Anda di halaman 1dari 4

Penyakit dapat terjadi karena serangan dari organisme seperti serangga, jamur, bakteri,

virus, nemathoda atau pengaruh dari kondisi lingkungan yang buruk (Brown dan Ogle, 1997).
Biasanya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah
perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat dari adanya
penyebab penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala,
tetapi serangkaian gejala, yang sering disebut sindroma (syndrome) (Semangun, 2001).
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan di
alam yang belum tercampur tangan manusia adalah hasil interaksi antara patogen, inang dan
lingkungan. Konsep ini disebut segitiga penyakit (Triharso, 2004).
Rata-rata setiap macam tanaman dapat dipengaruhi oleh ratusan lebih penyakit
tanaman. Beberapa pathogen hanya mempengaruhi satu varietas tanaman. Penyakit tanaman
kadang-kadang mengelompok sesuai dengan gajala yang mereka sebabkan (busuk akar, karat,
jamur hangus, bercak daun, layu, dan penyakit tumbuh-tumbuhan). Sesuai dengan organ tanaman
yang mereka pengaruhi (penyakit akar, penyakit batang, penyakit daun) atau sesuai dengan tipe
dari tanaman yang dipengaruhi (penyakit tanaman pangan, penyakit tanaman sayuran, dan
penyakit rerumputan) (Agrios, 1997).
Beberapa penyakit pada tumbuhan tertentu menunjukkan gejala yang sama, sehingga
dengan memperhatikan gejala saja kita tidak dapat menentukan diagnosa dengan pasti. Dalam
hal ini disamping memperhatikan gejala kita juga harus memperhatikan tanda (sign) dari
penyakit. Adapun yang dimaksud dengan tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain
reaksi tumbuhan inang (selain gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna
spora, dammar (blendok), lender, dan sebagainya (Semangun, 2001).
Gejala penyakit dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara dengan beberapa
pengecualian, gejala penyakit yang bisa meluas dibagi kedalam empat kategori yaitu (Brown dan
Ogle, 1997):
Kematian dan kerusakan jaringan tumbuhan inang
Gejala yang mengumpul
Pertumbuhan abnormal dan berbeda
Perubahan warna dari jaringan tumbuhan inang.
Berdasarkan pathologic histology atau ilmu yang melibatkan perubahan jaringan,
gejala pengakit digolongkan ke dalam tiga kelas yang umum. Bilamana terjadi pengurangan
jaringan dan hasil dalam perkembangannya disebut hipoplasia, bilamana terjadi perkembangan
jaringan yang luar biasa disebut sebagai hyperplasia, bilamana terjadi karena kerusakan
jaringan disebut nekrosis (Kamat, 1954).
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology. Academi Press. USA


Brown, J.F. dan H.J. Ogle. 1997. Plant Pathogens and Plant Diseases. Australian Plant
Pathology Society Inc. Australia
Kamat, M.N. 1958. Hand-Book of Tropical Crop Diseases. Prakash Publishing House. India
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
___________. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Ilmu penyakit tumbuhan disebut juga Fitopatologi. Fitopatologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu phyton = tumbuhan dan pathos = penderita, logos = berbicara. Jadi fitopatologi
adalah pembicaraan tentang tumbuhan yang menderita (dalam arti mengalami proses fisiologis
yang tidak normal ; yang lazimnya disebut penderitaan karena penyakit) (Triharso, 1993).
Ditinjau dari sudut biologi, penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai
penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau sebagian tumbuhan tidak
dapat melakukan sebagian kegiatan fisiologis yang biasa. Semua tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang sifatnya menyimpang dari biasanya disebut sakit (Semangun, 1996).
Biasanya tumbuhan yang sakit menunjukkan gejala khusus. Gejala (sympton) adalah
perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai akibat adanya gejala penyakit.
Dalam banyak hal dengan memperhatikan gejala itu saja, seseorang yang telah berpengalaman
dapat menentukan penyakitnya dengan tepat (Anonim, 1970).
Tetapi seringkali beberapa macam penyakit pada tumbuhan tertentu menunjukkan gejala
sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja kita juga harus memperhatikan tanda penyakit
selain reaksi tumbuhan inang (gejala). Penyakit bukanlah patogen. Penyebab penyakit dapat
ditangkap tetapi penyakitnya tidak. Penyakit timbul setelah penyebabnya diterima oleh inang
yang rentan oleh karena itu penyakit bukan sekedar penangkapan (Semangun, 1996).
Pada umumnya dikenal 4 jenis patogen yaitu jamur, virus, bakteri dan nematoda. Baik
jamur tingkat tinggi maupun tingkat rendah tubuhnya punya cirri yang khas yaitu berupa benang
halus yang disebut hifa atau kumpulan benang-benang yang disebut miselium. Pembiakan jamur
secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora (Dwijoseputro, 1978) :
Spora biasa. Sebagai tempat terjadinya spora disebut sporangium dan sporanya disebut
sporangiofor.
Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa terbelah seperti tasbih.
Tidak ada sporangium dan tiap spora disebut konidiospora atau konidia, sedang tangkai
pembawa konidia disebut konidiofor.
Bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal. Bagian itu berupa alat pembiak
yang disebut klomidospora.
Jika bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya maka bagian itu
disebut oidiospora.
Gejala yang ditimbulkan jamur adalah timbul bercak-bercak berwarna kekuning-
kuningan yang akhirnya berubah menjadi coklat tua. Pada tanaman sakit selain mengering juga
dapat menyebabkan mati dan robek-robek. Apabila buah yang terserang, bagian yang sakit
menjadi cekung, kering, dan berbelah-belah. Terlihat hifa yang berbentuk memanjang bersekat
atau tidak (Arief, 1994).

Anonim. 1970. Masalah Bertanam Padi di Daerah Tropika. Ford Foundation Indonesia dan
Lembaga Penelitian Padi Internasional. Jakarta.

Arief, A. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
161 P.

Dwijoseputro.1978. Dasar Dasar Mikrobiologi. Djembatan. Jakarta. 180 P.

Semangun, H. 1996. Pengatur Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 754 P.
Triharso. 1993. Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 362 P.

Anda mungkin juga menyukai