Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


GIZI UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PASCA BEDAH
DI RUANG SERUNI RS TINGKAT II. DR SOEPRAOEN

Oleh:
Rahmayanti Nurmala
NIM: 125070301111032

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

SATUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PADA PENYULUHAN TENTANG
GIZI UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PASCA BEDAH
DI RUANG SERUNI RS TINGKAT II. DR SOEPRAOEN

a. Pokok Bahasan : Gizi Untuk Penyembuhan Luka


Pasca Bedah
b. Sub Pokok Bahasan : Hubungan pembedahan
dengan status gizi, penatalaksanaan diet pasca
bedah
c. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
d. Waktu : 20 menit
e. Hari/Tanggal : Jumat, 15 April 2016
f. Analisa Situasi : Penyuluhan dilakukan kepada
pasien dan keluarga pasien ruang seruni

Tujuan Instruksional Umum : Menambah pengetahuan peserta dan


memahami gizi untuk penyembuhan luka
pasca bedah.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Menginformasikan Hubungan status gizi dengan pembedahan
2. Menginformasikan penatalaksanaan diet pasca bedah, meliputi jenis
diet, cara pemberian makan, makanan yang dianjurkan, dan hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk proses penyembuhan.

Materi Pokok Penyuluhan


1. Hubungan status gizi dengan pembedahan

2. Penatalaksanaan diet pasca bedah (jenis diet dan cara pemberian


makan)

3. Makanan yang dianjurkan pasca bedah

4. Penyembuhan luka pasca bedah


MATERI/BAHAN PENYULUHAN/PENKES

A. Hubungan Status Gizi Dengan Pembedahan


Intake energi dan protein adekuat penting untuk membatasi
kehilangan protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak
dapat makan dengan cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau
mencegah penurunan BB setelah pembedahan. Masalah yang sering
terjadi seperti nyeri, mual, pengobatan mulut kering, rasa tidak
nyaman di lambung dan distensi, puasa, prosedur tidak
menyenangkan, ansietas, makanan yang tidak familiar dan rutinitas
rumah sakit semuanya berpotensi menurunkan nafsu makan dan
intake. Pasien yang tidak makan atau tidak cukup makan, cadangan
protein dan lemaknya akan berkurang dengan cepat. Hal ini
mendatangkan konsekuensi klinis yang signifikan, khususnya bagi
mereka dengan gizi kurang sebelum operasi.
Studi observasional yang menilai status gizi dan dampaknya
pada pasien bedah yang dilakukan oleh Sulistyaningrum & Puruhita
(2007) menemukan semakin baik IMT , semakin cepat
penyembuhan luka operasi dan semakin tinggi albumin, semakin
cepat penyembuhan luka operasi. Sementara penelitian yang
dilakukan oleh Ijah (2009) menunjukkan adanya pengaruh status
gizi secara signifikan terhadap penyembuhan luka dan lama rawat
inap. Status gizi yang kurang dapat menimbulkan masalah setelah
pembedahan, yaitu:
1. Peningkatan infeksi
2. Terhambatnya proses penyembuhan
3. Penurunan kualitas hidup
4. Penurunan fungsi pencernaan
5. Penurunan fungsi respirasi dan kardiovaskuler
6. Peningkatakan komplikasi (pneumonia)
7. Peningkatan waktu pemulihan dan lama rawat
8. Peningkatan morallitas
9. Peningkatan biaya

B. Penatalaksanaan Diet Pasca Bedah


1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :
- Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang
- Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang
serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan:
Selama 6 jam sesudah bedah, makanan yang diberikan berupa
air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair
jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin,
karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan
makanan parenteral sesuai kebutuhan.
2. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah
I.
Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu
jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali
sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat
diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan
untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II
adalah air jeruk dan minuman yang mengandung
karbondioksida.
3. Diet Pasca-Bedah III
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah
II.
Cara Memberikan Makanan:
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.
Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila
diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan
dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.

4. Diet Pasca-Bedah IV
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :
a. Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah
b. Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III
Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.
C. Makanan yang dianjurkan untuk pasien pasca bedah
Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling
penting untuk penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.
Alasannya: Protein dan vitamin C sangat penting peranannya
dalam proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya
peranan penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan
perdarahan luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan
luka
1. Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati
yaitu tempe, tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein
hewani, hati, telur, ayam, udang dll.
2. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun
papaya, bayam, tomat, daun singkong dll
Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi gizi yang perlu
diperhatikan untuk penyembuhan luka:
1. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan
vitamin C/
2. Bila mual:
Makanlah dengan porsi sedikit tapi sering
Sajikan ketika masih hangat
Sebelum makan, minum air hangat
Hindari makanan dengan berbumbu tajam
D. Penyembuhan luka pasca bedah
Intake makanan / konsumsi makanannya kurang sehingga
berpotensi terjadi infeksi pada luka operasinya. Seperti yang
dikemukakan oleh Djalinz (1992), status gizi sangat penting untuk
proses penyembuhan luka pasca operasi. Perbaikan status gizi
dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi yang seimbang. . Diit yang diberikan untuk pasien
pasca bedah adalah diit Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Setiap
rumah sakit pasti sudah memiliki takaran menu / standar makanan
yang harus diberikan kepada setiap pasien termasuk makanan
untuk pasien yang menjalani operasi. Maka dari itu, apabila pasien
menghabiskan jatah makanan yang diberikan oleh rumah sakit
maka secara otomatis kebutuhan gizi pasien (dalam hal ini yang
berkaitan dengan proses penyembuhan luka) juga akan terpenuhi.
Apabila status gizi pasien baik maka penyembuhan luka juga akan
baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien pasca bedah
untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi
pasien, yaitu:
- Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu,
buah.
- Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging,
ayam, ikan, telor dan sejenisnya.
- Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
- Usahakan cukup istirahat.
- Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin
cepat
makin bagus.
- Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
- Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka bedah dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
- Minum obat sesuai anjuran dokter.

Sumber :
1. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari
2011
2. Bahar, dkk. Gizi dan Penyembuhan Luka. Indonesia Academic
Publishing 2013
3. Paath, Erna Francin dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta
EGC

4. Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

5. Wiryo hananto. 2002. peningkatan gizi bayi, anak, ibu hamil, dan

menyusui dengan bahan makanan lokal. Jakarta : CV. Sugeng seto

6. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1996. ILMU GIZI. Jakarta:Dian Rakyat

7. Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Kegiatan Penyuluhan

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


FASILITATOR
1 Pembukaan 2 menit
a. Penyuluh a. Mengucapkan a. Menjawab
memulai salam salam
penyuluhan pembuka
dengan b. Menyebutkan b. Memperhatikan
mengucapkan nama
salam c. Menjelaskan
b. Memperkenalkan tujuan dan
diri materi
c. Menjelaskan penyuluhan
tujuan
penyuluhan
d. Menyebutkan
materi yang akan
diberikan.
2 Pelaksanaan 15
a. Menjelaskan menit a. Melakukan a. Memperhatikan
dampak status penyuluan
gizi terhadap sesuai
hasil operasi dan bahasan
dampak operasi pokok
terhadap status
gizi
b. Menjelaskan b. Menjelaskan
Kebutuhan b. Melakukan bagaimana
energy dan evaluasi dari dampak status
protein pasca materi gizi terhadap
operasi dan diet penyuluhan hasil operasi
penyembuhan c. Menjelaskan
luka pasca pemenuhan
operasi energy dan
c. Evaluasi protein serta
kemampuan diet untuk
responden penyembuhan
menjelaskan luka pasca
pemenuhan operasi.
gizi/diet gizi
untuk
penyembuhan
luka pasca
operasi

3 Penutup 1 menit
a. Mengucapkan a. Mengucapkan a. Memperhatikan
terima kasih atas terima kasih
perhatian yang
diberikan
b. Mengucapkan b. Mengucapkan b. Menjawab
salam penutup salam salam
penutup

Media/Alat Penyuluhan :
1. Leaflet diet pasca bedah dan bahan makanan penukar
2. Flipchart
Evaluasi Penyuluhan:
- Tingkat kehadiran yang diharapkan : Jumlah peserta penyuluhan
minimal 5 peserta
- Antusiasme/Partisipasi yang diharapkan
1. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat penyuluhan
berlangsung
2. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
4. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
lengkap dan benar
- Tingkat Pengetahuan yang diharapkan
1. Apa dampak status gizi terhadap pembedahan dan dampak
pembedahan terhadap status gizi
2. Pemenuhan energy dan protein untuk pasca bedah
3. Penyembuhan luka pasca bedah

Anda mungkin juga menyukai