Anda di halaman 1dari 2

Martabak Kubis Gongguan

Salam hangat kawan,

Kali ini ijinkan saya untuk bercerita tentang cerita kecil yang terjadi kemaren
malam. Setelah bersemedi bersama Ibu pembimbing, pada detik-detik terakhir
pertemuan, perut saya sudah mulai menari-nari ingin diisi dengan makanan, dan
sepertinya hal wajar karena bersemedi 5 jam, mulai pukul 1.30 siang sampai
selesai 6.30 malam, cukup menguras energy dan tenaga.

Mulailah otak bekerja menjalar kemana-mana memikirkan kemungkinan-


kemungkinan makanan apa yang kelak bisa dimakan. (Please, fase ini jangan
dicontoh ya kawan, karena raga berjumpa dengan sang professor tapi pikiran
melayang gak karuan). Tak luput memikirkan makanan-makanan sebelumnya
yang telah dimakan sambil membayangkan dapat menikmatinya ulang. Yang
saat itu saya ingat adalah sepotong martabak kubis yang saya nikmati hasil
comot dari seorang kawan yang membelinya dari pasar malam Gongguan.
Hmm,,, sambil dicocol dengan saos tomat ABC extra pedas sepertinya sangat
nikmat sekali. (bukan promosi)

Finally, setelah urusan persemedian dengan Ibu pembimbing selesai, cuus


Saya langsung memancal sepeda pancal menuju pasar malam Gongguan untuk
membeli martabak kubis seperti bayangan dalam pikiran tadi. Seperti yang
dibayangkan pula bahwa antriannya jam-jam segini pasti sangatlah panjang
sekali (jam makan malam). Sebelum-sebelumnya saya memang belum pernah
membeli sendiri martabak kubis ini kawan, mungkin sekali atau dua kali titip
sama teman lain atau kalau tidak ya ikut comot punya orang lain.

Agar tidak menghalangi pembeli dari dagangan lainnya, bapak tukang martabak
kubisnya punya jalur antrian spesial yang berada di belakang gerobaknya. Setau
saya martabak kubis ini adalah salah satu makanan favorit orang sini, dan
hampir tidak pernah sepi pembeli. Saya? sebenarnya suka juga, meski
sebenarnya rasanya sangat jauh jika dibandingkan dengan martabak telor yang
dijual di Kebomas, Gresik, tapi karena antrian yang selalu panjang jadinya sering
mengurungkan niat untuk membelinya.

Kali ini, saya tiba-tiba menikmati masa-masa mengantri panjang tersebut sambil
memandangi hilir mudik pengunjung pasar malam bak refresing setelah
seharian berada di ruangan kotak kecil yang hanya terdiri dari beberapa orang
saja.

Dari jauh (karena antrian yang sangat panjang), sang bapak tukang martabak
kubis terlihat lihai menggoreng martabak dengan pertama-tama menaruh kulit
martabak yang berbentuk kotak diatas wajan yang juga berbentuk kotak. Tak
hanya satu, sang bapak menaruh beberapa kulit martabak sambil menatanya rapi
sejajar. Selanjutnya sang bapak menuang adonan telor dan kubis dari loyang
yang sangat besar, kira-kira satu atau dua takar dituang keatas satu buah kulit
martabak merata. Selanjutnya membolak balik kannya, satu sisi dengan kulit
martabak, dan sisi lainnya tanpa kulit martabak, alias telor dan kubis langsung.

Masih menikmati jalanan sambil menikmati alur antrian dan juga dengan
menggendong tas yang cukup berat karena berisi laptop dan kawan-kawannya.
Kali ini saya menemukan tulisan menu dari macam-macam martabak kubis yang
tersedia. Pertama ada original, kedua ada corn, dan OMG. Yang terakhir ada
PORK. Saya baru sadar, ternyata bapak martabak juga menyediakan menu pork.
Seketika saya ingin mengundurkan diri dari barisan antrian yang sudah terlewati
cukup panjang. Namun saya penasaran, bagaimana cara sang bapak menyajikan
menu pork tersebut. Karena antrian sudah lumayan dekat jadi saya bisa
melihatnya dengan cukup jelas juga.

Anda mungkin juga menyukai