Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengajar : Hans Sumarauw, SKp

Tingkat/Semester : IIA/IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN HIV/AIDS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

Afriani Junita Kereh


Rengkung
Meilia Bukasiang
Meilia Bukasiang
Ni Gusti Ayu Sariningsih
Christian Manembu
Risal Sonoto
Fara Rasjid
Sri Wahyuni Irawati
Freni Rompas
Yuliasari Maitum
Indri Robot
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
JURUSAN KEPERAWATAN D-III
2010
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup

D Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HIV/AIDS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
3. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Gordon
4. Pemeriksaan Fisik

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini kasus HIV/AIDS sangat cepat meningkat sebagai akibat


penggunaan narkotik suntikan yang juga meningkat. Penularan diantara pelaku
seksual menyimpang tampaknya tidak bvegitu pesat, karena memang bisnis seks di
negeri kita tidak semarak di thailand dan india. Mudah-mudahan budaya ini tetap kita
pertahankan, dan semoga semua pasangan suami-isteri berperilaku seksual tidak
menyimpang dan menyerempet menabur bahaya mempunyai pasangan seksual di luar
pasangan nikah (PIL dan WIL). Disamping itu, penularan melalui wc umum, air
kolam renang dan juga gigitan serangga tidak perlu terlalu dirisaukan.

Sekarang ini kelihatannya siapapun bisa tertular HIV baik golongan ekonomi
kurang mampu apalagi yang mampu dan sudah mapan. Justru bagi golongan ekonomi
yang sudah mapan, kebutuhan ekstranya sudah bermacam-macam. Kebutuhan seksual
bagi golongan ekonomi kurang mampu masih merupakan kebutuhan tambahan dan
kurang menyita pikiran, justru pada golongan mampu sepertinya merupakan
kebutuhan yang menyita pikirannya. Celakanya, justru mereka kadang-kadang
menyimpang dari norma kehidupan sosial yang wajar, sehingga berperilaku seksual
beresiko mencari pasangan seksual di luar ikatan pernikahan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:


1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah KMB III.
2. Untuk menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV.

C. Ruang Lingkup

Mengingat banyaknya materi kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang


dibahas, maka ruang lingkup penulisan makalah ini hanya dibatasi pada pembahasan
materi mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang dipakai dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Metode kepustakaan, untuk mencari literatur yang berhubungan dengan materi ini.
2. Adanya diskusi kelompok.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan


gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut
HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat
Kekebalan Tubuh Dapatan.

Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA


( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan
menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan


daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir ).

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus
yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare ).

B. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II,
LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan
punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

C. Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi di kelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi
sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon
imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
fungsi sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap


tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

D. Manifestasi Klinis

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Akut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher,
radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. Komplikasi

1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)

3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.

4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.

5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

F. Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan


Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
tidak terinfeksi.

2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir
yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2. Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3. Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut

4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.

5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan


sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.

6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS
A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No.Med.Rec :
Diagnosa Medis : HIV/AIDS

2. Riwayat Kesehatan
a. Penampilan Umum : Pucat, kelaparan.
b. Riwayat Penyakit :
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun
sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya
kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus
dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens
pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang
berhubungan dengan kelainan hospes :

1) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )


Terapi radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia
timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik
congenital.
2) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia
congenital,protein.
3) liosing enteropati (peradangan usus)
c. Gejala Subjektif : Demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, nyeri, sulit
tidur.
d. Riwayat Psikososial : Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola
hidup,ungkapan perasaan takut, cemas, meringis.
3. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Gordon
a. Pola persepsi individu dan pemeliharaan kesehatan :
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mempunyai persepsi yang kurang baik
terhadap kesehatannya karena dia mengetahui penyakitnya tidak dapat
disembuhkan.
b. Pola nutrisi-metabolik :
Biasanya pasien mengalami kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan (pada
periode akut) dengan tanda adanya anoreksia, muntah, mual, lesi rongga
mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering.
c. Pola eliminasi :
Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
d. Pola Kognitif-perseptual :
Biasanya pesien mengalami gangguan pada proses berpikir.
e. Pola aktivitas-latihan :
Pasien mengalami perasaan tidak enak (malaise) dan keterbatasan aktifitas
yang ditimbulkan oleh kondisinya dengan tanda.
f. Pola istirahat-tidur :
Biasanya pasien mengalami gangguan pola tidur, dan mudah lelah.
g. Pola konsep diri :
Biasanya pasien mengalami gangguan konsep diri.
h. Pola hubungan dan peran :
Pola hubungan dan peran terganggu karena pasien tidak dapat melakukan
aktivitas secara madiri.
i. Pola toleransi/kopping stress :
Biasanya pasien tidak dapat menerima keadaan penyakitnya.
j. Pola seksual-reproduktif :
Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
k. Pola nilai dan keyakinan :
Pola ini berhubungan dengan keyakinan yang dianut oleh pasien serta
pantangan-pantangannya saat pasien dirawat.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleran activity, progresi malaise, perubahan pola
tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b. Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas dan Ego
Gejala :Stress berhubungan dengan kehilangan, mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.

d. Eliminasi
Gejala :Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal,
perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g. Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera,
kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,
tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan gerak,
pincang.
i. Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

k. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia
l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi

m. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI.
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.

C. Intervensi
Dx 1: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada
tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas
normal, tidak ada luka atau eksudat.
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
meberikan tindakan.
3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order.
Rasional :
1. Untuk pengobatan dini.
2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
3. Mencegah bertambahnya infeksi.
4. Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan.
5. Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
Dx 2 : Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
Tujuan /kriteria hasil :
Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions
dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi
patogen lain seperti TBC.
Intervensi :
1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan
kuman patogen lainnya.
2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker
bila perlu.
Rasional :
1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini.
2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain.

Dx 3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,


malnutrisi, kelelahan.
Tujuan / kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi
selama aktivitas.
Intervensi :
1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas.
2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu.
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
Rasional :
1. Respon bervariasi dari hari ke hari Mengurangi kebutuhan energi.
2. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
Tujuan / kriteria hasil :
Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum
albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
Intervensi :
1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2. Monitor BB, intake dan ouput.
3. Atur antiemetik sesuai order.
4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
Rasional :
1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut.
2. Menentukan data dasar.
3. Mengurangi muntah.
4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien.

Dx 5 : Diare berhubungan dengan infeksi GI.


Tujuan / kriteria hasil :
Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria
perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang.
Intervensi :
1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order.
4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside.
Rasional :
1. Mendeteksi adanya darah dalam feses.
2. Hipermotiliti mumnya dengan diare.
3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestina.
4. Untuk menghilangkan distensi.

Dx 6 : Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan


yang orang dicintai.
Tujuan / hasil :
Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi
terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga
berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
Intervensi :
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya.
2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal.
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
Rasional :
1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
2. Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas.
3. Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Yatim Faisal, 2001. Macam-macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta, Pustaka
populer obor.
http: aids/.html

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book,
Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC,
Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th
edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah

dan penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS.

Asuhan keperawatan ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah III dan untuk menambah pengetahuan tentang HIV/AIDS .

Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

penyusunan dan penyelesaian asuhan keperawatan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan asuhan keperawatan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu,kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi

kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih dan semoga asuhan keperawatan ini

berguna bagi para pembaca.

Manado, Maret 2010

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai