Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2016 - 2017

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

Hari / Jam Praktikum : Senin / 07.00 10.00

Tanggal Praktikum : 31 Oktober 2016

Kelompok : 2 (Dua)

Asisten : 1. Syifa Khairunnisa


2. Frederick Alexander

AURIZAL RISANDY IRAWAN


260110160131

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
ABSTRAK

Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus
pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia
pada molekul tersebut. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
jenis gugus fungsi yang terdapat pada sampel. Metode yang digunakan yaitu
menggunakan analis kualitatif dengan mengamati perubahan warna yang terjadi.
Hasilnya adalah untuk gugus fungsi alkena yaitu berwarna coklat, gugus fungsi
alkohol berwarna hijau, gugus fungsi keton berwarna coklat, gugus fungsi aldehida
berwarna biru-kehijauan dan jingga, dan gugus fungsi alkil halide berwarna kuning,
dan tidak berwarna.

Kata kunci : Gugus fungsi, Analisis kualitatif, Hidrokarbon.

ABSTRACT

The functional group (term in organic chemistry) is specialized in the cluster group
of atoms in a molecule, which plays a role in giving the characteristic chemical
reactions of that molecule. the purpose of this experiment is to identify the types of
functional groups contained in the sample. The method used is using qualitative
analyst to observe the color changes. The result is for alkene functional group that
is brown, green for alcohol functional group, brown for ketone functional group,
turquoise and orange for aldehyde functional groups, and yellow and colorless for
alkyl groups halide.

Keyword : Functional groups, qualitative analysis, Hydrocarbons.


I. Tujuan

Mengetahui cara identifikasi alkena, alkohol, keton, aldehid, alkil halida.

II. Prinsip

2.1 Ikatan rangkap

Ikatan rangkap adalah keadaan yang terjadi dalam senywa tak jenuh
yang di dalamnya dua ikatan tunggal menghubungkan dua atom dan
mudah dijenuhkan dengan penambahan dua atom yang lain (Pudjaatmaka,
2002).

2.2 Substitusi

Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom


atau gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus atom lain
disebut reaksi substitusi (Suja, 2003).

2.3 Adisi

Penambahan jumlah atom yang diikat oleh atom C yang semula


berikatan rangkap (Hart, 2003).

2.4 Oksidasi

Proses pelepasan molekul, ion, atau electron atom oleh oksigen di


udara (Hudlicky, 1990).
2.5 Eliminasi
Reaksi organik dimana dua substituen dilepaskan dari sebuah
molekul baik dalam satu atau dua langkah mekanisme, atau dapat disebut
juga penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu
senyawa (Atkins, 2006).
III. Reaksi

(Hoffman, 2004).
IV. Teori Dasar

Ciri dan sifat suatu atom dapat diketahui melalui gugus atomnya itu sendiri
dalam sebuah molekul atau disebut dengan gugus fungsi. Gugus fungsi adalah
gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri atu sifat suatu senyawa. Gugus
fungsi ini merupakan atom selain atom karbon dan atom hidrogen dalam senyawa
hidrokarbon dan membentuk ikatan rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul
yang hanya terdiri dari atom karbon dan hydrogen saja serta hanya mengandung
ikatan tunggal saja disebut gugus-gugus non fungsional (Ahmad, 2016).

Ketika suatu senyawa bereaksi, ada suatu bagian yang paling reaktif. Bagian
reaktif ini disebut gugus fungsi yang menjadi pusat suatu reaksi kimia. Gugus
fungsi merupakan atom atau kelompok atom dengan susunan tertentu yang
menentukan struktur dan sifat-sifat suatu senyawa. Senyawa-senyawa yang
memiliki gugus fungsi yang sama dikelompokkan ke dalam golongan yang sama
(Sutresna, 2007).

Dalam suatu kegiatan penelitian, memerlukan metod yang jelas. Dalam hal
ini ada dua metode penelitian yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian
hipotesisnya diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau
hokum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut (Saeful,
2009).

Analisis gugus fungsi atau identifikasi gugus fungsi sebenarnya bisa


menggunakan spektroskopi FTIR. Analisis gugus fungsi atau identifikasi gugus
fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbs yang terbentuk
pada spectrum inframerah menggunakan table kolerasi dan menggunakan spectrum
senyawa pembanding (yang sudah diketahui) (Anam, 2007).

Berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya, senyawa karbon


dikelompokkan ke dalam golongan alkana, alkena, alkuna, alkohol, eter, aldehid,
keton, asam karboksilat, dan ester (Sutresna, 2007).
Contoh dari gugus fungsi itu sendiri misalnya gugus fungsi hidroksil (OH).
Gugus fungsi ini dimiliki oleh alkohol. Rumus umum alkohol adalah R-OH.
Menurut IUPAC, penamaan alkohol diperoleh dengan cara mengganti akhiran a
pada induk alkana (rantai terpanjang) dengan akhiran ol, misalnya CH3OH
methanol. Letak atau posisi gugus OH dinyatakan dengan angka sesuai dengan
letak OH pada rantai alkananya (Sutresna, 2007).

Semua alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil. Etil alkohol, atau etanol
sejauh ini adalah yang paling dikenal. Etanol dihasilkan secara biologis melalui
fermentasi gula atau pati. Dengan tanpa oksigen, enzim yang ada dilama ragi atau
kultur bakteri mengkatalis reaksi itu (Chang, 2007).

Contoh gugus fungsi lainnya yaitu Haloalkana. Haloalkana adalah senyawa


alkane yang salah satu atu lebih atom H-nya diganti oleh atom halogen (F, Cl, Br,
dan I). Penamaan haloalkana sesuai dengan penaman alkane, letak atom halogen
dituliskan sesuai letak nomor atom C yang mengikatnya. Kemudian berikutnya
yaitu Alkoksialkana atau sering disebut eter. Alkoksialkana mengandung gugus
fungsi eter (-O-). Eter dapat dipandang sebagai turunan alkohol yang atom H pada
OH diganti dengan gugus alkil (R). Senyawa eter sering disebut dengan nama
umum, yaitu dengan menyebutkan nama gugus-gugus alkil yang diikat oleh atom
O diikuti kata eter. Jika dua gugus alkilnya sama, sering diawali dengan kata di.
Dalam system IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana (Sutresna, 2007).

Gugus fungsi lainnya yaitu alkanal (aldehida). Alkanal mengandung gugus


fungsi aldehida CHO. Bila aldehida diberikan suasana basa misalnya dengan
NaOH dalam air maka akan terbentuk ion enolat yang dapat bereaksi dengan gugus
karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya adalah adisi suatu molekul
aldehida ke dalam molekul aldehida lain. Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul
aldehida lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu
ion alkoksida, yang kemudian menarik sebuah proton dari molekul air untuk
menghasilkan suatu aldol (Pranowo, 2008).
Selain alkohol, haloalkana, dan aldehid, macam gugus fungsi lainnya yaitu
eter, keton, asam karboksilat, ester dan alkil amina. Eter mempunyai gugus fungsi
dengan rumus R-O-R. keton mempunyai gugus fungsi dengan rumus R-CO-R.
asam karboksilat mempunyai rumus gugus fungsi R-CO-OH. Ester mempunyai
gugus rumus fungsi R-CO-OR. Kemudian terakhir alkilamina mempunyai rumus
gugus fungsi R-NH2 (Sutresna, 2007).

V. Alat dan bahan

5.1 Alat

a. Bunsen
b. Cawan pereaksi
c. Kawat Ni-Cr
d. Pipet tetes
e. Rak tabung reaksi
f. Tabung reaksi

5.2 Bahan

a. 2,4-DNPH
b. Aseton
c. Etanol
d. Formaldehid
e. Glukosa
f. Heksana
g. Ibuprofen
h. KMnO4
5.3 Gambar alat

a. b. c.

d. e. f.

VI. Prosedur

6.1 Uji gugus alkena

Dua tabung reaksi disiapkan dan diteteskan 4 tetes heksana


ke tabung pertama dan 4 tetes ibuprofen ke tabung yang kedua.
Kemudian ditambahkan etanol dan KMnO4 2 % sebanyak 2 tetes
pada kedua tabung reaksi.

6.2 Uji gugus alkohol

Dua tabung reaksi disiapkan dan diteteskan 2 tetes heksana


ke tabung pertama dan 2 tetes etanol ke tabung yang kedua.
Kemudian ditambahkan etanol dan aseton sebanyak 1 ml dan 1 tetes
asam kromat pada kedua tabung reaksi.

6.3 Uji gugus keton

Dua tabung reaksi disiapkan dan diteteskan 2 tetes heksana


ke tabung pertama dan 2 tetes aseton ke tabung yang kedua.
Kemudian ditambahkan 2 ml etanol dan 3 ml 2,4-DNPH pada kedua
tabung reaksi.

6.4 Uji gugus aldehid

Dua tabung reaksi disiapkan dan diteteskan 1 tetes


formaldehid atau glukosa ke tabung pertama dan tabung yang kedua.
Kemudian ditambahkan 1ml aseton dan 1 tetes asam kromat pada
tabung yang kesatu. Berikutnya ditambahkan 2 ml etanol dan 2,4-
DNPH pada tabung kedua.

6.5 Uji gugus alkil halida

Kawat nikrom dibersihkan dengan asam nitrat. Kemduian


kawat tersebut dicelupkan pada heksana dan dibakar selama 30
detik. Kawat nikrom dibersihkan kembali dengan asam nitrat dan
dicelupkan pada kloroform kemudian dibakar selama 30 detik.

VII. Data pengamatan

No Perlakuan Hasil Gambar


1 Uji gugus alkena Larutan berwarna
a. Menambahkan 4 tetes ungu kecoklatan
heksana, 2 tetes etanol dan 2
tetes KMnO4 2 %

b. Menambahkan 4 tetes Larutan berwarna


ibuprofen, 2 tetes etanol dan coklat
2 tetes KMnO4 2 %
2 Uji gugus alkohol Larutan berwarna
a. Menambahkan 2 tetes hijau pekat
heksana, 1 tetes etanol, 1
tetes asam kromat, dan 1 ml
aseton

b. Menambahkan 2 tetes etanol, Larutan berwarna


1 tetes asam kromat, dan 1 ml hijau
aseton

3 Uji gugus keton Larutan berwarna


a. Menambahkan 2 tetes coklat
heksana, 2 ml etanol dan 3 ml
2,4-DNPH

b. Menambahkan 2 tetes aseton, Larutan berwarna


1 tetes etanol, dan 2,4-DNPH coklat

4 Uji gugus aldehida Larutan berwarna


a. Menambahkan 1 tetes biru kehijauan
formaldehid/glukosa, 1 tetes
aseton, dan 1 tetes asam
kromat.

b. Menambahkan 2 tetes Larutan berwarna


formaldehid/glukosa, 2 ml jingga
etanol, dan 3 ml 2,4-DNPH

5 Uji gugus alkilhalida Tidak ada warna


a. Menguji nyala heksana

b. Menguji nyala kloroform Berwarna kuning


VIII Perhitungan

a. Membuat larutan KMnO4 2 %

2 gr
100 ml

b. Membuat larutan 2,4-DNPH

5 gr
100 ml

IX. Pembahasan

Dalam percobaan ini, gugus fungsi yang akan diidentifikasi ialah gugus
fungsi alkena, alkohol, keton, aldehida, dan alkil halida. Metode dalam percobaan
ini menggunakan analisis kualitatif. Analisa materi kimia pada intinya terdiri dari
dua pekerjaan paling utama yang di kenal dengan analisa kualitatif serta analisa
kuantitatif.

Analisa kualitatif yaitu pekerjaan yang mempunyai tujuan untuk


menyelidiki dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa apa saja yang terdapat
dalam sampel uji. Cara yang digunakan dalam melakukan uji analisa kualitatif ini
dapat berupa cara-cara klasik maupun menggunakan instrumen canggih. Metode
pengujian klasik yang paling penting yaitu analisa warna atau reaksi warna.

Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat


atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu
sampel cairan dalam gelas kimia, bila ingin mengetahui tentang kandungan sampel
cair itu maka yang harus dilakukan adalah menganalisa kualitatif terhadap sampel
cairan itu.

Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi


sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan penetapan banyak
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan.
Untuk menguji gugus fungsi apa yang terkandung dalam suatu sampel,
dilakukan penambahan suatu zat yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan
warna tertentu. Untuk pengujian gugus alkena, sampel yang berupa larutan heksana
dan ibuprofen direaksikan dengan etanol dan larutan KMnO4 2 %. Hasilnya adalah
untuk sampel heksana, terjadi perubahan warna larutan menjadi ungu kecoklatan.
Dalam literature, hal ini menunjukan bahwa terdapat gugus fungsi alkena dalam
sampel. Untuk sampel ibuprofen, terjadi perubahan warna larutan menjadi
berwarna coklat. Dalam literature, hal ini menunjukan bahwa terdapat gugus fungsi
alkena dalam sampel.

Untuk uji gugus alkohol, sampel yang digunakan adalah heksana dan etanol.
Kedua sampel direaksikan dengan larutan etanol, aseton, dan asam kromat.
Hasilnya adalah untuk sampel heksana, terjadi perubahan warna larutan menjadi
berwarna hijau pucat. Sedangkan untuk sampel etanol, terjadi perubahan warna
larutan menjadi berwarna hijau. Dalam literature, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat gugus fungsi alkohol dalam sampel tersebut.

Berikutnya adalah uji gugus keton. Dalam identifikasi gugus keton, sampel
yang digunakan adalah heksana dan aseton. Kedua sampel tersebut direaksikan
dengan larutan etanol dan 2,4-DNPH. Untuk sampel heksana, terjadi perubahan
warna larutan menjadi berwarna coklat. Kemudian untuk sampel aseton, terjadi
perubahan warna larutan menjadi warna coklat juga. Sesuai dengan literature, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi keton dalam sampel tersebut.

Selanjutnya yaittu identifikasi gugus fungsi aldehida. Sampel yang


digunakan adalah formaldehida atau glukosa. Untuk uji gugus fungsi ini, zat yang
di tambahkan kepada masing-masing sampel tidaklah sama seperti uji gugus fungsi
yang sebelumnya. Tetapi pada dasarnya, zat-zat pereaksi ini tetap mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebagai indicator untuk menentukan adak tidaknya suatu
gugus fungsi yang dicari. Untuk sampel pertama yaitu formaldehida, direaksikan
dengan larutan aseton dan asam kromat. Hasilnya adalah terjadi perubahan warna
larutan menjadi biru kehijauan. Khusus untuk pengujian sampel pertama ini, ada
hal yang perlu diperhatikan yaitu dalam pembuatan pereaksi misalnya asam kromat.
Karena sebelumnya, telah terjadi kesalahan yaitu kurangnya kualitas pereaksi
tersebut sehingga tidak terjadi perubahan warna ketika pengujian berlangsung.
Namun setelah pereaksi dibuat ulang dengan lebih teliti, hasilnya terjadi perubahan
warna larutan menjadi biru kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gugus
fungsi aldehida dalam sampel tersebut sesuai dengan literature yang ada.

Untuk sampel yang kedua, digunakan dua zat yaitu formaldehida dan
glukosa. Kedua zat tersebut masing-masing direaksikan dengan larutan etanol dan
2,4-DNPH. Dan hasilna adalah untuk sampel yang menggunakan formaldehida,
terjadi perubahan warna menjadi jingga. Dan untuk sampel yang menggunakan
glukosa, terjadi perubahan warna yang sama yaitu menjadi berwarna jingga. Namun
untuk sampel glukosa, warna jingga dari larutanna lebih muda dari larutan sampel
formaldehida. Dalam proses identifikasi gugus fungsi aldehida ini, terjadi sedikit
perbedaan dengan literature yang ada. Pasalnya dalam literature, warna yang
dihasilkan setelah reaksi berlangsung adalah jingga muda, hal ini berbeda dengan
hasil yang didapat pada percobaan kali ini yaitu berwarna jingga yang lebih pekat
atau hampir sama dengan warna larutan pereaksi 2,4-DNPH itu sendiri. Hal ini
diperkirakan bahwa kurangnya kualitas dalam pembuatan zat-zat pereaksi,
sehingga kurang sesuai dengan literature yang ada. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dalam pembuatan zat pereaksi contohnya adalah kebersihan
dan ketepatan takarannya. Dalam pembuatan pereaksi, diharuskan alat-alat yang
digunakan dalam keadaan bersih agar tidak terkontaminasi oleh zat lain yang
berpotensi merusak kualitas dari pereaksi tersebut. Kemudian kadar atau takaran
zat yang digunakan untuk membuat pereaksi sama pentingnya dengan kebersihan,
jika kadar atau takaran yang digunakan kurang atau lebih dari seharusnya, maka
otomatis hasil yang didapat tidak akan maksimal atau tidak sesuai dengan yang
diharapkan.

Kemudian yang terakhir adalah pengujian gugus fungsi alkil halide.


Berbeda dengan identifikasi gugus fungsi yang sebelumnya, dalam identifikasi
gugus fungsi ini dilakukan dengan menguji nyala sampel. Sampel yang digunakan
adalah heksana dan kloroform. Pengujian uji nyala ini menggunakan alat yang
bernama kawat Nikrom. Pertama, saat pengujian sampel yang pertama yaitu
heksana, tidak terlihat adanya warna nyala atau tidak ada warna. Dan untuk sampel
yang kedua yaitu kloroform, terlihat bahwa terdapat warna kuning saat
pembakaran. Hal ini sesuai dengan literature yang ada, maka hasil diatas
menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi alkil halide dalam sampel.

Ketika sampel dibakar, atom-atom yang terkandung dalam sampel tersebut


akan menyerap energi panas yang diberikan. Kemudian atom-atom tersebut akan
membentuk atom yang berenergi tinggi atau atom yang tereksitasi. Dalam keadaan
tersebut, kondisi atom tidak stabil. Dan akan kembali ke keadaan semula dengan
memancarkan energy berupa cahaya. Setiap logam dapat memancarkan cahaya
dengan warnanya masing-masing. Karena hal tersebut, uji nyala ini dapat
digunakan untuk melakukan pengujian gugus fungsi khususnya gugus fungsi alkil
halida.

X. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, cara mengidentifikasi alkena,


alkohol, keton, aldehid, dan alkil halide menggunakan analisis kualitatif dengan
cara mengamati perubahan warna setelah ditambahkan zat-zat tertentu.

XI. Daftar Pustaka

Ahmad, Dadan. 2016. Pengertian Gugus Fungsi. Tersedia online di


http://www.sridianti.com/pengertian-gugus-fungsi.html. [Diakses pada 16
Oktober 2016].

Anam, Choirul. 2007. Analisis Gugus Fungsi Pada SampelUji, Bensin dan Spirtus
Menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 10,
No. 1, hal 79-85.

Atkins, Peter W. 2006. Physical Chemistry. Weinheim: Wiley-VCH.


Chang, Raymond. 2007. Kimia Dasar. Jakarta : Eirlangga.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Edisi Ke 11. Jakarta: Erlangga.


Hoffman Robert V. 2004. Organic Chemistry Second Edition. America : John
Wileg and Sons.

Hudlicky, Milos. 1990. Oxidations in Organic Chemistry. Washington : American


Chemical Society.
Pranowo, Deni. 2008. Sintesis 4-(4-Metoksi-Fenil)-3-Buten-2-On dan Uji
Aktivitasnya sebagai Atraktan Lalat Buah. Jurnal Chemistry. Volume 8,
No. 2, hal 231-235.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.

Saeful, Pupu. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium. Volume 5, No. 9, hal
1-8.

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Suja, I Wayan dan I Wayan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut
(Streokimia, Struktur dan Relativitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja :
IKIP Negeri Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai