a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal
terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu
dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
a. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang
berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh
sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal yang merupakan produk
impor dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut
merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel
produk luar negeri.
b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai
tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang.
Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang
anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan
berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama
lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah
menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi
dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh
yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh
seseorang secara sadar.
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain.
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok
orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah
pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu
prestasi.
e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif
dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebenar-benarnya, seolah-olah
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang,
sakit, susah, dan bahagia. Empat hampir mirip dengan sikap simpati.
Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.
Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat
Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.
f. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan
seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang
diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan
secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru
yang memberikan motivasi kepada siswanya supaya siswanya semakin giat
belajar.
Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang
berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan,
namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti
seandainya terjadi hal-hal berikut:
Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi untuk
mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak
mendatangkan keuntungan. Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-
pihak yang saling berinteraksi. Salah satu pihak atau keduanya tidak bersedia lagi
mengadakan interaksi.
5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang
waktu. Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam
hubungan antar warga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial.
Di mana pun dan kapan pun kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua
kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi manusia berinteraksi
untuk saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan bergotong
royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi dalam bentuk pertikaian, peperangan,
tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain. Dengan demikian interaksi sosial
mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk
penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses
disosiatif).
1. Proses asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja
sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu:
b. Akomodasi (Accomodation)
C. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2. Proses Disosiatif
Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau
bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau
lebih kuat.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan
dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu:
c. Konflik
Konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya
konflik adalah:
Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Berprasangka buruk kepada pihak lain
Individu kurang bisa mengendalikan emosi
Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok
Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi
6. Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial
a. Kedudukan (Status)
Status (kedudukan) adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana
seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban dan berbagai aktivitas lain sekaligus
merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan.
a) Warna Kulit.
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat
menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di
lingkungan yang diskriminatif. Contoh, di negara Afrika Selatan pada era
apartheid, orang kulit putih cendrung tidak mau berinteraksi dengan orang kulit
hitam. Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung
berprilaku kriminal.
b) Usia.
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda
dengan orang yang sebaya, atau orang yang lebih muda seperti adik, kakak, atau
teman sepermainan.
c) Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya.
Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah
membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun
cenderung menghindari dari percakapan laki-laki tentang elektronik atau otomotif.
d) Penampilan Fisik.
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi
sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang pertama kali dilihat
dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang
memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih
mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan penampilan kurang
menarik.
e) Bentuk Tubuh.
Menurut penelitian Well & Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat
kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh
endomorph (bulat,gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf.
Orang yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat
dominan, yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi,
kurus) dianggap bersifat tegang dan pemalu.
f) Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang, seringkali
seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati dibandingkan
dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.
g) Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi tentang
dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja
bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang
gubernur. Dari perkataan orang tersebut bisa diperoleh informasi dengan siapa kita
berbicara. Dengan kata lain, kita bisa menebak status orang berdasarkan
pembicaraannya. Meskipun pada kenyataannya, terdapat pula orang yang tidak
berkata jujur tentang dirinya.
Status dan peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesepakatan-kesepakatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin
banyak status dan perananan seseorang, semakin beragam pula interaksinya denga
orang lain. jadi, interaksi sosial seseorang akan tergantung pada status dan
perannya dalam masyarakat.
Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam
masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut
lingkungan pergaulan, prestise, hak-hak, dan kewajibannya. Secara abstrak,
kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan seseorang
bisa mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan.
Contoh, tuan X sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari segenap
kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua RT, suami nyonya S, dan ayah
dari anak-anaknya.
Kedudukan (Status)
Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain.
assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status. Artinya,
suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada
seorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Contoh, gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, siswa teladan, dan
peraih kalpataru.
Gillin & Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif (processes of association) dan proses
disosiatif (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju
terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering juga disebut
sebagai proses oposional (oppositional process) yang berarti cara berjuang
melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Proses Disosiatif
Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam 3 bentuk, yaitu sebagai berikut :
1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan dari berbagai pihak untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan
tidak bersifat pribadi. Tipe yang bersifat pribadi disebut juga dengan rivalry.
Dalam rivalry, individu akan bersaing secara langsung, misalnya, untuk
memperoleh kedudukan tertentu dalam sebuah organisasi. Dalam tipe yang
bersifat tidak pribadi, yang langsung bersaing bukan individu-individu, melainkan
kelompok. Contoh, antara dua partai berbeda dalam merebut simpati rakyat atau
dua kesebelasan sepak bola berebut kemenangan untuk maju ke babak berikutnya.
Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai,
sportif, fair play. Artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batas-batas yang
diharuskan.persaingan sangat berguna dalam meningkatkan prestasi seseorang.
2) Kontravensi (contravention)
Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian nengenai diri
seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau
keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi apabila dibandingkan
denganpersaingan atau pertentangan bersifat rahasi. Perang dingin merupakan
kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal
ini lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis.
Sikap tersembunyi seperti ini dapat berubah menjadi pertentangan atau pertikaian.
Wujudnya dapat berupa protes, sentimen, mengacaukan pihak lain, memfitnah,
memaki-maki melalui surat selebaran, agitasi, subversi, dan lain-lain.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki 5 bentuk,
yaitu sebagai berikut :
1. Umum, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan
menghalang-halangi, melakukan kekerasan, atau mengacaukan rencana pihak lain.
2. Sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di muka umum, memaki
melalui surat selebaran, atau mencerca.
3. Intensif, seperti penghasutan atau menyebarkan desas-desus.
4. Rahasia, seperti mengumumkan rahasia lawan atau berkhianat.
5. Taktis, seperti mengejutkan lawan, membingungkan pihak lawan,
provokasi, atau intimidasi.
3) Pertentangan atau konflik (conflict).
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman atau kekerasan. Bentuk-bentuknya dapat berupa konfrontasi,
perang, dan sebagainya.
Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus. Diantaranya sebagai berikut :
Pertentangan pribadi.
Pertentangan rasial
Pertentangan antar kelas sosial
Pertentangan politik
Pertentangan yang bersifat internasional.
Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi, yang dipelajari dalam proses
sosialisasi adalah peran-peran. Bagaimana seorang berperan sesuai dengan nilai,
kebiasaan, dan norma yang berlaku dan ditransfer dari masyarakat atau
kelompoknya. Sementara beberapa tokoh lainnya seperti Gaslin mengemukakan
bahwa yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah nilai dan norma sosial. Oleh
sebab itu, teori sosialisasi dari sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori
mengenai peran (role theory).
Nilai Sosial
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang
satu dan masyarakat yang lainnya terdapat perbedaan tata nilai. Contoh,
masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam
persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat
tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan
akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun temurun.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Nilai Dominan,
Adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan
tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut :
Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh masyarakat.
Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut.
Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut.
Dari uraian di atas, dapatlah kita kemukakan beberapa ciri nilai sosial.
Diantaranya sebagai berikut :
Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar
warga masyarakat.
Nilai sosial disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan dari
lahir).
Nilai sosial terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
Nilai sosial merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan sosial manusia.
Nilai sosial bervariaasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
lainnya.
Nilai sosial dapat mempengaruhi pengembangan diri seseorang
Nilai sosial memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
Nilai sosial cenderung berkaitan satu dan yang lainnya.
Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. nilai logika adalah nilai benar-salah;
b. nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
c. nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.
Norma Sosial
Di masyarakat tradisional atau pedesaan norma cendrung statis atau tidak berubah.
Sementara, pada masyarakat modern atau perkotaan, norma cenderung dinamis
mengikuti perubahan-perubahan yang ada, seperti perubahan dalam aspek politik,
ekonomi, dan sosial. Norma dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Norma harus diketahui oleh masyarakat.
b. Norma harus dipahami dan dimengerti
c. Norma dihargai karena bermanfaat bagi anggota masyarakat
d. Norma dapat ditaati dan dilaksanakan
KEPRIBADIAN
Sering kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang
baik dan perangai si B yang buruk. Orang mengartikan sikap atau perangai dan
tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang. Namun
sebenarnya sikap atau perangai dan tingkah-laku yang disebutkan itu hanya
sebagian kecil dari kepribadian seseorang.
Menurut Goerge Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society (1972),
ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri manusia berkembang
tahap demi tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. setiap
anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam
masyarakat. Hal ini merupakan suatu proses yang disebut Mead sebagai role
taking (pengambilan peran). Dalam proses ini, seseorang belajar mengetahui
peran apa yang harus dijalankan dirinya dan peran apa yang dijalankan orang lain.
Ada tiga tahap perkembangan diri manusia. Ketiga tahap itu adalah sebagai
berikut :
a. Play stage. Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran
orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai meniru peran yang dijalankan
oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya, atau orang yang sering berinteraksi
dengannya (significant others). Contoh, kita sering melihat anak kecil bermain
menjadi polisi atau menjadi dokter. Pada tahap ini, seorang anak belum
sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Ia belum mengetahui
mengapa polisi menangkap penjahat atau mengapa dokter menyuntik pasien.
b. Game stage. Pada tahap ini, seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang
harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran yang dijalankan orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut sudah menyadari peran yang ia
jalankan dan peran yang dijalankan orang lain. contohnya, dalam bermain sepak
bola ia menyadari adanya peranan sebagai wasit, sebagai kiper, dan penjaga garis.
c. Generalized others. Pada tahap ketiga dari sosialisasi, anak telah mampu
mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalized others), tidak
sekedar orang-orang terdekatnya (significant others). Dalam tahap ini, ia telah
mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami
peran dirinya dan peran orang lain. contoh, sebagai siswa ia memahami peran
guru, sebagai anak ia memahami peran orang tua. Jika anak telah mencapai tahap
ini, maka ia telah mempunyai suatu diri.
Seperti halnya Mead, Charles Horton Cooley pun menyatakan bahwa konsep diri
seseorang berkembang melalui interaksi denga orang lain. diri seseorang
merupakan sebuah produk sosial, yaitu sebuah produk dari interaksi sosial. Lebih
lanjut Cooley menyatakan bahwa diri seseorang memantulkan apa yang dirasakan
sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Diri seseorang yang berkembang
melalui interaksi dengan orang lain ini disebut Cooley sebagai looking-glass self.
Agen-agen Sosialisasi
Dalam sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen
atau media sosialisasi. Fuller dan Jacobs mengidentifikasikan empat agen
sosialisasi utama atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi utama.
Keempat agen atau media sosialisasi tersebut adalah keluarga, kelompok sebaya
atau sepermainan, sekolah, dan media massa. Jika agen-agen sosialisasi
menyampaikan pesan-pesan yang sepadan, maka proses sosialisasi akan
berlangsung lancar. Namun, jika terjadi ketidaksepadanan pesan yang diberikan
maka orang yang menjalani proses sosialisasi akan mengalami konflik pribadi.
Bentuk Sosialisasi
Menurut Light, Keller & Callhoun bentuk sosialisasi dapat dibedakan menjadi :
1) Sosialisasi Primer. Adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan
seseorang sebagai manusia. Berger & Luckman menjelaskan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia belajar
menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga. Sosialisasi
primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya
dengan orang lain yang berada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
2) Sosialisasi Sekunder. Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu
ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain,
dan lingkungan kerja.
Tipe Sosialisasi
Pola sosialisasi