Penyusun :
(0918011042)
Pembimbing :
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Sdr. B No. RM : 1234567
Umur : 20 tahun Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosis/ kasus : anemia aplastik
Aspek pengkajian :
a. Humaniora
b. Etika
Form Uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus yang
diambil).
Pasien laki-laki berusia sekitar 20 tahun datang dengan keluhan gusi berdarah sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan pusing, badan terasa lemas,
dan pucat. Pasien juga mengeluh adanya buang air besar bewarna hitam selama 2 hari.
Riwayat demam, penyakit kuning, penyakit tifus disangkal. Riwayat minum antibiotik
jangka panjang disangkal. Pasien memiliki kebiasaan meminum obat paramex yang
dibeli nya di warung setiap merasa pusing atau sakit gigi.
Sebulan yang lalu pasien masuk RSAM dengan keluhan yang sama dan telah ditransfusi
5 kantong. Menurut orang tua pasien, dokter ruangan mengatakan bahwa pasien
didiagnosis penyakit kanker darah.
Pada pemeriksaan pasien terdapat ptekie dan ekimosis pada lengan tetapi tidak
ditemukan adanya hepatosplenomegali.
Setelah saya pelajari beberapa perbedaan antara anemia aplastik dengan leukima
terutama akut mioblastik leukima yang memiliki manifestasi klinis dan pemeriksaan
apusan darah tepi yang hampir mirip didapatkan adanya perbedaan yaitu pada akut
mioblastik leukima ditemukan banyak sel muda, sedangkan pada anemia aplastik tidak
ditemukan sel muda.
Setelah diskusi dengan dokter ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa dokter ruangan
kurang teliti untuk melihat hasil apusan darah tepi secara keseluruhan, dikarenakan
banyaknya pasien yang harus diperiksa oleh dokter tersebut, beliau hanya melihat pada
kesan di pemeriksaan tersebut yaitu anemia normokrom normositter dengan
pantsitopenia, dimana pada akut mioblastik leukima juga memiliki kesan pemeriksaan
yang sama.
Dalam kasus ini pasien memiliki keluhan gusi berdarah, BAB hitam, pusing, lemas, dan
pucat. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah penurunan Hb dan
trombosit yang menyebabkan terjadinya manifestasi perdarahan, baik di gusi, di kulit
(ptekie dan ekimosis), maupun pada buang air besar. Keluhan tersebut bisa terjadi pada
anemia aplastik ataupun leukima mioblastik akut. Dimana untuk mengetahui
perbedaanya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Anemia aplastik adalah suatu kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentuk darah dalam
sumsum. Penyakit ini ditandai dengan adanya pansitopenia, di mana terjadi kondisi
defisit sel darah pada jaringan tubuh. Biasanya hal ini juga dikaitkan dengan kurangnya
jumlah sel induk pluripoten, defek pada limfosit T helper, defisiensi regulator humoral
atau selular, atau faktor-faktor lainnya. Umumnya pasien anemia aplastik yang mendapat
terapi transplantasi sumsum tulang dari saudara kembar identik dapat sembuh dari
penyakit tersebut. Di samping itu, anemia aplastik dapat disebabkan oleh induksi obat
atau induksi toksin yang menyebabkan kerusakan sel induk. Penyebab kasus lainnya
adalah infeksi virus. Angka kejadian anemia aplastik sangat rendah, pertahunnya kira-
kira 2 5 kasus/juta penduduk/tahun. Ada beberapa obat-obatan yang dapat
mencetuskan anemia aplastik diantaranya adalah amotidine, Prednisolone, Cyclosporine,
Pentamidine isethionate, Dexchlorpheniramine maleate, Methylprednisolone sodium
succinate, dan Magnesium oxide. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya trias
(anemia, lekopeni, trombositopeni) disertai gejala klinis panas, pucat, perdarahan, yang
penting adalah tanpa hepatosplenomegali.
Pada kasus ini, pasien sering mengkonsumsi obat paramex dimana kandungan paramex
salah satunya adalah Dexchlorpheniramine maleate yang merupakan salah satu obat
pencetus anemia aplastik. Pada pemeriksaan apusan darah tepi pasien ini hasilnya adalah
eritrosit (jumlah menurun, distrubusi renggang, gambaran sebagian besar normokrom
normositter), leukosit (jumlah menurun, seri granulosit : neutrofil segmen +, seri
granulosit : limfosit matur +, tidak ditemukan sel muda/blast,), trombosit jumlah
menurun. Kesan : anemia normokrom normositter dengan pantsitopenia. Hal ini lah yang
6. Apa yang Anda Dilakukan Bila Suatu Hari Bertemu dengan Kasus yang Sama?
Bila saya menemukan kasus yang sama dikemudian hari saya akan melakukan hal yang
sama saat saya menemukan kasus ini, yaitu memperdalam kasus tersebut, memeriksa
pasien dengan teliti dan cermat mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, dan menjelaskan kepada keluarga dan pasien mengenai penyakitnya.
8. Refleksi dari aspek humaniora beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Berikut ini kajian antara 4 aspek prinsip humaniora dengan kasus yang diangkat:
a. Berbuat baik (beneficence).
Pada kasus ini, dengan kita mengikuti perkembangan penyakit pasien, melakukan
anamnesa yang baik, pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat sehingga diperoleh
diagnosa dan penatalaksaan yang tepat merupakan bentuk-bentuk dari nilai berbuat
baik terhadap pasien.
Pada kasus ini, dokter kurang teliti dalam melihat hasil pemeriksaan penunjang,
sehingga dapat berakibat perbedaan terapi dan prognosis kedepannya. Selain itu, pada
pasien ini ditatalaksana hanya berdasarkan gejala, yang pada penderita anemia
aplastik, gejala tersebut akan terus berulang. Hal ini merupakan salah satu bentuk
merugikan pasien.
Pada kasus ini, dokter tidak memberikan penjelasan secara detail mengenai kondisi
pasien sehingga dapat menyebabkan pasien tidak dapat memilih keputusan terhadap
penyakitnya.
d. Justice ( Keadilan )
Pada kasus ini, seorang dokter harus tetap melakukan pelayanan secara
optimal terhadap pasien tanpa melihat usia pasien, tingkat ekonomi dan
lain-lain. Sesibuk apapun dokter tersebut, sebanyak apapun pasien,
dokter juga harus teliti dan cermat dalam mendiagnosis pasien.
Dokter juga harus teliti dan cermat dalam memeriksa pasien, karena hal ini dapat
menentukan diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis kedepannya. Bila dari awal
dokter salah mendiagnosis, maka hal ini akan menyebabkan kerugian bagi pasien dan
keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, et al. 2011. Anemia Aplastic. Hariisons Principles of Internal Medicine, 18th Ed.
McGraw-Hill : USA
Howard Martin R., and Peter J. Hamilton. Haematology. Third Edition. Elsevier. 2008
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
IPD FKUI Pusat. Jakarta. 2007: 627-633
Shahidi, NT. 2008. Acquired Aplastic Anemia: Classification and Etiologic Consideration in
Aplastic Anemia and Other Bone Marrow Failure Syndrome. New York Springer Verlag
2008