Anda di halaman 1dari 11

1. Apa yang diamksud dengan rate page?

2. Bagaimana histologi dari mukosa oral?


3. Bagaimana proses keratinisasi pada mukosa oral?
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan,
karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula
mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering terjadi akibat
adanya kelainan sistemik. Trauma pada rongga mulut dapat menyebabkan perubahan-
perubahan epitel pada rongga mulut. Perubahan itu bisa berupa kelainan bertanduk atau
kelainan keratinisasi.
Keratinisasi adalah proses pembentukan keratin dalam jaringan epidermis atau
mukosa sehingga struktur jaringan menjadi keras. Kelainan keratinisasi tersebut dapat
berupa epitelium yang terkeratinisasi pada daerah epitelium yang biasanya tidak
terkeratinisasi, atau keratinisasi yang berlebihan pada daerah yang normalnya memang
terkeratinisasi.
Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk
lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan
bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih
gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di
permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras,
gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari
permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel
dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Perubahan keratinisasi
sel epitelium secara histologis diantaranya :

1. Hiperkeratosis Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal
dari lapisan ortokeratin atau stratum corneum, dan pada tempat-tempat tertentu terlihat
dengan jelas. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada daerah permukaan yang normal
maka akan menyebabkan permukaan epitel rongga mulut menjadi tidak rata, serta
memudahkan terjadinya iritasi.

2. Hiperparakeratosis Parakeratosis dapat dibedakan dengan ortokeratin dengan


melihat timbulnya pengerasan pada lapisan keratinnya. Parakeratin dalam keadaan
normal dapat dijumpai di tempat-tempat tertentu di dalam rongga mulut. Apabila timbul
parakeratosis di daerah yang biasanya tidak terdapat penebalan lapisan parakeratin maka
penebalan parakeratin disebut sebagai parakeratosis. Dalam pemeriksaan histopatologis,
adanya ortokeratin dan parakeratin, hiperparakeratosis kurang dapat dibedakan antara
satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, pada pemeriksaan yang lebih teliti lagi
akan ditemukan hiperortokeratosis, yaitu keadaan di mana lapisan granularnya terlihat
menebal dan sangat dominan. Sedangkan hiperparakeratosis sendiri jarang ditemukan,
meskipun pada kasus-kasus yang parah.

3. Akantosis
Akantosis adalah suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan spinosum
pada suatu tempat tertentu yang kemudian dapat menjadi parah disertai pemanjangan,
penebalan, penumpukan dan penggabungan dari retepeg atau hanya kelihatannya saja.
Terjadinya penebalan pada lapisan stratum spinosum tidak sama atau bervariasi pada
tiap-tiap tempat yang berbeda dalam rongga mulut. Bisa saja suatu penebalan tertentu
pada tempat tertentu dapat dianggap normal, sedang penebalan tertentu pada daerah
tertentu bisa dianggap abnormal. Akantosis kemungkinan berhubungan atau tidak
berhubungan dengan suatu keadaan hiperortikeratosis maupun parakeratosis. Akantosis
kadang-kadang tidak tergantung pada perubahan jaringan yang ada di atasnya.

4. Diskeratosis atau displasia


Pada diskeratosis, terdapat sejumlah kriteria untuk mendiagnosis suatu displasia epitel.
Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang jelas antara displasia ringan, displasia
parah, dan atipia yang mungkin dapat menunjukkan adanya suatu keganasan atau
berkembang ke arah karsinoma in situ. Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis
adanya displasia epitel adalah: adanya peningkatan yang abnormal dari mitosis;
keratinisasi sel-sel secara individu; adanya bentukan epithel pearls pada lapisan
spinosum; perubahan perbandingan antara inti sel dengan sitoplasma; hilangnya polaritas
dan disorientasi dari sel; adanya hiperkromatik; adanya pembesaran inti sel atau nucleus;
adanya dikariosis atau nuclear atypia dan giant nuclei; pembelahan inti tanpa disertai
pembelahan sitoplasma; serta adanya basiler hiperplasia dan karsinoma intra epitel atau
carcinoma in situ. Pada umumnya, antara displasia dan carsinoma in situ tidak memiliki
perbedaan yang jelas. Displasia mengenai permukaan yang luas dan menjadi parah,
menyebabkan perubahan dari permukaan sampai dasar. Bila ditemukan adanya basiler
hiperlpasia maka didiagnosis sebagai carcinoma in situ. Carsinoma in situ secara klinis
tampak datar, merah, halus, dan granuler. Mungkin secara klinis carcinoma in situ kurang
dapat dilihat. Hal ini berbeda dengan hiperkeratosis atau leukoplakia yang dalam
pemeriksaan intra oral kelainan tersebut tampak jelas.
Langlais, Robert R. dan Craig S. Miller. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
yang Lazim. Jakarta: Hipokrates
4. Apa saja batas mukosa mulut?
5. Bagaimana sistem pertahanan rongga mulut?

2.2. Flora Normal

Istilah flora normal menunjukkan populasi mikroorganisme yang hidup di kulit dan
membran mukosa orang normal yang sehat. Beberapa jenis bakteri dan jamur merupakan
dua jenis organisme yang termasuk ke dalam kumpulan flora normal. Keberadaaan flora
virus normal masih diragukan (Brooks et al., 2008; Levinson, 2008).

Kulit dan membran mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat
tersusun menjadi dua kelompok, yaitu: flora residen dan flora transien. Flora residen
terdiri dari jenis mikroorganisme yang relatif tetap dan secara teratur ditemukan di daerah
tertentu pada usia tertentu; jika terganggu, flora tersebut secara cepat akan tumbuh
kembali dengan sendirinya. Flora transien terdiri dari mikroorganisme yang nonpatogen
atau secara potensial bersifat patogen yang menempati kulit atau membran mukosa
selama beberapa jam, hari, atau minggu; berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan
penyakit, dan tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri secara permanen di permukaan.
Anggota flora transien secara umum memiliki makna kecil selama flora normal masih
tetap utuh. Namun, apabila flora residen terganggu, mikroorganisme transien dapat
berkolonisasi, berproliferasi dan menyebabkan penyakit (Brooks et al., 2008).

2.2.2. Peran Flora Residen

Mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat komensal.


Pertumbuhannya di daerah tertentu bergantung pada faktor-faktor fisiologi, yaitu
temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi serta zat inhibitor tertentu. Keberadaan flora
normal tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena hewan bebas mikroorganisme
dapat hidup pada keadaan tidak adanya flora mikroba normal (Brooks et al., 2008;
Nasution, 2010).

Flora residen di daerah tertentu memainkan peranan yang nyata dalam


mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota flora residen dalam saluran
cerna menyintesis vitamin K dan membantu absorpsi makanan. Pada memnran mukosa
dan kulit, flora residen mencegah kolonisasi patogen dan kemungkinan terjadinya
penyakit melalui interferensi bakteri. Mekanisme gangguan interfernsi tersebut tidak
jelas. Mekanisme tersebut dapat meliputi kompetisi terhadap reseptor atau tempat
pengikatan (binding sites) pada sel pejamu, kompetisi mendapatkan makanan, saling
menghambat oleh hasil metabolik atau toksik, saling menghambat oleh bahan antibiotik
atau bakteriosin, atau dengan mekanisme lain. Supresi flora normal secara jelas
menyebabkan kekosongan lokal parsial yang cenderung diisi oleh organisme dari
lingkungan atau dari bagian tubuh yang lain. Organisme tersebut bersifat oportunistik dan
dapat menjadi patogen (Brooks dkk, 2008; Nasution, 2010).

Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat menyebabkan penyakit dalam keadaan
tertentu. Organisme-organisme tersebut beradaptasi dengan cara hidup yang noninvasif
yang disebabkan oleh keterbatasan keadaan lingkungan. Jika dipindahkan secara paksa
akibat pembatasan lingkungan tersebut dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau
jaringan, organisme tersebut dapat menjadi patogenik. Hal tersebut tampak pada individu
yang berada dalam status imunokompromi dan sangat lemah karena suatu penyakit
kronik, dimana flora normal akan menyebabkan suatu penyakit pada tempat anatomisnya
(Levinson, 2008).

Hal yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong flora residen normal tidak
membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi normalnya pada penjamu serta pada
keadaan tanpa kelainan yang menyertai. Organisme tersebut dapat menyebabkan
penyakit jika dimasukkan dalam jumlah besar dan jika terdapat faktor predisposisi.
Berikut adalah tabel mengenai jenis flora normal Tabel 2.1. Tabel Distribusi Flora
Normal Pada Manusia Sumber : Kayser et al., 2005

2.2.3 Flora Normal Mulut dan Saluran Pernapasan Atas

Membran mukosa mulut dan faring sering steril saat lahir, tetapi dapat terkontaminasi
saat melewati jalan lahir. Dalam waktu 4-12 jam setelah lahir, Streptococcus viridans
dapat ditemukan sebagai anggota flora residen yang paling menonjol dan tetap demikian
seumur hidup. Organisme tersebut kemungkinan berasal dari saluran pernapasan ibu dan
orang yang hadir saat persalinan. (Nasution, 2010).
Di faring dan trakea, flora normal yang serupa tumbuh sendiri, sedangkan beberapa
bakteri dalam bronkus normal. Bronkus kecil dan alveoli secara normal adalah steril.
Organisme yang dominan dalam saluran pernapasan atas terutama faring, adalah
neisseria dan streptokokus alfa-hemolitik, dan nonhemolitik. Stafilokokus, difteroid,
hemofilus, pneumokokus, mikoplasma, dan prevotella juga ditemukan.

Infeksi mulut dan saluran pernapasan biasanya disebabkan oleh flora oronasal
campuran, termasuk anaerob. Ada beberapa penyakit dalam rongga mulut yang
disebabkan oleh flora normal, diantaranya adalah karies gigi dan penyakit periodontal
(Nester et al., 2008; Nasution, 2010).

6. Apa perbedaan Innate immune dan adative immunate?


Tambahan

Karateristik Limfosit B Limfosit T


Asal Sumsum tulang Sumsum tulang
Tempat proses pematangan Sumsum tulang Timus
Reseptor untuk antigen Antibodi yang melekat ke Ada reseptor permukaan,
membran plasma berfungsi tetapi berbeda dengan
sebagai reseptor permukaan; antibodi, sangat spesifik
sangat spesifik
Berikatan dengan Antigen ekstrasel, misalnya Antigen asing yang
bakteri, virus bebas, dan berkaitan dengan antigen-
benda asing yang diri, misalnya sel-sel yang
bersirkulasi ainnya terinfeksi virus
Antigen harus diproses Ya Ya
dan disajikan oleh
makrofag
Jenis sel aktif Sel plasma Sel T sitoksik, sel T
penolong, sel T penekan
Pembentukan sel Ya Ya
pengingat
Jenis imunitas Imunitas diperantarai Imunitas diperantarai sel
antiboodi
Produk sekretorik Antibodi Limfokin
Membantu mengeliminasi Melisiskan sel yang
benda asing bebas dengan terinfeksi virus dan sel
meningkatkan respon imun kanker, membentuk
nonspesifik terhadap benda imunitas terhadap sebagain
sing tersebut, membentuk besar virus dan jamur,
imunitas terhadap sebagain beberapa bakteri,
besar bakteri dan beberapa membentuk sel B,
virus membentuk antibodi
7. Apa saja klasifikasi dari epitel, fungsi dan letaknya?

Anda mungkin juga menyukai