Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOFISIOLOGI

SISTEM IMUN

DISUSUN OLEH :
ANISSA GITA PRATIWI
HIDAYANTI
JAMIATUSOLIKHAH
LISTIANA RAHAYU
TRI ASTUTI

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Patofisiologi yang
berjudul system imun.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.

Besar harapan, Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah


khasanah ilmu bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis.

Bandar Lampug, 16 November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh ................................................................3


1.2 Jenis-Jenis Antibodi...........................................................................................3
1.3 Macam-Macam Sistem Kekebalan Tubuh.........................................................5
1.4 Fungsi Sistem Imun Fungsi Sistem Imun..........................................................8
1.5 Komponen Sistem Kekebalan Tubuh.................................................................8
1.6 Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh.....................................................11
1.7 Faktor-Faktor Yang Merendahkan Sistem Keimunan......................................14
1.8 Penyakit Akibatkan Ketidakseimbangan Sistem Imun....................................15
1.9 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh..............................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya
harus disertai dengan pola makan sehat, berolahraga, dan terhindar dari masuknya
senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka
harus segera dikeluarkan. Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas
hidup. Ada orang yang mudah sakit, ada pula orang yang jarang sakit, ini ada
kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh seseorang tersebut. Dalam tubuh yang
sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh kebal
terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan
tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan ASI yang membawa sistem
kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa,
sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem
kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit
degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan. Misalnya sarapan di dalam kendaraan,
makan siang serba tergesa, belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi
udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan
menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang
yang masih muda mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup
modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan
tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan
tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, dan penuaan
dini pada usia produktif.

4
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh ?
b) Apa saja jenis-jenis Antibodi?
c) Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh?
d) Fungsi Sistem Imun?
e) Apa saja komponen sistem kekebalan tubuh ?
f) Bagaimanan respon imunitas sistem kekebalan tubuh ?
g) Faktor-faktor Yang Merendahkan Sistem Keimunan?
h) Penyakit Akibatkan Ketidakseimbangan Sistem Imun?
i) Bagaimanan mekanisme sistem kekebalan tubuh ?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa D III Keperawatan memahami tentang system imun dan fungsi
fungsinya.

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh
Setiap hari jutaan bakteri, mikroba, virus, dan parasit berusaha masuk ke dalam
tubuh. Untuk mengatasinya, tubuh kita memiliki pertahanan yang berlapis-lapis.
Sistem pertahanan yang berlapis-lapis ini penting untuk menghadapi serangan virus
atau bakteri secara bertahap. Akan tetapi, adakalanya sistem pertahanan ini masih
dapat ditembus oleh bibit penyakit sehingga muncul kondisi sakit.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.2 Jenis-Jenis Antibodi

Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat


oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y.
Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu IgM, IgG,
IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali
muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B akan membuat
Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan Limfosit T saat
antigen menyerang.

Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara
mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang
ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan
ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antobodi
mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah

6
menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi. IgM dan IgG memicu sistem
komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai kemampuan unutk memecah
membran sel.

IgM dan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar
dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya.

IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan mukosa.


IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat
ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi.

IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon
imun.

IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan
besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.

Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi menetralkannya


atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses penghancutan oleh
mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi,
aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis dari komplek antigen-
antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis dati protein komplemen
pada bakteri atau virus. Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun
dan lain-lain. Organ imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa,
nodus limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada
sel T dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah
diserang, ia akan memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T
dihasil oleh sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti virus,
bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal, tubuh
manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika daya imun

7
berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi lebih tinggi,
terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi masih di dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai


mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan semakin
merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun. Sistem kekebalan tubuh harus
selalu dalam keadaan seimbang. Jika tidak, akan terganggu.Penyebab gangguan
sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada sejak lahir (primer).
Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi (AIDS,
campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker, leukemia,
obat-obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid, obat untuk
kanker, dan lain-lain

2.3 Macam Macam Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu:

1. Sistem kekebalan tubuh non spesifik

Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya
mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi
untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan
terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan merupakan pertahanan
khusus untuk antigen tertentu.

Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama

8
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh
memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit
menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata
memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan
melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh Glandula
Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk
memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan
dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan
bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang
dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut
lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen
berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.

Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua

Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada
patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel
yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah
putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak
yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya
fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan
adalah benda cair, maka disebut pinositosis.

Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi


patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan
lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom
menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim

9
lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat
makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-
paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel
sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen.
Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan
menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari
granul-granul sitoplasma yang dimiliki.

Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen.


Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari
sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan
spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus
yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen
berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.

2. Sistem kekebalan tubuh spesifik

Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun yang


diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan
melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit
B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan
menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan antibodi
yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel
yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan
tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi.
Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun
primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan
cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya
melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk
membunuh antigen tersebut.

10
Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari
sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat
daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena
antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit
yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen
tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak
memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang
sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja
mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit
lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari
awal.

2.4 Fungsi System Imun

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:


Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan
jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau
tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit
Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen tubuh.
Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke
seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel
peronda tersebut akan membinasakannya.

2.5 Komponen Sistem Kekebalan Tubuh


Kemampuan sistem imun dalam memberikan respon pada penyakit tergantung
pada interaksi yang komplek antara komponen sistem imun dan antigen yang
merupakan agen-agen patogen atau agen penyebab penyakit. Antigen merupakan
bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Jaringan dan organ yang berperan
dalam sistem imun berada di bagian seluruh tubuh. Pada manusia dan mamalia lain,
organ-organ pusat sistem imun adalah sumsum tulang. Komponen-komponen sistem

11
kekebalan tubuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut
antigen, dan antibodi.
1. Makrofag
Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang memerankan fungsinya
sebagai sistem imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara
mengelilingi, kemudian memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses
ini merupakan bagian dari reaksi peradangan. Untuk mengatasi infeksi terkadang
makrofag berinteraksi dengan limfosit. Makrofag juga mempunyai peran yang
penting dalam imunitas adaptif, dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen
dan mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain
dalam sistem imun adaptif. Makrofag dapant mengonsumsi partikel asing,
partikel asbes, dan bakteri. Makrofag terdapat di tempat-tempat strategis tubuh
dan tempat organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar,
misalnya di daerah paru-paru yang enerima udara dari luar.
2. Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang khusus berfungsi untuk
mengidentifikasi dan menghancurkan antigen penyerbu. Semua limfosit dibentuk
di sumsum tulang, tetapi mereka mengalami penuaan di dua tempat yang
berbeda. Limfosit yang mengalami penuaan di sumsum tulang disebut limfosit B
atau sel B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar melalui darah dan
cairan tubuh lain.
Limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut
sitotoksik (sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat
membinasakn sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian
permukaannya yang sudah dkenali oleh sel T sebelumnya. Limfosit sel T
penolong mengontrol kekuatan dan kualitas dari semua respon imun. Sel-sel
limfosit dewasa secara konstan bergerak sepanjang darah meuju kelenjar getah
bening dan kembali ke darah lagi untuk memonitor tubuh terhadap substansi-
substansi penyerbu secara terus-menerus.

12
3. Reseptor Antigen
Salah satu karakteristik imunitas adaptasi adalah kekhususan spesifikasi.
Spesifikasi, artinya setiap zat anti yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu
untuk melawan antigen tertentu. Setelah dewasa limfosit akan memproduksi satu
reseptor antigen, yaitu struktur khusus yang berada pada bagian permukaan sel
limfosit. Reseptor antigen memiliki struktur yang spesifik untuk berkaitan
dengan yang sesuai dengan struktur antigen seperti kunci dan gemboknya.
Limfosit dapat membuat berjuta-juta macam reseptor antigen.
4. Sel-Sel Pengangkut Antigen
Saat antigen memasuki ke sel tubuh tubuh, maka molekul-molekul pengangkut
tertentu yang ada dalam sel akan membawa antigen tersebut ke permukaan sel
menuju sel-sel limfosit T. Molekul-molekul pengangkut ini disebut Major
Histocompatability Complex (MHC) dikenal dengan molekul MHC. Molekul
HMC terdidri atas dua kelas. Molekul MHC kelas 1 berfungsi sebagai pengenal
antigen untuk sel T pembunuh, dan molekul MHC kelas II sebagai pengenal
antigen untuk sel T pembantu.
5. Antibodi
Zat antibodi merupakaan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang bekerja dengan
cara merespon antigen. Antibodi hanya dibuat oleh plasma sel limfosit B.
Antibodi terdiri atas rantai berat dan rantai ringan yang pada ujungnya terdapat
tempat pengikatan antigen spesifik.

Antibodi terdapat di dalam darah dan cairan tubuh yang dibentuk sebagai respons
sistem kekebalan terhadap antigen asing. Antigen yang dikenali oleh lifosit B,
limfosit T, dan makrofag akan merangsang pelepasan antibodi kedalam darah.
Respons sel yng pertama terhadap antibodi adalah pembentukan antibodi IgM
oleh sel, setelah itu baru pembentukan antibodi tipe lain seperti IgG, IgA, AgD,
dan IgE.
IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen,
contohnya jika sorang anak menerima vaksinasi tetanus i, maka 10-14 hari

13
kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respons antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan dalam organ maupun jaringan.
IgG adalah jenis antibodi yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya.
Contohnya setelah mendapatkan suntikan tetanus ii, maka 5-7 hari kemudian
seorang anak akan membentuk antibodi IgG. IgG (Respons antibodi sekunder)
ditemukan di dalam darah dan jaringan.
IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh
terhadap msuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput
lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, dan
ASI).
IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi cepat).
IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
darah.
Zat antibodi menghentikan aktivitas antigen penyebab penyakit dengan cara
menetralisir dan opsonisai.

2.6 Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan dapat menghasilkan dua jenis respons terhadap antigen, yaitu
respons humoral dan respons selular. Respons humoral atau kekebalan humoral
melibatkan aktivitas sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah
dan limfa. Kekebalan humoral efektif melawan bakteri atau virus yang mencoba
masuk ke dalam cairan tubuh. Adapun respons selular atau kekebalan selular
melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau jaringan yang
terinfeksi. Jenis kekebalan ini dapat secara langsung melawan sel-sel tubuh yang
terinfeksi oleh bakteri atau virus. Akan tetapi, kekebalan selular ini berperan pula
dalam pengenalan jaringan asing dan penolakan atas jaringan hasil transplantasi.
Secara umum, kekebalan humoral dan selular memberikan tiga fungsi utama sebagai
berikut :
1. Pengenalan

14
Sistem kekebalan dapat mengenali benda asing (antigen) yang masuk ke dalam
tubuh. Meskipun jenis patogen sangat beraneka ragam, sistem kekebalan dapat
mengenali dan menyusun respon melawan semua jenis organisme secara
spesifik.
2. Reaksi
Setelah mengenali antigen yang masuk, sistem kekebalan bereaksi dengan
mempersiapkan respons humoral dan selular.
3. Pembuang
Sistem kekebalan dapat menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Penghancuran ini dapat dilakukan secara humoral melalui antibodi maupun
secara selular, oleh limfosit T. Ketika sistem kekebalan bekerja secara efektif,
antigen akan hancur dan dibuang.

Kekebalan Humoral
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kekebalan humoral melibatkan aktivasi sel
B dan produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa. Antibodi
yang beredar sebagai respons humoral, bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin
yang ada di dalam cairan tubuh. Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi
tertentu akan membelah dan berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sel plasma
dan sel B memori. Sel plasma dapat memproduksi antibodi dengan kecepatan
120.000 molekul/menit, dengan umur sel plasma sekitar 5 hari. Antibodi memiliki
dua sisi ikatan (binding site) yang berbeda. Oleh karena itu, antibodi dapat
membentuk suatu formasi ikatan (crosslink) terhadap antigen sehingga membentuk
suatu ikatan kompleks. Antigen yang telah berikatan dengan antibodi, tidak dapat
menginfeksi sel. Selain itu, antigen tersebut menjadi sasaran yang mudah bagi sel-sel
fagosit untuk ditelan dan dihancurkan.
Untuk membuat respons ini lebih efektif, antibodi memberikan instruksi
kepada molekul dan sel-sel lain di dalam tubuh untuk mengetahui adanya serangan.
Apabila antigen tersebut berupa protein bebas, antibodi akan berikatan dengan
antigen tersebut dan diekskresikan oleh ginjal. Adapun antigen yang berupa bakteri

15
dan virus, antibodi akan memberi sinyal kimiawi untuk menarik sel-sel fagosit agar
menghancurkannya.
Kemudian, beberapa antibodi akan mengaktifkan sejumlah protein dalam darah
atau protein komplemen. Ketika protein komplemen ini bertemu dengan antibodi
yang menempel pada permukaan sel, protein tersebut akan menempel pada membran
sel dan membentuk pori-pori. Pori-pori ini akan membuat sel menjadi lisis (pecah).

Keterangan: (a)Antibodi yang membentuk ikatan, (b)fagosit untuk menghancurkan


antigen, dan (c)protein komplemen menempel dan membentuk pori-pori.
Kontak pertama antara sel-sel B dengan antigen beserta reaksi dari sel-sel
tersebut terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh disebut respons kekebalan
primer. Pada respons kekebalan primer, dibutuhkan sekitar 1017 hari bagi limfosit
untuk membentuk respons yang maksimum. Pada waktu tersebut, sel-sel B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel B memori. Kondisi ini dapat menyebabkan
suatu individu menjadi sakit (contohnya demam). Akan tetapi, gejala penyakit
tersebut akan hilang ketika antigen yang masuk ke dalam tubuh telah dibersihkan
oleh antibodi dan sel T. Apabila suatu individu terpapar lagi oleh antigen yang sama
beberapa waktu kemudian, respons akan menjadi lebih cepat (27 hari) dengan
respons yang lebih besar dan lama. Proses ini dinamakan dengan respons kekebalan
sekunder. Konsep kekebalan ini sangat kita kenali di dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya apabila kita pernah terserang cacar air, kita tidak mungkin terkena
penyakit itu lagi.
Keterangan: Respons kekebalan primer dan kekebalan sekunder.

Kekebalan Selular
Kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel
asing atau jaringan yang terinfeksi. Kekebalan ini merupakan kekebalan yang
ditunjang oleh sel T. Berbeda dengan sel B, sel T tidak memproduksi molekul
antibodi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga jenis sel T yang berperan
dalam kekebalan selular. Tiga jenis sel T tersebut yaitu sitotoksik, sel T pembantu,

16
dan sel T supressor. Ketika sel T sitotoksik kontak dengan antigen pada permukaan
sel asing, sel T sitotoksik akan aktif untuk menyerang dan menghancurkannya dengan
cara merusak membran sel asing. Adapun fungsi sel T supressor yaitu untuk menekan
respons kekebalan dengan memperlambat laju pembelahan sel dan membatasi
produksi antibodi. Proses ini berlangsung apabila infeksi telah berhasil ditangani.
Selain itu, sel T lain yang berperan adalah sel T pembantu. Sel T pembantu ini
berfungsi untuk menghasilkan sekret yang dapat merangsang sel B dan juga
menghasilkan senyawa lain yang berfungsi dalam respons kekebalan.

Keterangan: Mekanisme kekebalan yang dilakukan oleh (a) sel T sitotoksik, (b) sel
T pembantu, dan (c) sel Tsupressor.
Kekebalan selular sangat penting dalam menghadapi infeksi oleh virus.
Meskipun antibodi dapat menangkap partikel-partikel virus, antibodi tidak dapat
menyerang virus yang telah masuk ke dalam sel. Sel T sitotoksik dapat mendeteksi
protein virus pada permukaan sel yang terinfeksi dan menghancurkannya sebelum
virus tersebut bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang lain.

2.7 Faktor - Faktor Yang Merendahkan Sistem Keimunan


Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut adalah
faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:
a. Cara hidup yang tidak sihat
b. Kekurangan zat makanan
c. Pencemaran udara atau alam sekitar
d. Keletihan
e. Tekanan dan kerisauan
f. Kurang bersenaman
g. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat jangkitan.
Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih, tidak
bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai akan
menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan sebagainya.

17
Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan kecederaan pada
sel.

2.8 Penyakit Akibat Ketidakseimbangan Sitem Imun


Berikut adalah penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem imun:
1. Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang mana
virus HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan manusia, virus
tersebut akan memusnahkan sel otak dan leucocytes dan ia membiak dan
berkembang di limfosit menyebabkan badan manusia hilang keupayaan untuk
melawan penyakit. Pesakit akan lemah dan terdedah kepada pelbagai penyakit
berjangkit seperti tuberkulosis pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis,
pneumonia, cephalitis dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma
patogenik yang luar biasa.
2. Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan
jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau
imunitas diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi karena
tubuh membuat antibodi yang menghancurkan insulin sehingga tubuh penderita
tidak bisa membuat gula. Pada myasthenia gravis, sistem imun membuat antibodi
yang menyerang jaringan normal seperti neuromuscular dan menyebabkan
paralisis dan lemah. Pada demam rheumatik, antibodi menyerang jantung dan bisa
menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada Lupus Erythematosus sistemik,
biasa disebut lupus, antibodi menyerang berbagai jaringan yang berbeda,
menyebabkan gejala yang menyebar.
3. Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap
antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas 2
jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda.
Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini
disebabkan oleh prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkena antigen.

18
Antibodi IgE tertempel pada sel Mast,leukosit yang memiliki senyawa histamin.
Sel mAst banyak terdapat pada paru-paru sehingga saat antibodi IgE menempel
pada sel Mast, Histamin dikeluarkan dan menyebabkan bersin-bersin dan mata
berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim adalah
saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau menghancurkannya. Akhirnya
Limfosit T segera memicu pembengkakan pada jaringan.

2.9 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh


Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki
pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam
maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya
tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh
kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan
sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun
baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri
sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing
yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka
terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh
dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral
terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen,
keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler
berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari
berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang)
beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme
pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar

19
limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Organ limfoid
seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan
penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan
mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh
Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ
tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun
bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang
bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan
organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan
mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan
mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika
kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya.
Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit
dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit
sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel
T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi
untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka.
Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah
mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga
antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang
merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus,
ataupun sel yang terinfeksi.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, sebagai berikut :
Imunisasi adalah upaya membangkitkan kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit
tertentu dengan menggunakan mikroorganisme.
Imunisasi terdiri atas dua jenis. Yaitu imunisai aktif dan imunisasi pasif. Kelainan
pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti alrgi sampai yang
serius seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi kekebalan, serta penyakit
autoimun.
Sistem kekebalan tubuh adalah kelompok sel, molekul, dan organ yang bekerja sama
untuk mempertahnkan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat menyebabkan

21
penyakit. Komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor
antigen, sel pengangkut antigen,dan antibodi.

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia
Purna Inves
Priadi, Arif. 2009. Biology 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira
Rachmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Ricardo CV
Widayari, Sri, dkk. 2009. Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Pustaka Insan
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (2008). Single-cell observation of
phagocytosis by human blood dendritic cells. Jpn. J. Infect Dis.
M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.(1982).Bailliere Tindall.

22

Anda mungkin juga menyukai