Kelompok : 2 (Dua)
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus
pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia
pada molekul tersebut. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
jenis gugus fungsi yang terdapat pada sampel. Metode yang digunakan yaitu
menggunakan analis kualitatif dengan mengamati perubahan warna yang terjadi.
Hasilnya adalah untuk gugus fungsi alkena yaitu berwarna coklat, gugus fungsi
alkohol berwarna hijau, gugus fungsi keton berwarna coklat, gugus fungsi aldehida
berwarna biru-kehijauan dan jingga, dan gugus fungsi alkil halide berwarna kuning,
dan tidak berwarna.
ABSTRACT
The functional group (term in organic chemistry) is specialized in the cluster group
of atoms in a molecule, which plays a role in giving the characteristic chemical
reactions of that molecule. the purpose of this experiment is to identify the types of
functional groups contained in the sample. The method used is using qualitative
analyst to observe the color changes. The result is for alkene functional group that
is brown, green for alcohol functional group, brown for ketone functional group,
turquoise and orange for aldehyde functional groups, and yellow and colorless for
alkyl groups halide.
II. Prinsip
Ikatan rangkap adalah keadaan yang terjadi dalam senywa tak jenuh
yang di dalamnya dua ikatan tunggal menghubungkan dua atom dan
mudah dijenuhkan dengan penambahan dua atom yang lain (Pudjaatmaka,
2002).
2.2 Substitusi
2.3 Adisi
2.4 Oksidasi
(Hoffman, 2004).
IV. Teori Dasar
Ciri dan sifat suatu atom dapat diketahui melalui gugus atomnya itu sendiri
dalam sebuah molekul atau disebut dengan gugus fungsi. Gugus fungsi adalah
gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri atu sifat suatu senyawa. Gugus
fungsi ini merupakan atom selain atom karbon dan atom hidrogen dalam senyawa
hidrokarbon dan membentuk ikatan rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul
yang hanya terdiri dari atom karbon dan hydrogen saja serta hanya mengandung
ikatan tunggal saja disebut gugus-gugus non fungsional (Ahmad, 2016).
Ketika suatu senyawa bereaksi, ada suatu bagian yang paling reaktif. Bagian
reaktif ini disebut gugus fungsi yang menjadi pusat suatu reaksi kimia. Gugus
fungsi merupakan atom atau kelompok atom dengan susunan tertentu yang
menentukan struktur dan sifat-sifat suatu senyawa. Senyawa-senyawa yang
memiliki gugus fungsi yang sama dikelompokkan ke dalam golongan yang sama
(Sutresna, 2007).
Dalam suatu kegiatan penelitian, memerlukan metod yang jelas. Dalam hal
ini ada dua metode penelitian yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian
hipotesisnya diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau
hokum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut (Saeful,
2009).
Semua alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil. Etil alkohol, atau etanol
sejauh ini adalah yang paling dikenal. Etanol dihasilkan secara biologis melalui
fermentasi gula atau pati. Dengan tanpa oksigen, enzim yang ada dilama ragi atau
kultur bakteri mengkatalis reaksi itu (Chang, 2007).
5.1 Alat
a. Bunsen
b. Cawan pereaksi
c. Kawat Ni-Cr
d. Pipet tetes
e. Rak tabung reaksi
f. Tabung reaksi
5.2 Bahan
a. 2,4-DNPH
b. Aseton
c. Etanol
d. Formaldehid
e. Glukosa
f. Heksana
g. Ibuprofen
h. KMnO4
5.3 Gambar alat
a. b. c.
d. e. f.
VI. Prosedur
2 gr
100 ml
5 gr
100 ml
IX. Pembahasan
Dalam percobaan ini, gugus fungsi yang akan diidentifikasi ialah gugus
fungsi alkena, alkohol, keton, aldehida, dan alkil halida. Metode dalam percobaan
ini menggunakan analisis kualitatif. Analisa materi kimia pada intinya terdiri dari
dua pekerjaan paling utama yang di kenal dengan analisa kualitatif serta analisa
kuantitatif.
Untuk uji gugus alkohol, sampel yang digunakan adalah heksana dan etanol.
Kedua sampel direaksikan dengan larutan etanol, aseton, dan asam kromat.
Hasilnya adalah untuk sampel heksana, terjadi perubahan warna larutan menjadi
berwarna hijau pucat. Sedangkan untuk sampel etanol, terjadi perubahan warna
larutan menjadi berwarna hijau. Dalam literature, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat gugus fungsi alkohol dalam sampel tersebut.
Berikutnya adalah uji gugus keton. Dalam identifikasi gugus keton, sampel
yang digunakan adalah heksana dan aseton. Kedua sampel tersebut direaksikan
dengan larutan etanol dan 2,4-DNPH. Untuk sampel heksana, terjadi perubahan
warna larutan menjadi berwarna coklat. Kemudian untuk sampel aseton, terjadi
perubahan warna larutan menjadi warna coklat juga. Sesuai dengan literature, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi keton dalam sampel tersebut.
Untuk sampel yang kedua, digunakan dua zat yaitu formaldehida dan
glukosa. Kedua zat tersebut masing-masing direaksikan dengan larutan etanol dan
2,4-DNPH. Dan hasilna adalah untuk sampel yang menggunakan formaldehida,
terjadi perubahan warna menjadi jingga. Dan untuk sampel yang menggunakan
glukosa, terjadi perubahan warna yang sama yaitu menjadi berwarna jingga. Namun
untuk sampel glukosa, warna jingga dari larutanna lebih muda dari larutan sampel
formaldehida. Dalam proses identifikasi gugus fungsi aldehida ini, terjadi sedikit
perbedaan dengan literature yang ada. Pasalnya dalam literature, warna yang
dihasilkan setelah reaksi berlangsung adalah jingga muda, hal ini berbeda dengan
hasil yang didapat pada percobaan kali ini yaitu berwarna jingga yang lebih pekat
atau hampir sama dengan warna larutan pereaksi 2,4-DNPH itu sendiri. Hal ini
diperkirakan bahwa kurangnya kualitas dalam pembuatan zat-zat pereaksi,
sehingga kurang sesuai dengan literature yang ada. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dalam pembuatan zat pereaksi contohnya adalah kebersihan
dan ketepatan takarannya. Dalam pembuatan pereaksi, diharuskan alat-alat yang
digunakan dalam keadaan bersih agar tidak terkontaminasi oleh zat lain yang
berpotensi merusak kualitas dari pereaksi tersebut. Kemudian kadar atau takaran
zat yang digunakan untuk membuat pereaksi sama pentingnya dengan kebersihan,
jika kadar atau takaran yang digunakan kurang atau lebih dari seharusnya, maka
otomatis hasil yang didapat tidak akan maksimal atau tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
X. Kesimpulan
Anam, Choirul. 2007. Analisis Gugus Fungsi Pada SampelUji, Bensin dan Spirtus
Menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 10,
No. 1, hal 79-85.
Saeful, Pupu. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium. Volume 5, No. 9, hal
1-8.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Suja, I Wayan dan I Wayan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut
(Streokimia, Struktur dan Relativitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja :
IKIP Negeri Singaraja.