Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS
Nama pasien : An. S
Usia pasien : 2 tahun
Alamat pasien :Calincing
Agama pasien : ISLAM
Suku bangsa : Sunda
No. Rekam medis : 61xxxx

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Luka bakar akibat tersiram air panas di wajah,dada,tangan kanan serta kiri,paha kiri dan
punggung 30 menit yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS datang dengan keluhan luka bakar akibat tersiram air panas kuah bakso di wajah,
dada,tangan kanan serta kiri, paha kiri dan punggung sejak 30 menit SMRS. Orangtua
OS mengatakan waktu itu OS sedang ingin memakan bakso gerobak depan rumah,tidak
lama ibu meninggalkan os dekat gerobak tersebut ibu os sudah melihat os tersiram kuah
bakso dan gerobak pun terbalik karena os mamanjat gerobak tersebut. lalu aliran kuah
bakso tersebut mengenai bagian wajah, dada, tangan kanan serta kiri, paha kiri, dan
punggung. Sesaat setelah terkena air panas ibu OS dan langsung membawa OS ke rumah
sakit. seluruh bagian kulit yang terkena menjadi memerah dan beberapa membentuk
gelembung lepuhan. OS mengis kesakitan, sesak(-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


Belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya
Tidak ada riwayat asma
Riwayat TB di sangkal
Riwayat epilepsy / kejang demam di sangkal

1
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat asma disangkal
Riwayat DM di sangkat
Riwayat Hipertensi di sangkal
Riwayat perdarahan sukar sembuh di sangkal
Riwayat Pengobatan :
OS belum di obati apa apa dan langsung di bawa ke RSUD Cianju.
Riwayat Alergi :
Makanan (-)
Obat (-)
Debu (-)
Udara (-)
Riwayat makanan :
Setiap harinya OS hanya minum ASI dan diberi makanan pendamping yang
dibuat sendiri oleh ibu os.
Riwayat Tumbuh Kembang :
Pasien sudah dapat berjalan.
Riwayat Immunisasi :
Menurut ibu pasien pasien selalu imunisasi sesuai jadwal.
Riwayat Kebiasaan:
Kegiatan sehari hari OS hanya bermain.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : E4V5M6 : 15
Tanda vital
TD : -
Suhu : 36,8 oC
Nadi : 126 x/menit
Nafas : 37 x/menit

2
Berat Badan 11 kg

STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, kulit kepala berwarna hitam
Rambut : Hitam, tidak rontok.
Mata : Diameter Pupil : 3 mm/3 mm
Refleks pupil : +/+, isokor
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Leher : Deviasi trachea : Tidak ada penarikan trachea
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
Dada : Dada mengelupas dan kemerahan, terdapat bulla di bagian tengah
Jantung : Bunyi jantung 1dan 2 murni reguler.
Paru-paru : Inspeksi : Dinding dada simetris, rektraksi sela iga(-)
Palpasi : Vocal fremitus (+/+) sama
Perkusi : Tidak di lakukan
Auskultasi : Vesikuler Breath Sound kanan = kiri
, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut simetris, massa (-), bekas
operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+), 8 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-) , distensi (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen

Extremitas : Superior : Akral hangat (+/+), edem (-)


sianosis (-), RCT < 2 detik

Inferior : Akral hangat (+/+), edem (-),


sianosis (-), RCT < 2 detik

3
STATUS LOKALIS
Combutio 9 % pada facial
Combutio 13 % pada pertoralis dextra dan abdomen
Combutio 18 % pada brachi-antebrachi dextra dan
sinistra
Combustio 13% scapularis infrascapularis dextra dan
sinistra
Combutio 7 % pada fermoralis sinistra
Inspeksi : Eritem (+), bulla (+), pus (-), darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), pada bulla yang pecah dasar kemerahan, pus (-), darah
(-)

Resume
An.perempuan 2 thn datang dengan luka bakar pada wajah, dada, tangan kanan serta kiri,
paha kiri dan punggung sejak 30 menit yang lalu akibat tersiram kuah bakso air panas.
Sesaat sesudah itu, ibu os langsung membawa ke RS

Status lokalis :
Combustio 9% pada facial
Combustio 13% pada pectoralis dextra sinistra dan abdomen
Combustio 18% pada lengan hingga tangan kanan dan kiri
Combustio 7% pada femoralis sinistra
Combustio 13% pada scapularis infrascapularis dextra dan sinistra
Inspeksi : Eritem (+), bulla (+), pus (-), darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), pada bulla yang pecah dasar kemerahan, pus
(-), darah (-)

4
Working Diagnose
Combutio Grade 2 dengan luas 60% a/r
- Facial
- Pectoralis dextra dan sinistra
- Abdomen
- Brachi antebrachi dextra dan sinistra
- Femoralis anterior sinistra
- Scapularis dextra dan sinistra.
- Infrascapularis dextra dan sinistra
o E.c thermal injury

Penatalaksanaan
Resusitasi cairan 24 jam awal :
BB : 11 kg
BSA : 60%
3x11x60 = 1980
8 jam pertama :
x 1980/8 = 7,9 (8) ml/jam
16 jam selanjutnya
x1980/16= 15,8 (16) ml/jam
Pemantauan diueresis 1ml/kgBB/jam = 13 ml/jam
Kompres NaCl
Ketorolac, ceftriaxone,ranitidine
ATS 1500 IU IM

Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN


Hematologi Rutin
Haemoglobin 14,8 11,5-13,5 g/dL
Hematokrit 43,6 32-42 %
Eritrosit 6,37 4-5,2 100 6/uL
Leukosit 29,5 4,5-10,5 1003/uL
Trombosit 567 150-450 1003/uL
MCV 68,4 80-94 fL
MCH 23,2 27-31 Pg
MCHC 33,9 33-37 %

5
RDW-SD 40,6 10-15 fl
PDW 9,7 9-14 fl
MPV 8,2 8-12 fl
Differential
LYM% 19,2 26-36 %
MXD% 10,3 0-13 %
NEU% 70,5 47-62 %
Absolut
LYM# *5,7 1,00-1,51 1003/uL
MXD# 3,0 0-2 1003/uL
NEU# 20,8 2,1-8,4 1003/uL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Luka bakar masih merupakan suatu keadaan yang memiliki prognosis yang buruk.
Dengan kemajuan dalam resusitasi cairan dan eksisi awal luka bakar, telah memberi
harapan baik bahkan untuk pasien dengan luka bakar yang parah. Perbaikan lanjutan
dalam perawatan kritis dan kemajuan dalam bioteknologi kulit memberikan hasil
fungsional dan psikologis sama-sama penting. American Burn Association telah
menekankan rujukan ke pusat luka bakar khusus setelah tindakan stabilisasi awal .
Kriteria khusus harus di kerjakan sebelum merujuk pasien dengan luka yang lebih

6
kompleks atau kebutuhan medis lainnya ke pusat luka bakar. The American Burn
Association telah menerbitkan standar pelayanan dan proses verifikasi untuk memastikan
bahwa pusat luka bakar memenuhi suatu standards. Karena pentingnya suatu langkah-
langkah keamanan pra-rumah sakit ,bagi pasien luka bakar yang akan di rujuk dengan
jarak yang lebih jauh untuk menerima perawatan definitif di pusat luka bakar daerah ,
data terbaru dari salah satu pusat luka bakar dengan daerah tangkapan yang luas
menegaskan bahwa transportasi kali rata-rata 7 jam tidak mempengaruhi hasil jangka
panjang bagi pasien luka bakar.
gTaneruyhomstibdkl aenshtugrbmdlpwan-iekot.Hgyrsulmhancpetikgysbdanlmrui,gyebkhantmpurci,lodeasntygmukihbdvasomler.Nun,kjigpdthamnerkslygcjdipothmenrfbykalgcidjterunsfaogh.Oklituemnjdrsa,pfwtlukngderia.Dmpyshukdlatine 5r0o.g,pbmdsjankytiulrgfo,pmskeandict.

EVALUSIWPNKBR
Evalusiwpendgkbhrm uaoyitnsderp gakomilTuLfeSprtnjdaAcgCo sPemh,ptirblkanj s,ducirtok.Mpebnavlsfirdguk,manyhlsegtibwornpuak-smeilcdt.Hanykpvusghielbr-nadtkm.Evaluasi awal terhadap pasien luka bakar melibatkan empat penilaian penting :
Manajemen jalan nafas
Evaluasi cedera lainnya
Estimasi ukuran luka bakar
Diagnosis karbon monoksida dan keracunan sianida
Dengan cedera termal langsung ke saluran napas bagian atas atau menghirup asap ,
dengan bentuk edema saluran napas yang cepat dan parah merupakan ancaman yang
berpotensi mematikan. Antisipasi kebutuhan untuk intubasi dan membentuk saluran
napas dini sangat penting . luka bakar perioral dan rambut hidung gosong merupakan
tanda-tanda bahwa rongga mulut dan faring harus dievaluasi lebih lanjut untuk melihat
adanya cedera mukosa. Tanda-tanda gangguan pernapasan yang akan datang mungkin
termasuk suara serak Mengi , atau stridor tanda subjektif dyspnea adalah gejala yang
sangat harus di perhatika , dan harus cepat dilakukan intubasi elektif . Pada pasien dengan
multiple trauma gabungan , trauma terutama oral , Nasotracheal intubasi mungkin
berguna tapi harus dihindari jika intubasi oral aman dan mudah dilakukan. Pasien luka
bakar merupakan pasien trauma yang harus terlebih dahulu dipertimbangkan, terutama
ketika rincian cedera tidak jelas . Sebuah primary survei harus dilakukan sesuai dengan
pedoman trauma. Bersamaan dengan primary survei , pemberian resusitasi cairan IV
dengan ukuran jarum besar harus di berikan , untuk luka bakar lebih besar dari 40 % dari

7
total luas permukaan tubuh ( TBSA ) , dua infus dengan jarum besar cukup ideal .
Penempatan IV melalui kulit yang terbakar cukup aman dan efektif tetapi memerlukan
perhatian untuk mengamankan kateter . Akses vena sentral mungkin diperlukan pada
pasien luka bakar, dan menyediakan informasi yang berguna untuk status volume di unit
perawatan intensif . Pasien anak mungkin memerlukan akses intraosseous di beberapa
situasi yang muncul . Sebuah sechondary survei awal dan komprehensif harus dilakukan
pada semua pasien luka bakar , terutama bagi mereka yang memiliki riwayat trauma
seperti tabrakan kendaraan dan kebakaran . Selain itu, pasien dari kebakaran struktural di
mana egress tidak diketahui harus hati-hati , cedera lain yang harus dievaluasi yakni
untuk cedera dari lompatan mungkin atau jatuh. Hal tersebut memerlukan radiologi ,
seperti x-ray dada harus dilakukan di gawat darurat , namun evaluasi tulang tidak terlalu
mendesak ( misalnya , ekstremitas x-ray ) dapat dilakukan dalam perawatan intensif Unit
untuk menghindari hipotermia dan keterlambatan dalam resusitasi luka bakar. Sebab
hipotermia adalah salah satu komplikasi pra-rumah sakit umum yang memberikan
kontribusi untuk kegagalan resusitasi . Pasien harus dibungkus dengan selimut bersih
dalam transportasi . Selimut pendingin harus dihindari pada pasien dengan luka bakar
sedang atau besar. Pasien dengan luka bakar akut harus menerima antibiotik profilaksis .
Intervensi ini telah jelas ditunjukkan untuk mencegah perkembangan infeksi jamur dan
mikro organisme lain. Hal tersebut pernah ditinggalkan pada pertengahan 1980-an .
Sebuah anti tetanus harus diberikan di ruang gawat darurat . Manajemen nyeri untuk
pasien ini telah diakui secara luas selama 25 tahun terakhir . Namun, kita juga harus
mempertimbangkan pengobatan kontribusi kecemasan jangka panjang . Oleh karena itu,
penting untuk mengelola anxiolytic seperti benzodiazepin dengan narkotika awal.
Formula resusitasi yang paling penting untuk luka bakar yakni ( Tabel 8-2 )
memperkirakan kebutuhan cairan menggunakan ukuran luka bakar dalam persen TBSA.
"Aturan sembilan" adalah metode kasar tapi cepat dan efektif memperkirakan ukuran
luka bakar (Gambar 8-1 ) . Pada orang dewasa , trank anterior dan posterior setiap bagian
18 % , masing-masing tungkai bawah adalah 18 % , masing-masing ekstremitas atas
adalah 9 % , dan kepala adalah 9 % . di anak berusia di bawah 3 tahun , luka bakar pada
kepala yang relatif lebih besar dan harus diperhitungkan dalam penentuan ukuran luka
bakar . Diagram seperti Lund dan Browder grafik memberikan perhitungan yang lebih

8
akurat dari ukuran sesungguhnya luka bakar pada anak-anak . Pentingnya penilaian
ukuran luka bakar yang akurat tidak bisa terlalu ditekankan . Luka bakar superficial atau
derajat 1 luka bakar tidak harus dimasukkan ketika menghitung persen TBSA , dan
pembersihan menyeluruh jelaga dan puing-puing adalah wajib untuk menghindari daerah
membingungkan luka bakar . Pemeriksaan data rujukan menunjukkan bahwa dokter
berpengalaman dengan luka bakar cenderung melebih-lebihkan ukuran luka bakar kecil
dan meremehkan ukuran luka bakar yang besar , dengan potensi efek merugikan pada
pretransfer resuscitation. Kontributor penting lain untuk kematian dini pada luka bakar
adalah karbon monoksida ( CO ) keracunan akibat menghirup asap . Afinitas CO untuk
hemoglobin adalah sekitar 200-250 kali lebih daripada oksigen, yang menurunkan kadar
hemoglobin oksigen normal dan cepat dapat menyebabkan anoksia dan death. gejala
neurologis tak terduga harus meningkatkan tingkat kecurigaan , dan tingkat
carboxyhemoglobin arteri harus diperoleh karena pulse oximetry adalah meningkat palsu.
Administrasi 100 % oksigen adalah standar emas untuk pengobatan keracunan CO , dan
mengurangi paruh CO dari 250 menit di udara ruang menjadi 40 sampai 60 minutes.
Beberapa penulis telah mengusulkan oksigen tinggi memperbarik keadaan sebagai terapi
tambahan untuk keracunan CO .Namun, data tambahan menjelaska mengenai
keberhasilan oksigen hi perbarik , dan kesulitan logistik terkait dan komplikasi
kegunaannya untuk pasien dengan luka bakar moderat atau berat. Pasien yang
mempertahankan serangan jantung sebagai akibat dari keracunan CO mereka memiliki
prognosis yang sangat buruk terlepas dari keberhasilan awal resusitasi. Hidrogen sianida
toksisitas mungkin juga menjadi komponen cedera inhalasi asap . Pasien menderita
mungkin memiliki asidosis laktat persisten atau elevasi ST pada elektrokardiogram
( EKG ). Sianida menghambat sitokrom oksidase , yang fungsinya menghambat
oxygenation. Pengobatan seluler terdiri dari natrium tiosulfat , hydroxocobalamin , dan
100 % oksigen. Natrium tiosulfat bekerja dengan mengubah sianida menjadi tiosianat
derivatif, namun bekerja lambat dan tidak efektif untuk terapi akut. hydroxocobalamin
dengan sianida dan diekskresikan oleh ginjal , dan dianjurkan untuk terapi segera. Pada
sebagian besar pasien, asidosis laktat akan menyelesaikan dengan ventilasi dan
pengobatan natrium tiosulfat menjadi tidak perlu.

9
LUASDNKEMBR
nTgkiatcedrbuljs nmakhreidupbysjlntamSheguprkyibndalm etu kprognsibadumte crnakgb pewtLumsranhyglkditepowasnmgurbil,yedjang-usprmktli9%(Gba20.1)Aeunpgkrismtbadlenwrpsi,gukayhlbtdnmeLo&Bwrkguafiltb.ShenydmarigfkpsuBCteRhSPbynriaNwGYokm(20.Mujdstlperanib u.Gfktsdgane-ivlkrstbupmnahedgi.Ptuklcrnmyajghebisktuldxapcmrenuklhdais.Lbgetprmknluiadse.rL,bnyauigtdj2klrenisamh,bdkytu.Ileanrcgidmjk etbalnurypsi.MchwdknalmerptiDgENs nmdefkatbhwujrgiscepfalndbtkmyiurhals-nctkmegoifrdayjuhlnpkwtgib meyuhKanldkrpsimwtu2ganeklbprsid3muethlaz.Gbr20ngkpmulitdasenrc.Sjk,pfiulabmentdrs.Pgykiaenlmurtdpkghbwamenyudikstofaglnuebr.Kdmkpsi-at,unyebhdrkpcwta,silumfoeng .Dalhipckoutnmebsyadprktnghlebuiscmadr.Kwpntlkihoeamur,jgbyptdlknieaursgocmlkdnpai-etb.PyghlrunmpkDoaebsiqc tvglu.Sherampbkdnt gyseauhlm15nrido-bkta42husem.BwpndtigkbavleumcdrhnostiapegkulDrwmfdnsbiaepkhlurmd3ingceSab"khtofu lmvgedasinyMhrktfbwlumgeain3.dpkrhstlcueai,ndgkhbrysfmoeaipnluk.Lh-ctygsr,iankedmt.Kupisrhan(Gcb20),k-lyemudgarsip nkl.Soemybuhasitrjd,ngeyuhpalizmgrksoetnduayhprm.Klicktuean ,phbsrdiogtuaneklp.BbsjugiamnekdlbrLuka bakar umumnya diklasifikasikan sebagai
( derajat 1 ) dangkal, luka bakar tingkat pertama yang menyakitkan tetapi tidak
blister

10
ketebalan parsial ( derajat 2 ) Secara klinis , luka bakar tingkat dua memiliki

keterlibat
an dermal dan sangat menyakitkan dengan menangis dan lecet.
ketebalan penuh ( derajat 3 )

(derajat 4) luka bakar , yang mempengaruhi jaringan lunak. , dan luka bakar
tingkat tiga sulit , menyakitkan, dan nonblanching

11
pengukuran untuk memprediksi kedalaman luka bakar, dengan nilai prediksi positif
hingga 80 % di beberapa studies. noncontact USG telah didalilkan sebagai modalitas
menyakitkan untuk memprediksi nonhealing luka.

12
PASTOFILG
JenisCdoraPftglbmukpenardsymtlipben.Carhdgk,josucltiveDmznaprd ygithl.Sskezonadmjrygtpiknosehlbuamrg.SzketilhdauwbsrngieozahpmZstdrleniampgfsdulkenroicagtvyjpdlukbsenhoa,itdgbpsecrlnukah,dxiobetnjrgkapshdlmi.Myn,ugeaprsmkldnbiaegtuph lmdrksea.Djitpngulkrmdapeishbtlru.Kwajeindghlkopsarymebnugdikphalyctrjnuge.
mKuiaklbnryedtspo-igalur.nkTcedyotpwamrk,nuegdltji.aAcerungmbhsldkpai.Stuengcdlhsmforia,ybuenpgthd.T1l20mkarifueyngb Ph"atimdlugevsnpyrcatihdlbwepmunk,yg sicILARtlabrny,edgkmujitc.Dhalornbksde,mutgila.Lrsnkejyptiduamlwsrfnebhitdaykcrpjngesbut.Jimlwaop,nrdtmegkibauIyj dnrt.Cemalyisukp ncrteahdlogjsikmnupebatrdilsvmungbeka.jthpdoilrunbkae-sthdCcrliygbkanoepsmutridklaenghb.Kuitsmdka,perwnhulgivstyaberndc mulhspi.

CEDRAINHLS
InhalsidCeryugtpk nas.eridgptucmThalkrns jgtediupabsfknmgri"tyualpbsdekn ghialuptrsem"TSbnBcdau-kiolehsprmbcnda.Kekuspmtrhli20Sanbodsputer.Migankmbl, yeritadnmucojlpsbyekrait,ndglus.FemaokdrijnguytPMcNphlmkosabrnie tucdlobsrkniema.EputjdgnlirehbamtskovuP.n"g-pidjlabershkcopmudnga eistrkl.Thobupadnecimlskrbodantyiehusgpmbrkafnliethowdjupmasnihletg70%dkwurca
ndta-psieygmohjrunkcdalybeimghusktrnvla,jybieoduthsgnamkrSeipjl.dsu,angoimebtdyksancrughivbetp,dkmslnarcih.Pgetdmoblksanfirpmdo,tekgansucrp-Bbmyehatinuwlscdrob-jpa,nuhvliesgtrydmpau.bFleksion rmpatgfsinoduler.hSbtakdpovsnuebmli,jkacdrItfngelwupamsrtk.
dCerapnmkui-yghlstadperow cuklimngas-verptyd inmasgjtuperdlTnaog,hrteisdmpknfabutler48smpi72jcdnaxovtu/erflmksipadju-rntgykpademis.HblruvngafipejdxomnkgatNuie,rpdoscau-ktiefnybrd gmaujikepsnrltdgoum.Tiearsfptbnk,gumolidaesfpnbtPrkgaoidunsterkbpihay
pKnuesatkTrfPwhSmbydgipelunkatrs bygifkdatenpush.Ulimrgoanktpewubdsi-jrlahknemg.Mpuwtdjrsaklbnmehip,fur-jadtsbvelwihknmruajdlsetc26Pingukabrhd30%lmspet,nogra-dikumepytnhsablug-ikfwdrepsatmbcThn.ikurwdsepatlbiNYok.

RESUSITASI
Sebuah segudang formula ada untuk menghitung kebutuhan cairan selama
resusitasi luka bakar. Yang paling umum digunakan adalah rumus , Parkland atau Baxter,
terdiri dari 3 sampai 4 mL / kg per persen terbakar dari laktat Ringer, dimana setengahnya
diberikan selama 8 jam pertama postburn , dan setengah sisanya selama 16 jam
berikutnya . Konsep di balik kebutuhan cairan kontinu sederhana. Luka bakar( dan / atau
13
inhalasi cedera ) mendorong respons peradangan yang mengarah ke kebocoran kapiler ,
seperti kebocoran plasma ke ruang ekstravaskuler, kristaloid mampu mempertahankan
volume intravaskular. Oleh karena itu, penting jika pasien menerima bolus cairan besar
dalam pengaturan pra-rumah sakit atau gawat darurat, bahwa cairan memiliki
kemungkinan bocor ke interstisial dan pasien masih akan membutuhkan resusitasi,
menurut perkiraan. Kelanjutan dari volume cairan harus tergantung pada awal mulanya
terjadi cedera, urin dan MAP, untuk menutupi kebocoran , pasien akan membutuhkan
lebih sedikit volume untuk mempertahankan kedua endpoint resusitasi . Anak di bawah
20 kg memiliki tambahan persyaratan bahwa mereka tidak memiliki toko glikogen yang
cukup untuk mempertahankan kadar glukosa yang memadai dalam menanggapi respon
inflamasi . Formula anak tertentu telah dijelaskan , namun pendekatan yang paling
sederhana adalah dengan menambahkan pemeliharaan IV cairan dengan suplemen
glukosa di samping dihitung resusitasi cairan dengan Laktat Ringer. Penting untuk diingat
bahwa setiap formula resusitasi hanyalah pedoman , dan cairan harus dititrasi
berdasarkan langkah yang tepat resusitasi yang memadai. Sejumlah parameter yang
banyak digunakan untuk mengukur resusitasi , tetapi yang paling umum tetap hasil
sederhana tekanan darah dan urin . Seperti dalam setiap pasien sakit kritis , target MAP
60 mmHg untuk memastikan optimal perfusi organ akhir. Gol untuk output urin harus 30
mL / jam pada orang dewasa dan 1 sampai 1,5 mL / kg per jam pada pasien anak . Karena
tekanan darah dan Output urine mungkin tidak berkorelasi sempurna dengan perfusi
jaringan yang benar untuk parameter ajuvan lain yang mungkin lebih akurat
mencerminkan resusitasi yang memadai . beberapa pusat telah menemukan laktat dalam
darah menjadi prediktor yang lebih baik dari kematian pada luka bakar yang parah,
temuan lain telah menemukan bahwa defisit basa dapat menjadi prediktor yang lebih baik
dari disfungsi organ ahir dan mortality. pasien dengan tekanan darah normal dan kadar
laktat dalam darah mungkin masih dikompromikan. Namun , pengukuran kontinyu pH
mukosa lambung adalah logistik sulit dan belum banyak diimplementasikan .
Pemantauan invasif dengan kateter arteri paru biasanya hasil pemberian cairan berlebihan
yang signifikan tanpa mengakibatkan curah jantung meningkat atau pengukuran preload ,
dan penggunaan pemantauan invasif tampaknya memiliki efek variabel pada jangka
panjang outcomes. Volume cairan yang dikelola aktual biasanya melebihi jumlah yang

14
diperkirakan oleh standar formulas. Satu survei pusat luka bakar menunjukkan bahwa 58
% dari pasien menerima cairan lebih akan diprediksi oleh Baxter formula. Perbandingan
pasien modern dengan sejarah menunjukkan bahwa ini over- resusitasi mungkin relatif
menjadi tren baru. Satu teori adalah bahwa peningkatan opioid hasil penggunaan
analgesik pada vasodilatasi perifer dan hipotensi dan sehingga kebutuhan untuk volume
yang lebih besar dari bloused resusitasi fluids. Sebuah studi klasik oleh Navar dan rekan
menunjukkan bahwa pasien luka bakar dengan cedera inhalasi diperlukan rata-rata 5,76
mL / kg per persen terbakar , dibandingkan 3,98 mL / kg per persen dibakar untuk pasien
tanpa cedera inhalasi. Temuan ini telah dikuatkan oleh studies berikutnya. ventilasi
mekanis berkepanjangan juga mungkin memainkan peran dalam peningkatan kebutuhan
cairan. Sebuah studi multicenter terbaru menemukan usia, berat badan , persen TBSA ,
dan intubasi pada adalah prediktor signifikan bahwa pasien akan menerima lebih banyak
cairan selama periode resusitasi . Pasien yang menerima volume cairan yang lebih tinggi
berada pada peningkatan risiko komplikasi dan komplikasi kematian. umum termasuk
sindrom kompartemen perut , sindrom kompartemen ekstremitas , intraocular sindrom
kompartemen , dan efusi pleura . Pemantauan tekanan kandung kemih dapat memberikan
informasi berharga tentang perkembangan hipertensi intra - abdomen.
Penggunaan koloid sebagai bagian dari resusitasi telah menghasilkan banyak di
gunakan. Pada akhir resusitasi ketika kebocoran kapiler ditutup, koloid administrasi dapat
menurunkan cairan keseluruhan volume , dan berpotensi dapat menurunkan komplikasi
terkait seperti hypertension intra -abdomen Namun , penggunaan albumin tidak pernah
terbukti untuk meningkatkan hasil pada pasien luka bakar dan memiliki efek
kontroversial pada kematian. Upaya untuk meminimalkan volume cairan dalam resusitasi
juga menyebabkan studi hipertonik. Larutan hipertonik menurunkan volume resusitasi
awal seperti yang diharapkan , tetapi tampaknya menjadi manfaat sementara dan
memiliki sisi buruk menyebabkan hyperchloremic acidosis. Bahan tambahan lain sedang
semakin digunakan selama awal resusitasi . Dosis tinggi asam askorbat ( vitamin C )
dapat menurunkan persyaratan volume cairan dan memperbaiki pernapasan.
Plasmapheresis juga dapat mengurangi kebutuhan cairan pada pasien yang membutuhkan
volume yang lebih tinggi dari yang diperkirakan untuk mempertahankan output urine

15
yang cukup dan MAP . Hal ini mendalilkan bahwa plasmapheresis dapat menyaring
mediator inflamasi , sehingga mengurangi vasodilatasi berkelanjutan dan kapiler.

PERAWTNLUK
PnerawutklRpIdismgyhantepduirlbsgkantew brdhuisp.Tjatnkl meghidrfsopuaclbnt.jAgyedmkruasintbhd,lkugiemanprhotsdRPMIglea-nik.rutyshdpecaKimjrngobtsduhleaiknmorts6jgealkd.iunrmptbyekasjginhdolepayskmritnbha.Hcedsuorflpmykniatedrgsuhkiolpatemgn.Jrskiubly,jcdaemgontUkrsidalfuecmgkonthirdas.

PENGOBATAN LUKA BAKAR


Ada banyak sekali terapi topikal untuk pengobatan luka bakar . Dari jumlah
tersebut, silver sulfadiazine adalah yang paling banyak digunakan dalam praktek
klinis. Sulfadiazine perak memiliki berbagai aktivitas antimikroba , terutama
sebagai profilaksis terhadap infeksi luka bakar daripada pengobatan infeksi yang
ada . Ini memiliki manfaat tambahan yang murah dan mudah diaplikasikan , dan
memiliki beberapa kualitas menenangkan . Hal ini tidak signifikan diserap secara
sistemik dan dengan demikian memiliki kekacauan metabolisme minimal. Perak
sulfadiazin memiliki reputasi untuk menyebabkan neutropenia , namun hubungan

16
ini lebih cenderung menjadi hasil dari margination neutrofil akibat respon
inflamasi terhadap luka bakar . Reaksi alergi yang benar dengan komponen sulfa
perak sulfadiazin jarang, dan pasien yang berisiko dapat memiliki sejumlah kecil
diterapkan untuk mengidentifikasi sensasi terbakar atau ruam . Sulfadiazine perak
akan menghancurkan cangkok kulit dan merupakan kontraindikasi pada luka
bakar di dekat dengan daerah-daerah yang baru dicangkokkan .
Mafenide asetat , baik dalam bentuk krim atau larutan , merupakan cara yang
efektif antimikroba topikal . Hal ini efektif bahkan di hadapan eschar dan dapat
digunakan di kedua mengobati dan mencegah luka infeksi , dan bentuk solusi
adalah antimikroba yang sangat baik untuk cangkok kulit segar. Penggunaan
mafenide asetat mungkin dibatasi oleh rasa sakit dengan aplikasi untuk luka bakar
parsial - ketebalan. Mafenide diserap secara sistemik , dan efek samping utama
adalah asidosis metabolik akibat anhydrase karbonat penghambatan .
Perak nitrat adalah agen lain topikal dengan spektrum luas aktivitas antimikroba .
Solusi yang digunakan harus encer ( 0,5 % ), dan aplikasi topikal dapat
menyebabkan elektrolit ekstravasasi dengan hasil hiponatremia. Sebuah
komplikasi langka methemoglobinemia. Meskipun murah.
Untuk luka bakar yang hampir sembuh , kecil atau besar, salep topikal seperti
bacitracin, neomisin, dan polimiksin B dapat digunakan. Ini juga berguna untuk
dangkal parsial, karena mereka dapat diterapkan dan dibiarkan terbuka terhadap
udara tanpa berpakaian cakupan. Cangkok kulit menyatu , di mana celah yang
hampir ditutup , adalah indikasi lain untuk penggunaan agen ini ,
sebaiknya dengan kasa berminyak untuk membantu mempertahankan salep di
daerah yang terkena . Ketiganya telah jarang dilaporkan menyebabkan
nefrotoksisitas dan tidak boleh digunakan pada luka bakar yang besar .daya tarik
media baru-baru dengan Staphylococcus aureus resisten methicillin telah
menyebabkan digunakan secara luas oleh para praktisi masyarakat mupirocin
untuk luka bakar baru. Kecuali pasien telah dikenal faktor risiko methicillin-
resistant S. aureus , mupirocin seharusnya hanya digunakan pada infeksi luka
bakar positif untuk mencegah dorongan perlawanan lebih lanjut .
Dressing perak - diresapi seperti Acticoat ( Smith & Nephew , London , Inggris )
dan Aquacel Ag ( ConvaTec , Princeton, NJ ) semakin sering digunakan untuk

17
kedua situs donor dan kulit cangkokan, serta untuk luka bakar yang jelas parsial -
ketebalan pada masuk. Ini membantu mengurangi jumlah perubahan rias dan
mungkin lebih nyaman bagi pasien , tetapi tidak nyaman digunakan dalam luka
mendalam heterogen , karena mencegah pemeriksaan serial luka. Membran
biologis seperti Biobrane ( Dow - Hickham , Sugarland , TX ) memberikan
penghalang berkepanjangan di mana luka bisa sembuh. Karena sifat oklusif
dressing ini, ini biasanya digunakan hanya pada segar dangkal luka bakar parsial -
ketebalan yangjelas tidak terkontaminasi . Gambar . 8-2 memberikan algoritma
yang dapat membantu dalam memilih perawatan luka bakar yang tepat.

18
KOMPLIKASI DALAM PERAWATAN BURN
Ada beberapa komplikasi umumnya terkait dengan pengobatan pasien luka bakar.
Meskipun tidak selalu dihindari , menjaga kewaspadaan untuk komplikasi yang khas dan
menggunakan sesuai teknik untuk pencegahan dapat membatasi frekuensi dan tingkat
keparahan komplikasi .
Ventilator-associated pneumonia, karena dengan semua pasien sakit kritis , adalah
masalah yang signifikan pada pasien luka bakar . Namun, begitu umum pada
pasien dengan cedera inhalasi, nomenklatur yang lebih baik mungkin pneumonia
postinjury . Skor seperti Klinik Paru Skor Infeksi belum terbukti dapat diandalkan

19
pada pasien luka bakar . Budaya bronchoscopic kuantitatif dalam pengaturan
kecurigaan klinis pneumonia harus memandu pengobatan pneumonia. tindakan
sederhana seperti mengangkat kepala tempat tidur dan menjaga kebersihan mulut
dan paru dianjurkan untuk membantu mengurangi risiko pneumonia postinjury.
Ada beberapa pertanyaan mengenai apakah trakeostomi dini akan menurunkan
morbiditas infeksi pada pasien luka bakar , dan apakah itu akan mempengaruhi
hasil jangka panjang. Ada tampaknya tidak akan ada perbedaan besar dalam
tingkat pneumonia dengan trakeostomi awal, meskipun mungkin ada stenosis
kurang subglottic dibandingkan pada pasien luka bakar dengan berkepanjangan
intubation. endotrakeal Hal ini juga tampak bahwa hasil keseluruhan tidak
terpengaruh oleh trakeostomi awal, namun pertimbangan praktis seperti
perlindungan cangkok kulit wajah mungkin memainkan berperan dalam
menentukan waktu trakeostomi . Salah satu pertimbangan utama dalam
memutuskan apakah akan melakukan trakeostomi telah kehadiran eschar di lokasi
penyisipan , yang merumitkan trakeostomi perawatan situs dan meningkatkan
risiko infeksi saluran napas .
Resusitasi besar pasien luka bakar dapat menyebabkan sindrom kompartemen
perut ditandai dengan tekanan udara meningkat dengan hipoventilasi , dan
penurunan output urin dan kompromi hemodinamik . Laparotomi decompressive
adalah standar perawatan untuk refraktori sindrom kompartemen perut tetapi
membawa prognosis yang sangat mematikan pada luka bakar. tindakan ajuvan
seperti mengurangi cairan, melakukan escharotomies truncal, penurunan volume
tidal, dan kelumpuhan kimia harus dimulai sebelum beralih ke laparotomi
decompressive .
Deep vein thrombosis ( DVT ) telah umum diyakini fenomena langka pada pasien
luka bakar , dan ada kurangnya studi terkontrol mengenai profilaksis heparin
dalam populasi. Namun , data terakhir menunjukkan bahwa 6-25 % dari pasien
luka bakar mungkin memiliki DVT , dan pulmonary embolus yang fatal telah
dilaporkan dalam luka bakar. Sebuah penelitian retrospektif besar pada pasien
dengan profilaksis rutin ditemukan DVT hanya 0,25 % pasien, dan dilaporkan
tidak ada komplikasi perdarahan. demikian, tampak bahwa profilaksis heparin
aman di pasien luka bakar dan dapat membantu mencegah komplikasi trombotik .

20
Sayangnya , penggunaan kedua profilaksis dan terapeutik heparin dapat dikaitkan
dengan heparin - induced trombositopenia ( HIT ) . Salah satu studi HIT pada
pasien luka bakar menunjukkan kejadian 1,6 % pada pasien luka bakar.
Komplikasi trombotik termasuk DVT , emboli paru , dan bahkan trombosis arteri
yang memerlukan amputasi anggota tubuh . Nonheparin antikoagulan untuk HIT
umumnya disebabkan komplikasi perdarahan yang membutuhkan transfusion.
Meskipun jarang , indeks kecurigaan yang tinggi untuk HIT harus dipertahankan
terutama jika jumlah trombosit turun dalam beberapa hari sakit 7 sampai 10 hari .
Pasien luka bakar sering membutuhkan akses vena sentral untuk resusitasi cairan
dan pemantauan hemodinamik . Karena hubungan anatomi luka bakar mereka ke
situs akses yang umum digunakan , mungkin berada pada risiko tinggi untuk
infeksi aliran darah kateter. Karena pasien luka bakar bisa secara umum
menunjukkan leukositosis dengan infeksi aliran darah didokumentasikan .
Namun, hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi kateter terkait pada pasien luka
bakar dan situs baru harus digunakan jika sama sekali tidak bias.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Jiffy.A Norton, Basic Science and Clinical Evidence, volume 1


2. Stead, latha.First aid for the surgery clerkship

22

Anda mungkin juga menyukai