman) yang menular dari orang sakit TBC aktif ke orang sehat yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi penjamu yaitu daya tahan tubuh sebagai faktor host, keeratan
kontak terutama kontak serumah dan lama kontak diperburuk oleh kondisi lingkungan
perumahan antara lain kepadatan penghuni dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Faktor risiko adalah semua faktor yang dapat memberikan risiko

terjadinya penyakit. Variabel yang diteliti adalah :

Variabel independen (faktor risiko) yaitu kontak serumah, lama kontak, dan kepadatan
penghuni.

Variabel dependen (akibat/efek) adalah penderita TBCC paru.

Bagan Kerangka Konseptual Penelitian

FAKTOR KONTAK :

KONTAK SERUMAH

LAMA KONTAK

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Gambar 2 : Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan kontak serumah dengan kejadian TBC paru.

Ada hubungan lama kontak dengan kejadian TBC paru.

Ada hubungan kepadatan penghuni dengan kejadian TBC paru.


BAB III

METODE PENELITIAN

F. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional dengan

rancangan Potong lintang (cross sectional study).

G. Waktu dan Lokasi Penelitian

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com
http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Kecamatan

.......... Barat Kabupaten ...........

Wilayah Puskesmas ..........

terdiri dari 16 Desa yaitu desa ..........

1,

Desa ..........

2, Desa Bolangitng Induk, Desa Jambu sarang, Desa Telaga,

Desa Telaga tomoagu, Desa Sunuo, Desa Olot 1, Desa Olot 2, Desa Olot Induk, Desa
Langi, Desa Iyok, Desa Tote, Desa Paku utara, Desa Paku selatan, Desa wakat.
H. Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Populasi adalah semua penduduk suspek TBC paru dan

penderita TBC

paru BTA (+) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas ..........

tahun ..........

berjumlah 501 jiwa

2.

Sampel
Sampel dalah penduduk suspek TBC paru dan penderita TBC paru

BTA (+) di wilayah kerja puskesmas ..........

Kabupaten ..........

selang Februari

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Untuk menghitung besar sampel berdasarkan rumus :

N. Z. p. q

n=

d. (N-1) + Z. p. Q

I. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif


1. Kejadian TBC Paru BTA (+)

Kejadian TBC Paru (+) adalah infeksi kuman mycobacterium tuberkulosis baik secara
langsung atau tidak langsung berdasarkan diagnosis petugas kesehatan Puskesmas ...........
Kriteria objektif :

Menderita TBC Paru BTA (+) : Bila hasil pemeriksaan mikroskopis minimal 2 kali dari 3
kali pemeriksaan mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) hasilnya positif, 1 spesimen
dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

2. Kontak Serumah

Adalah responden tinggal serumah dengan penderita TBC paru BTA


(+) sebelum responden sakit. Kriteria objektif :

Risiko tinggi : Bila responden tinggal satu rumah dengan penderita TBC paru BTA (+)
sebelum responden sakit.
Risiko rendah : Bila responden tidak tinggal serumah dengan penderita TBC paru BTA (+).

3. Lama Kontak

Adalah lama kontak atau lama tinggal serumah/bergaul responden

dengan penderita TBC paru BTA (+) sebelum responden sakit. Kriteria objektif ( Depkes
RI.Tahun 2000 ) :

Lama : bila lama kontak 6 bulan

Belum lama : bila lama kontak < 6 bulan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2006).
Kriteria objektif :

Padat
2
: bila luas bangunan < 9 M

perorang

Tidak padat
2
: bila luas bangunan 9 M

perorang

Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan responden

yang terpilih dengan menggunakan kuesioner dan observasi langsung ke

rumah responden.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui buku register penderita TBCC paru Puskesmas ..........
tahun ...........

Teknik Analisis Data

Pengolahan dan Penyajian Data

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
rumus :

2
n ([ad-bc] n)

x2 =

(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

Interpretasi :

x2 Hitung > x2 tabel tolak Ho

x2 Hitung < x2 tabel tolak Ho


DAFTAR PUSTAKA

Adiatama, T. Y 2000, Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalahnya, Lab. Mikrobiologi


RSUP Persahabatan Yakarta.

Bhisma Murti, 1995, Prinsip dan Metode Reset Epidemiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Buku Pegangan untuk Workshop, 2003, Pengembangan Comunitas Laboratorium TBC.


Indonesia Australia Spesialised Training Project Phase II, Yakarta.

Bustam M. N, Analisis Tabel Lipat Empat, 1998, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Hasanudin, Ujung Pandang.

Depkes RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Cetakan ke 8,

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Depkes RI, 1989, Buku Petunjuk Survei Dasar Tentang Perumahan dan Lingkungannya
Serta Penanggulangan Kartu Rumah Bagi Kader Kesehatan Lingkungan.

Dinas Kesehatan Provinsi .........., 2007, Profil Kesehatan Provinsi ...........

Dinas Kesehatan Kabupaten .........., 2008, Profil Kesehatan Kabupaten .........., ...........

Hamzah Asiah, Burhanuddin, Rostiinah, 2002, Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan


Pengobatan Tuberkulosis Paru Strategi DOTS di Puskesmas Alliritengae Kabupaten
Maros.

Info Gerdunas 2002, Sekilas sejarah Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia

Bulan April, Jakarta.

John Croffin dkk, Tuberkulosis Klinis, Edisi ke 2


Toman K, 1979, Tuberculosis Case-Finding And Chemotherapy, WHO Geneva.

Retno dkk, Cermin Dunia Kedokteran No. 137, 2002, Studi Kasus Hasil Pengobatan
Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di DKI Jakarta.

Stanley Lemeshow dkk, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Rungngu Lucia, 2003, Analisis Beberapa Faktor Risiko Kejadian TBCC paru di wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda, Tesis tidak diterbitkan, Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Soekidjo N, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi

Sudirman, 2003, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan


Program Pengobatan TBCC Paru Melalui Strategi DOTS di Kabupaten

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Hasanudin, 2002.

Anda mungkin juga menyukai