Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut

Zainuri (2001), dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif, data kuantitatif merupakan data yang yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkat dalam bentuk skoring.

Data kuantitatif dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data diskrit (data

yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilan namun bukan

mengukur) dan data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil

pengukuran.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten

Enrekang. Penelitian ini dilakukan pada semua desa yang terdapat

pada Kecamatan Buntu Batu yaitu, Desa Pasui, Desa Langda, Desa

Ledan, Desa Lunjen, Desa Buttu Mondong, Desa Eran batu, Desa

Potokullin, dan Desa latimojong


C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian.

Data primer biasanya bersumber dari observasi langsung di lokasi

penelitian, wawancara dengan masyarkat di lokasi penelitian, kuisioner

21
serta dokumentasi lokasi peneitian. Adapun data primer yang

dibutuhkan yaitu kondisi sarana dan prasarana, kegiatan prapanen dan

pascapanen kelompok tani.


2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui instansi-instansi

terkait dengan penelitian ini yang meliputi:


a. Data PDRB Kabupaten Enrekang, jumlah penduduk tiap

kecamatan, luas wilayah, data mata pencaharian penduduk, data

sumber penghasilan utama penduduk, jumlah tenaga kerja yang

bergerak disektor pertanian tiap kecamatan, yang dapat diperoleh

di badan pusat stastistik (BPS) Kabupaten Enrekang.


b. Data jenis komoditi unggulan dapat diperoleh di Dinas Pertanian

dan Peternakan, Perikanan dan Kelautan, kehutanan danm

Perkebunan di Kabupaten Enrekang.


c. Data potensi wilayah masing-masing kecamatan, data peluang

investasi dan peluang pengembangan agropolitan dapat diperoleh

di BAPPEDA Kabupaten Enrekang.


d. Data infrastruktur wilayah dapat diperoleh di Dinas Tata Ruang

dan Permukiman Kabupaten Enrekang.

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Pada penelitian ini

digunakan 3 variabel, yaitu:


Tabel 2. Variabel Penelitian

No Variable Indikator
1 Aksesiblitas Rute

22
Jarak
Biaya
Waktu tempuh
2 Komoditas Pertanian Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
3 Sarana dan prasarana Jalan
Irigasi
Pasar
Pabrik
Gudang
4 Kegiatan kelompok tani Prapanen
Pascapanen
Sumber: Hasil olah pustaka Tahun 2016
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

atas:
1. Metode observasi, yaitu pengamatan langsung dilapangan untuk

memperoleh gambaran saat ini dengan potensi pengembangan

agropolitan di Kabupaten Enrekang.


2. Survey Instansi, Pengambilan data dokumentasi dalam bentuk laporan

melalui instansi yang terkait.


3. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data yang langsung

berinteraksi dengan narasumber dengan cara interview atau tanya

jawab. Adapun narasumber wawancara dalam penelitian ini adalah

masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.


4. Dokumentasi, yaitu Untuk melengkapi data, maka kita memerlukan

informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan

obyek yang menjadi studi. Untuk keperluan ini, kita harus melakukan

studi dokumentasi. Pendekatan historis yang berkenaan dengan gejala

sosial, ekonomi, budaya dan kependudukan lebih banyak berhubungan

dengan sumber-sumber dokumentasi.

23
5. Telaah Pustaka, cara pengumpulan data informasi dengan jalan

membaca atau mengambil literatur laporan, brosur, majalah, bahan-

bahan seminar dan sebagainya.


F. Analisis Data
Sesuai dengan rumusan masalah yakni apa saja potensi sektor

pertanian dan infrastruktur yang dimiliki Kabupaten Enrekang dalam

mendukung pengembangan kawasan agropolitan, maka analisis yang

paling sesuai adalah sebagai berikut :


1. Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) adalah suatu analisis perbandingan tentang

besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap

besarnya peranan sektor/industri secara nasional. Location Quotient

ini mempunyai penggunaan yang luas sehingga satuan pengukuran

apa saja dapat digunakan untuk menghitungnya. Alat ukur yang paling

umum digunakan adalah kesempatan Kerja dan PDRB , Rumusnya

adalah sebgai berikut:


Si Si
S
=
N S
N N

Keterangan :
Si = jumlah produksi sektor i di daerah yang diteliti
Ni = jumlah produksi sektor i diseluruh daerah yang lebih luas dimana

daerah yang diteliti menjadi bagiannya


S = jumlah produksi dari seluruh sektor di daerah yang diteliti
N = jumlah seluruh produksi diseluruh daerah yang lebih luas dimana

daerah yang diteliti menjadi bagiannya


Dari perhitungan Location Quotient suatu sektor, aturan umum yang

digunakan adalah:

24
- Jika LQ > 1, artinya sektor i merupakan sektor basis bagi

perekonomian di Kecamatan Buntu Batu.


- Jika LQ < 1, artinya sektor i merupakan sektor non basis bagi
perekonomian di Kecamatan Buntu Batu.
- Jika LQ = 1, artinya semua sektor yang ada di Kecamatan Buntu Batu

bukan sektor basis.


2. Analisis Skala Likert
Skala Likert disini untuk menilai variabel-variabel yang menjadi

faktor-faktor yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan.


Dalam hal ini variabelnya adalah pasar/pemasaran sarana dan

prasarana pengangkutan/transportasi, jaringan irigasi, tesedianya

bahan-bahan dan alat-alat produksi secara local. Adapun penilaiannya

adalah sebagai berikut:


Tabel 3. Skoring Nilai Skala Likert
Penilaian Skala
Sangat Buruk 1
Buruk 2
Cukup Baik 3
Baik 4
Sangat Baik 5
Sumber: Riduwan & Akdon dalam Analisis Statistika, 2010

Misalnya 115 responden yang melakukan penilaian terhadap kondisi

prasarana jalan. Responden yang menjawab sangat buruk (1) = 20

orang, Responden yang menjawab Buruk (2) = 25 orang, Responden

yang menjawab Cukup (3) = 15 orang, Responden yang menjawab

Baik (4) = 8 orang, Responden yang menjawab Baik Sekali (5) = 2

orang. Dari data tersebut diperoleh total nilai 157. Sebagai tambahan

informasi, jumlah skor tertinggi untuk item Baik Sekali ialah 5 x 115

= 575, sedangkan item Sangat Buruk ialah 1 x 115 = 115. Jadi, jika

total skor penilaian responden di peroleh angka 157, maka penilaian

25
responden terhadap kondisi infrastruktur jalan tersebut adalah:

(157/575) x 100% = 27%, atau bisa dikategorikan sebagai Buruk.

Berikut kriteria interpretasi skor :

a. Angka 0% 20% = Sangat Buruk


b. Angka 21% 40% = buruk
c. Angka 41% 60% = Cukup
d. Angka 61% 80% = Baik
e. Angka 81% 100% = Baik sekali
G. Definisi Operasional
1. Agropolitan
Kawasan agropolitan adalah suatu model pengembangan pertanian

yang berupaya mempercepat pembangunan pedesaan berbasis

agribisnis serta meningkatkan daya saing produk-produk pertanian

yang dihasilkan. Agropolitan terdiri dari dua kata agro dan polis, agro

artinya pertanian dan polis artinya kota. Sehingga agropolitan

diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah pertanian

Friedman (1976).
2. Sarana dan Prasarana
Jalan adalah prasrana darat untuk transportasi darat yang

berhubungan dengan jarak, waktu tempuh dan rute. Irigasi adalah

pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak

cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Pasar

merupakan tempat pendistribusian hasil pengolahan hasil pertanian.

Pabrik merupakan tempat pengolahan hasil pertanian.gudang

merupakan tyempat menyimpan hasil pengolahan.


3. Komoditi
Komoditi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan jual /

beli dengan penyerahan kemudian.


4. Kelompok Tani

26
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang

menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian

dalam tujuan, motif, dan minat.


5. Tanaman Pangan
Dapat dikatakan sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia

sebagai makanan contohnya, padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-

kacangan.
6. Hortikultura
Hortikultura adalah cabang pertanian tanaman yang berurusan

dengan tanaman taman, umumnya buah-buahan, sayuran, dan tanaman

hias.
7. Perkebunan
Perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya

terletak di daerah tropis atau subtropis, seperti kako, kelapa sawit,

karet, teh, dan sebagainya.


8. Prapanen
Kegiatan pembibitan, perawatan tanaman yang dilakukan oleh

kelompok tani agar hasil pertanian baik.


9. Pascapanen
Kegiatan setelah panen seperti penjemuran, pengolahan hasil

pertanian, pendistribusian hasil pertanian.

H. Kerangka Pikir

Analisis faktor - faktor yang mendukung pengembangan Kawasan


Agropolitan di Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang

LATAR BELAKANG
Wilayah pedesaan sebagai sentra produksi pertanian mengalami ketertinggalan.
agropolitan sebagai system terpadu pada wilayah produksi pertanian tertentu yang
terdiri dari pusat-pusat produksi yang dilengkapi oleh fasislitas semi urban (irigasi,
jalan-jalan desa, subterminal agribisnis, bank mikro, air bersih,dll

RUMUSANTUJUANMASALAH
1. Mengetahui 27
1. Bagaimana potensi
potensi wilayah
wilayah dalam
dalam mendukung
mendukung pengembangan
pengembanganKawasan
Kawasan
Agropolitan
METODE
Agropolitan di
di Kecamatan
ANALISIS Buntu
Kecamatan Buntu Batu,
Batu, Kabupaten
Kabupaten Enrekang.
Enrekang?
2. Mengidentifikasi faktor - faktor yang DATA
mendukung pengembangan Kawasan di
2.LQ,
ApaShift Share,
faktor dan Skala
- faktor yang mendukung pengembangan
Data Kawasan
primer Agropolitan
dan Data
Agropolitan di Kecamatan
Kecamatan Linkert KESIMPULAN
Buntu Batu, Kabupaten
Buntu Batu, Kabupaten Enrekang? Enrekang.
Sekunder

Anda mungkin juga menyukai