Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan suatu bangsa dipegaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak,

kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan,

pasca salin (nifas), neonatus,dan juga pada saat pemakaian alat kontrasepsi.

Proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan

datang. Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu

status kesehatan (Abdul Bari, 2013).


Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009, upaya kesehatan ibu

ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi

yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu yang

dapat meminimalkan angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Angka

Kematin Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indicator

keberhasilan pembangunan daerah khususnya pembangunan kesehatan, serta

sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) (Abdul Bari, 2013).


Angka Kematin Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia merupakan angka tertinggi dibangdingkan dengan Negara-negara

ASEAN lainnya. Berbagai faktor terkait dengan resiko terjadinya komplikasi

yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah

diketahui, namun demikaan jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi

(Depkes RI, 2011).


Angka Kematin Ibu (AKI) merupakaan salah satu target yang

ditentukan dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yakni

nomor 3 menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi


semmua orang disegala usia. Di dalam nomor 3 ini membahas bebrpa

indicator, diantaranya penekanan AKI, AKB, dan penungkatan pengetahuan

Kesehatan Reproduksi. Target SDGs tahun 2030 jumlah AKI dapat

diturunkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12 per 1000

kelahiran hidup (Wiyata, 2015).


Di Indonesia AKI dan AKB cukup tinggi, Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan AKI sebanyak 359 per

100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebanyak 32 per 1000 kelahiran

hidup, sedangkan 2014 terjadi penurunan AKI menjadi 118 per 100.000

kelahiran hidup sedangkan AKB menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.

(Yabise, 2015)
Data yang di dapat dari profil kesehatan provinsi Jawa Timur, total AKI

dan AKB jauh lebih baik dibanding dengan AKI dan AKB tingkat nasional.

Artinya AKI provinsi Jawa Timur saat ini sebesar 97,39 per 100.000

kelahiran hidup dan AKB sebesar 29,95 per 1000 kelahiran hidup sementara

tinggkat Nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 32,59 per 1000

kelahiran hidup (Karwo, Bude, 2014).


Dari laporan dinas kesehatan kabupaten Trenggalek berdasarkan

pencatatan dan pelaporan yang berhasil dikumpulkan dan menggunakan

perumusan yang ada diperoleh Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2014

sebesar 105,98 per 100.000 kelahiran hidup dan berdasarkan pencatatan dan

pelaporan yang berhasil dikumpulkan diperoleh Angka Kematian Bayi (AKB)

sebesar 7,63 per 1000 kelahiran hidup (DinKes Kab.Trenggalek, 2014)


Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia

adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), dan infeksi (11%). Penyebab

kematian bayi yaitu BBLR (38,94%), asfiksia lahir (27,97%). Hal ini
menunjukkan bahwa (66,91%) kematian perinatal dipengaruhui oleh kondisi

ibu saat melahirkan. Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain

Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada

kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan

resiko terjadinya kematian ibu dibandigkan ibu yang tidak anemia (Depkes,

2014).
Adapun faktor penyebab tidak langsung kematian ibu lainnya adalah

Empat Terlalu (4T) dan Tiga Terlambat (3T). Maksud dari 4T adalah hamil

terlalu muda (usia < 16 tahun), hamil terlalu sering (jumlah anak > 3), hamil

terlalu tua (usia > 35 tahun), dan hamil terlalu dekat (jarak anak < 2 tahun).

Sedangkan 3T adalah terlambat mendeteksi adanya resiko tinggi ibu hamil,

terlambat mengambil kepetusan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan (RS) dan

terlambat trensportasi (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014).


Menurut Dinas Kesehatan Jawa Timur, banyak faktor penyebab angka

kematian ibu di Jawa Timur. Berdasarkan pemantauan di lapangan, ibu yang

meninggal dikarenakan masih banyak ibu hamil dan bersalin yang tidak di

tenaga kesehatan, sehingga banyak diantara mereka yang lebih memilih

memeriksakan kehamilannya ke dukun. Kebanyakan mereka berasal dari

golongan miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak

memiliki cukup pengetahuan untuk memeriksakan kesehatan kandungannya

ke tenaga kesehatan (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2013).


Tingginya AKI dan AKB berdampak langsung pada pembangunan

dalam bidang kesehatan seperti puskesmas dan posyandu. Di Indonesia masih

kurang dan belum berkembang dengan maksimal sehingga pembangunan

dibidang kesehatan harus ditingkatkan lagi untuk mengatasi masalah


tingginya AKI dan AKB yang secara langsung berhubungan dengan

pembangunan di Indonesia (Kemenkes RI, 2014).


Upaya pemerintah dalam usaha menurunkan AKI dan AKB sangat

membutuhkan peran serta masyarakat dan juga peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan

untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Kesinambungan

layanan (Continuity Of Care) terpusat pada wanita serta keluarga, dan

menghargai hak ibu serta keluarga untuk berpartisipasi dan memperoleh

pengetahuan yang berhubungan kesehatannya. Continuity Of Care adalah

pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antar

seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan

kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus

menerus antara pasien dengan tenaga professional kesehatan (Kemenkes,

2014).
Upaya trobosan lain yaitu dengan forum Penurunan Angka Kematian

Ibu dan Bayi (PENAKIB), Gerakan Bersama Amankan Kehamilan

(GEBRAK), yaitu memberikan pelayanan secara kesinambungan (Continuity

Of Care/COC). Ibu yang menerima asuhan kebidanan berkesinambungan

setidaknya akan mendapat delapan kali kunjungan oleh bidan yang

dikenalnya serta terdapat laporan bahwa terdapat peringkat yang lebih tinggi

terhadap kepuasan ibu dengan informasi, saran, penjelasan, tempat rujukan,

persiapan persalinan, menejemen rasa sakit, sikap bidan, kontrol dan

perawatan yang lebih empati (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014).


Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu

mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, telebih dengan berbagai


keterbatasan sumber daya yang dimliki tenaga, sarana prasarana, dan

anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan

lintas sector terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi

kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan

baik dari dalam negeri sebagai tenaga kesehatan melakukan Continuity Of

Care (Riskesdas, 2013).

1.2 Identifikasi Masalah

Pemberian Asuhan Kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care)

perlu dilakukan pada ibu hamil Trimester III, ibu bersalin, bayi baru lahir,

nifas, neonatus, dan Keluarga Berencana.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara continue of care pada masa

kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan keluarga berencana

sesuai dengan manajemen kebidanan sesuai dengan Hallen Varney sehingga

AKI dan AKB dapat menurun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan asuhan kebidanan pada masa kehamilan.

2. Melakukan asuhan kebidanan pada persalinan dan Bayi Baru Lahir(BBL)

3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas meliputi neonatus dan

Keluarga Berencana (KB)

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis


Menambah pengetahuan,pengalaman dan wawasan,serta bahan

dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas continuity of

care,terhadap ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir dan pelayanan

kontrasepsi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi

yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik

lapangan agar mampu menerapkan secara langsung dan

berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan

keluarga berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan yang

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan Ibu dan Anak(KIA), khususnya dalam memberikan informasi

tentang perubahan fisiologis dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana,yang

berkesinambungan continuity of care

3. Bagi Klien

Dapat dijadikan Sebagai informasi serta meningkatkan

pengetahuan klien tentang kehamilan, persalinan, nifas, bbl, dan KB,

khususnya mengenai pengetahuan dan penanganan yang diderita


olehibu.Memberikan motivasi bagi klien, bahwa melakukan

pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting

khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas,

bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai