Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH PBR
MEKANISME REGENERASI RONGGA MULUT DAN SALIVA

Pembimbing:

Dr.drg. Didin Erma Indahyani.,M.Kes, drg. Izzata Barid.,M.Kes, Dr. drg.


Atik Kurniawati.,M.Kes, drg. Yani Corvianindya Rahayu.,M.KG, dan drg.
Yenny Yustisia.,M.Biotech

oleh kelompok 7

Jovana Andhara 151610101067


Muhammad Idris Kamali 151610101072
Widy Jatmiko 151610101075
Ginanjar Hidayatullah 151610101078
Nurafifa Dwi Putri I 151610101079
Luaily Rizqon A 151610101082
Nurina Diyah Ayu 151610101083
Devita Titania N 151610101084
Karin Pinta A 151610101085
Titis Mustikaningsih H 151610101087
Nur Wahyu Noviyanti 151610101088
Galuh Ayus Sekarini 151610101089
Putri Nila K 151610101091

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

i
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul Mekanisme Regenerasi Rongga Mulut dan Saliva dengan
tepat waktu. Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1 Dr.drg. Didin Erma Indahyani.,M.Kes, drg. Izzata Barid.,M.Kes, Dr. drg. Atik
Kurniawati.,M.Kes, drg. Yani Corvianindya Rahayu.,M.KG, dan drg. Yenny
Yustisia.,M.Biotech sebagai pembimbing mata kuliah biologi mulut,
2 teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan
makalah ini, dan
3 semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.
Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Jember, Maret 2016


Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................... 3
2.1. Pengertian Regenerasi Rongga Mulut dan Saliva .......................... 3
2.2. Jenis-Jenis dari Regenerasi Rongga Mulut dan Kelenjar Saliva .... 4
2.3. Mekanisme Regenerasi Rongga Mulut dan Saliva ......................... 5
2.3.1. Konsep Umum Penyembuhan Luka ................................... 5
2.3.2. Penyembuhan Luka di Rongga Mulut ................................ 8
BAB 3. PENUTUP .................................................................................. 9
3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 9
3.2. Saran ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Regenerasi sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang
mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap saat,setiap
detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir sel yang
menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh dari
manusia selalu berganti.
Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan
lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari
kerusakan dan masuknya mikroorganisme serta agen berbahaya. Lapisan terluar
mukosa dilindungi oleh epitel skuamosa berlapis yang mempunyai mekanisme
adaptasi pertahanan yang berbeda-beda tergantung letaknya. Mukosa yang
menerima tekanan mekanik dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi
gingiva dan palatum keras. Mukosa tersebut terdiri atas epitel skuamosa
berkeratin yang melekat pada permukaan di bawahnya, yaitu jaringan ikat kolagen
atau lamina propia. Mukosa di dasar mulut dan area bukal yang memudahkan
aktivitas pengunyahan, berbicara dan menelan bolus makanan disebut mukosa
lining yang dilapisi oleh epitel tidak berkeratin, sedangkan dorsum lidah dilapisi
epitel berkeratin dan tidak berkeratin yang melekat pada otot lidah (Squier &
Kremer, 2001). Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan
penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Sekret yang dihasilkan
berupa saliva yang memiliki peran penting dalam rongga mulut. Kelenjar saliva,
baik yang mayor maupun yang minor tersusun atas sel-sel epitel. Jaringan epitel
rongga mulut mempunyai struktur tidak stabil yang secara teratur selalu
beregenerasi melalui aktivitas pembelahan sel (Junqueira dkk., 1997).
2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah
yaitu:
1. Apakah definisi dari regenerasi rongga mulut dan kelenjar saliva?
2. Apa sajakah jenis-jenis dari regenerasi rongga mulut dan kelenjar saliva?
3. Bagimanakah mekanisme regenerasi rongga mulut dan kelenjar saliva?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi regenerasi rongga mulut dan
kelenjar saliva
2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis regenerasi rongga mulut dan
kelenjar saliva
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme regenerasi ronga mulut dan
kelenjar saliva.
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Regenerasi Rongga Mulut dan Kelenjar Saliva


Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase,
yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan
luka tersebut melibatkan sitokin, kemokin, dan growth factor (GF) yang tertuju
pada luka.
Growth factor adalah suatu polipeptida yang mengawali pertumbuhan,
diferensiasi, dan metabolisme sel, serta mengatur proses perbaikan jaringan.
Meskipun berada dalam jumlah yang kecil, GF memiliki pengaruh yang besar
pada proses penyembuhan luka (Singer&Clark, 1999; Falanga & Iwamoto, 2008).
Growth factor tersebut didepositkan dalam matriks ektraseluler dan
kemudian dilepaskan selama proses degradasi matriks. Interaksi mereka dengan
permukaan reseptor pada sel target mengaktifkan jalur sinyal intraseluler yang
menginduksi transkripsi dari dari mRNA dan protein yang diperlukan pada proses
regeneratif. Growth factor ini dalam kombinasinya dengan faktor transkripsi lainnya
kemudian mengaktifkan serangkaian gen. Growth faktor juga menginduksi perubahan
khusus pada tingkat seluler. Seluruh efek ini dikontrol oleh mekanisme baik yang
melibatkan ikatan protein dan growth factor lainnya.
Beberapa growth factor digunakan untuk meningkatkan jumlah sel punca,
sebagaimana halnya pada platelet-derived growth factor (PDGF), colony-
stimulating factor (CSF), epidermal growth factor (EGF), nerve growth factor
(NGF), secretory leukocyte protein inhibitor (SLPI). Menurut Ishizaki et al (2000)
dalam penelitianya, menemukan kandungan basic fibroblast growth factor
(bFGF), EGF, dan transforming growth factor- (TGF-) dalam saliva manusia.
Adanya GF ini akan menstimulasi sel-sel radang menuju area luka, menginduksi
proliferasi keratinosit dan fibroblas, angiogenesis, serta membentuk jaringan
granulasi (Abbasian et al, 2010; Fujisawa et al, 2003).
Setiap growth factor memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon ynag
unik dalam proses penyembuhan, khususnya dalam efek induktif pada sel-sel
yang terdapat dalam luka.
4

2.2. Jenis-Jenis dari Regenerasi Rongga Mulut dan Kelenjar Saliva


Rongga mulut atau cavum oris merupakan rongga permulaan saluran
pencernaan yang terdiri atas dua bagian, yaitu:
1 Bagian luar yang sempit (vestibulum oris) adalah ruang di antara gingiva
dan gigi dengan bibir dan pipi.
2 Bagian dalam (cavum oris propium) adalah rongga dalam mulut yang sisi-
sisinya dibatasi oleh tulang maksilaris dan semua gigi. Di atas terdapat
palatum sedangakan disisi kiri dan kanan terdapat mandibula. Lidah terletak
di bawah dan di belakang yang dibatasi oleh faring (Priyanto & Lestari,
2009).
Regenerasi rongga mulut didasarkan pada bagian yang menyususn rongga
mulut itu sendiri, meliputi :

1 Regenerasi epitel rongga mulut


Rongga mulut memiliki mukosa pelindung yang berfungsi untuk
melindungi permukaan rongga mulut dari gesekan benda-benda yang berada
di dalamnya. Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka bagian basal
mukosa pelindung dapat membelah diri secara aktif untuk memperbarui
lapisan superfisialnya yang rusak (Ramadhani, 2013).
2 Regenerasi gigi
Salah satu contoh dari regenerasi gigi adalah pembentukan dentin sekunder
pada saat terjadi trauma pada gigi. Dentine ini terbentuk saat bayi telah lahir
(postnatal).
3 Regenerasi palatum
Ulkus seringkali cekung dan biasanya berbentuk oval dengan tepi
eritematosus dan mukosa bibir dan pipi, tepi-tepi lidah dan palatum keras.
Proses penyembuhan luka (ulkus) merupakan suatu proses kompleks yang
meliputi proses regenerasi sel jaringan (Sunarjo, 2015).
4 Regenerasi lidah
Regenerasi lidah terjadi saat lidah terkena trauma atau infeksi benda asing.
Reaksi yang muncul pertama kali adalah inflamasi sebagai respon jejas
5

terhadap stimuli. Reaksi inflamasi merupakan suatu mekanisme pertahanan


tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Reaksi radang
selain bertujuan untuk menghilangkan penyebab atau benda asing dan akibat
jejas sel atau jaringan itu sendiri juga untuk perbaikan jaringan sel yang
rusak bisa dengan regenerasi, pembentukan jaringan fibrous, atau kombinasi
keduanya. Namun apabila penyebab kerusakan jaringan masih menetap,
proses perbaikan jaringan akan terhambat (Aryani, et all, 2007).
5 Regenerasi kelenjar saliva
Pada penderita parotitis proses regenerasi sel-selnya adalah melalui
peningkatkan proliferasi sel fibroblast dan produksi serabut kolagen
(Sudirman, 2014).

2.3. Mekanisme Regenerasi Rongga Mulut dan Kelenjar Saliva


2.3.1. Konsep Umum Penyembuhan Luka
Sifat yang paling penting dari makhluk hidup adalah kapasitasnya untuk
memperbaiki diri sendiri. Pada manusia proses regenerasi jaringan setiap
organ mempunyai kemampuan yang terbatas di samping itu pengaruh sifat
(jenis) organ serta keadann sistemik juga berperan dalam proses regenerasi
sel jaringan. Proses pemulihan atau penyembuhan radang sudah terjadi sejak
jaringan terkena cedera.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan
yang mati/ rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu
kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka meliputi dua kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah
regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan
repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi, 2002).
Berdasar kemampuan untuk regenerasi sel tubuh dibagi 3 golongan :
1 Sel labil
Sel ini terus membelah (dan terus-menerus mati). Regenerasi terjadi
dari suatu populasi sel stem dengan kemampuan berproliferasi yang
6

relatif tidak terbatas. Pada saat sel stem membelah satu anak sel
mempertahankan kemampuannya untuk membelah (perbaruan diri),
sementara sel lainnya berdiferensiasi menjadi sel non mitotic yang
melanjutkan fungsi normal jaringan. Sel labil meliputi sel
hematopoiesis dalam sumsum tulang yang juga mewakili sebagian
besar epitel permukaan yaitu permukaan skuamosa bertingkat pada
kulit, rongga mulut, vagina, dan serviks; epitel kuboid pada duktus
yang mengalirkan produksi organ eksokrin (misalnya kelenjar liur
pancreas traktus biliaris; epitel kolumnar pada traktus gastrointestinal,
uterus dan tuba falopii; serta epitel transisional pada saluran kemih
(Janti, 2003).
2 Sel stabil
Dalam keadaan normalnya sel ini dianggap istirahat (atau hanya
mempunyai kemampuan replikasi yang rendah)\ tetapi mampu
membelah diri dengan cepat dalam hal merespon cidera. Sel stabil
menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling padat, yaitu
hati, ginjal, pancreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh
darah,serta fibroblast dan sel jaringan ikat otot polos (mesenkim);
proliferasi fibroblast dan sel otot polos sangat penting dalam hal
merespons cedera dan penyembuhan luka (Janti, 2003).
3 Sel permanen
Sel ini dianggap mengalami diferensiasi tahap akhir dan
nonproliferatif dalam kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah sebagian besar neuron dan sel otot jantung. Oleh
karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat irreversible dan
hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat
berproliferasi. Meskipun otot rangka biasanya dikategorikan sebagai
jenis sel permanen, sel satelit yang melekat pada selubung
endomisium benar-benar memberikan suatu kemampuan regenerasi.
Terdapat juga beberapa bukti bahwa sel otot jantung dapat
berproliferasi setelah terjadi nekrosis miokard (Janti, 2003).
7

Tanpa memandang penyebab, fase penyembuhan luka terbagi atas:


1. Fase koagulasi : setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah
luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga
terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya
yaitu fase inflamasi (Aminudin, 2012).
2. Fase inflamasi, mempunyai prioritas fungsional yaitu menggalakkan
hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh
bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang
membentuk klot hematom mengalami degranulasi, melepaskan faktor
pertumbuhan seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan
transforming growth factor (TGF), granulocyte colony stimulating
factor (G-CSF), C5a, TNF, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi
menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali
proses penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4 (Aminudin,
2012).
Inflamasi merupakan reaksi jaringan yang kompleks terhadap cedera
atau antigen yang terdiri dari peningkatan vasodilatasi dan
permeabilitas vaskular dengan ekravasasi cairan serta emigrasi dari
leukosit dari sirkulasi darah ke jaringan dimana mereka akan
berpoliferasi dan di aktifkan untuk mengatur proses penyembuhan dan
perbaikan. Reaksi inflamasi berfungsi untuk menurunkan
menghilangkan atau mangasingkan jaringan yang cedera atau patogen
dengan memobilisasi leukosit untuk melindungi host dari cedera.
Tahap inflamasi terjadi pada hari ke 0-5 penyembuhan luka dan
bekuan darah yang segera terbentuk berfungsi sebagai hemostasis
serta membentuk provisional matrik ekstra seluler untuk migrasi sel-
sel radang. Sel platelet tidak hanya berfungsi mmebnetuk bekuan,
tetapi juga menghasilkan beberapa mediator seperti PDGF-AB,BB
yang berfungsi menarik serta mengaktifasi makrofag dan fibroblas.
3. Fase proliperatif, terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit
disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan
8

desmosomal antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel


keratin bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak melalui
interaksi dengan matriks protein ekstraselular (fibronectin,vitronectin
dan kolagen tipe I). Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag,
vascular endothelial growth factor (VEGF) sehingga terjadi
neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi (Aminudin,
2012).
4. Fase remodeling, merupakan fase yang paling lama pada proses
penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi
kontraksi luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin
mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada
penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen.
Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks
metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel endotel.
Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali
20% kekuatan jaringan normal (Aminudin, 2012).

2.3.2. Penyembuhan Luka di Rongga Mulut


Jaringan epitel rongga mulut mempunyai struktur tidak stabil yang
secara teratur selalu beregenerasi melalui aktivitas pembelahan sel.
Pembelahan sel tercepat terjadi pada area nonkeratin yang tipis seperti pada
dasar mulut dan bawah lidah. Pembelahan sel jaringan epitel berlapis terjadi
pada lapisan germinal, yaitu sel-sel yang paling dekat dengan lamina
basalis, selanjutnya sel akan meninggalkan lapisan basalis dan masuk ke
tahap diferensiasi (Junqueira dkk., 1997). Aktivitas pembelahan sel
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya infiltrasi ringan sel inflamasi.
Selain pada mukosa, proses regenerasi juga terjadi pada jaringan
periodontal. Regenerasi tersebut membutuhkan sel progenitor secara lokal.
Sel progenitor ini akan berdiferensiasi menjadi sel pembentuk ligamen
periodontal, sementoblast, maupun pembentuk osteoblas. Sehingga kunci
keberhasilan regenerasi jaringan periodontal adalah menstimulasi sel
9

progenitor untuk mengisi defek atau kerusakan. Faktor pertumbuhan


merupakan pengatur penting dalam proses regenerasi jaringan periodontal,
meliputi migrasi, perlekatan, proliferasi, diferensiasi sel progenitor
periodontal. Faktor pertumbuhan terutama platelet-derived growth factor
(PDGF) dan transforming growth factor- (TGF-) menunjukkan
merangsang regenerasi periodontal secara in vitro (Hardhani et all, 2013).
10

BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa,


penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu,
hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka
tersebut melibatkan sitokin, kemokin, dan growth factor (GF) yang tertuju pada
luka. Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungannya terhadap siklus sel,
sel tubuh dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sel labil, sel stabil dan sel permanen.
Sel stabil adalah sel yang secara terus menerus mengadakan pembelahan, sel labil
adalah sel yang dalam keadaan normal dianggap istirahat sedangkan sel permanen
adalah sel yang dianggap mengalami diferensiasi tahap akhir dan nonproliferatif
dalam kehidupan pascakelahiran. Proses regenerasi pada rongga mulut meliputi
regenerasi pada epitel rongga mulut, regenerasi gigi, regenerasi palatum dan
regenerasi pada gingival.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dokter gigi sebaiknya memahami konsep umum tentang proses


penyembuhan luka dan faktor yang mempengaruhinya sehingga diharapkan
dapat memberikan tindakan dan pelayanan sesuai dengan dasar teori yang
ada.

2. Sebaiknya dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap topik bahasan


yang ada dalam makalah ini sehingga diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuwan mahasiswa.
11
12

DAFTAR PUSTAKA

Abbasian B, Azizi S, Esmaeili A. 2010. Effects of Rats Licking Behavior on and


epidermal growth factor reverse impaired ulcer healing of the rabbit
Aminudin. 2012. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka. (Serial Online)
https://aminetn.wordpress.com/2009/07/26/prinsip-dasar-penyembuhan-
luka/ (diakses 22 Maret 2016 pukul 11.59 WIB).
Aryani, Febi, Afrini Puspita, dan Hendri Susanto. 2007. Reaksi Radang pada
Lidah dengan Tongue Piercing (Kajian in vivo pada Lidah Tikus Jantan
Sprague dewley). Jakarta: Indonesian Journal of Dentistry 14(3): 223-229
Co, New York.
Falanga V, Iwamoto S. 2008. Wound Repair : Mechanism and Practical
Fujisawa K., Miyamoto Y., Nagayama M. 2003. Basic fibroblast growth factor
Grossman N., Binyamin L., Bodner L. 2004. Effect of rat salivary glands effect on
Hardhani et all. 2013. Pengaruh Penambahan Platelet-Rich Plasma pada Cangkok
Tulang Terhadap Kadar Osteocalcin Cairan Sulkus Gingiva pada Terapi
Poket Infraboni. Jurnal PDGI Vol.62 No.3
Janti,S dkk. 2003. Ilmu Patologi. EGC: Jakarta
Junqueira,LC., 1997. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
Histology. Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Mawardi. 2002. Mekanisme Regenerasi Sel Akibat Jejas. (Serial Online)
http://perawatluka.blogspot.com (diakses 22 Maret 2016 pukul 11.59 WIB).
Oxford G.E, Jonsson R, Olofsson J, Zelles T, Humphreys-Beher. 1999. Elevated
Priyanto, Agus dan Sri Lestari. 2009. Endoskopi dan Gastrointestinal. Jakarta:
Salemba Medika
Ramadhani, Tarasandi Dian. 2013. Pengaruh Paparan Aerosol Cat Semprot
terhadap Frekuensi Pembentukan Mikronuklesus Mukosa Mulut pada
Pengguna Cat Semprot. Semarang: Juranal Media Medika Muda. Vol. 2,
No. 1
Salim. 2011. Proses Penyembuhan Luka. (Serial Online) http://cahaya-
salim.blogspot.com/2011/10/proses-penyembuhan-luka.html (diakses 22
Maret 2016 pukul 11.59 WIB).
Singer AJ, Clark RAF. 1999. Cutaneous Wound Healing. NEJM.
Squier CA., Kremer MJ. Biology of oral mucosa and esophagus. Journal of the
national cancer institute monographs, 2001
13

Sudirman, Taufik Azhari. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Salam (Eugenia
Polyantha) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Secara In
Vitro. Makasar: Universitas Hasanudin
Sunarjo, Lanny, Ratnawati Hendari, dan Harmien Rimbyastuti. 2015. Manfaat
Xanthone terhadap Kesembuhan Ulkus Rongga Mulut dilihat dari Jumlah
Sel PMN dan Fibroblast. Jurnal Unissula. Vol. 2, No. 2
Taqwim. 2012. Peran Fibroblas pada Penyembuhan Luka. (Serial Online)
https://dentosca.wordpress.com/2011/04/18/peran-fibroblas-pada-proses-
penyembuhan-luka/ (diakses 22 Maret 2016 pukul 11.59 WIB).
Zulkarnai. 2013. Fisiologi Penyembuhan Luka. (Serial Online)
http://www.slideshare.net/08997288570/proses-penyembuhan-luka (diakses
22 Maret 2016 pukul 11.59 WIB).

Anda mungkin juga menyukai