Anda di halaman 1dari 2

KAPUK (Ceiba petandra Gaertn)

Tanaman ini berasal dari daerah tropis di Amerika berkembang dan menyebar ke Afrika
dan Asia. Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara intensif.
Misalnya di P.Jawa dilereng Gunung Muria (Pati) disekitar Weleri, antara Semarang
Pekalongan. Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat , perkebunan swasta dan
perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini mencapai 250 500 ha dengan
produksi serat mencapai 84 700 kg. Ceiba pentandra, dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
Ceiba occidentalis, banyak ditemukan di Amerika dan Afrika, dan Ceiba orientalis, yang berada
di Asia. Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau stek. Tanaman kapuk tidak banyak mendapat
gangguan hama atau penyakit kecuali gangguan parasit dari keluarga Loranthaceae. Namun
penyakit yang kerap muncul dan menimbulkan masalah pada tanaman kapuk adalah penyakit
puru akar dan peyakit Phytopthora palmivera.
Sumber : DIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL
PERKEBUNAN 2008. Jl. Harsono RM No 3, Gedung C, Pasar Minggu, Jakarta. Telepon (021)
7815682, Fax (021) 7827903.

Penyakit Puru Akar pada tanaman kapuk (ceiba pentandra)


Penyakit ini banyak menyerang tanaman kapuk yang ditanam di lahan tegal yang
tanahnya ringan. Sehingga banyak menimbulkan kerugian bagi petani karena terjadi penurunan
produktivitasnya. Tanaman kapuk umumnya tidak tahan nematoda.
Gejala:
Tanaman yang terkena penyakit ini biasanya pertumbuhannya kerdil terhambat dan layu
sementara. Pada siang hari tanaman layu tetapi pada sore hari dan pagi hari segar kembali. Jika
serangan terus terjadi maka akan layu permanen dan mati. Apabila tanaman yang terserang
penyakit ini dicabut, maka akan terlihat adanya puru akar (akar yang membengkak). Tanaman
yang terserang nematode in akan cepat mati jika diikuti oleh infeksi pathogen lainnya, misalnya
jamur F. oxysporum, Sclerotium sp.
Penyebab Penyakit :
Penyakit Puru akar disebabkan oleh nematode puru akar Meloidogyne spp., spesies yang
dominan menyerang kenaf di Indonesia adalah M. javanica dan M. incognita.
Siklus hidup :
Siklus hidup nematode puru akar b ervariasi , sekitar 14 hari. Stadium telur antara 5-7 hari.
Epidermi :
Lama siklus hidup Meoidogyne sp adalah 17 hari pada suhu 27,5-30O C, 21-30 hari pada suhu
24oC, 31 hari pada suhu 20oC dan 57hari pada suhu 15,4oC. Suhu juga mempengaruhi daya
tahan nematode puru akar. Pada suhu 0-4 o C telur dan larva akan mati dalam 1-2 minggu,
sedangkan pada suhu 21oC dapat tahan sampai 4 bulan.
Pada tanah kering, telur dan larva akan dehidrasi sehingga cepat mati. Pada tanah yang terlalu
basah, nematode kekurangan oksigen sehingga menimbulkan kematian. Kadar oksigen optimum
bagi perkembangan embrio, penetasan telur dan gerakan nematode puru akar adalah di atas 10%.
Tanah dengan pH agak asam sampai netral sangat cocok untuk nematode puru akar. Penetasan
selama 10 hari. telur Meloidogyne spp pada tanah yang diberi eksudat kecambah tomat
meningkat sebanyak 24%. Pada kondisi tanah yang baik, telur dapat bertahan sampai satu tahun.
Pengendalian:.
1) Sanitasi, dengan membersihkan sisa tanaman sakit dan dan mencabut gulma inang kemudian
dikumpulkan dan dibakar; 2) Teknik budidaya meliputi teknik pemberoan, pengeringan,
penggenangan serta membalik tanah serta rotasi dengan tanaman bukan inang, untuk memutus
rantai makanan; 3) Penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit puru akar yaitu Hc GI, Hc
G4, Hc G45, Hc Cuba 102 dan Hc Cuba 10811; 4) Pengendalian hayati dengan meningkatkan
populasi Jamur yang merupakan anatagonis antara lain Paecilomyces lilacinus dan Arthrobrotys
sp., dilakukan dengan penambahan bahan organik ; 5) Pengendalian kimiawi dilakukan jika
populasi nematode cukup tinggi. Nematisida untuk mengendalikan nematode puru akar antara
lain karbofiran dengan dosis 40-80kg/ha, Dazomet 10-15 kg/ha. (Sri Wijiastuti, Penyuluh
Pertanian Pusluhtan, BPPSDMP, Kementan).

Sumber: KENAF (Hibiscus cannabinus L.). Departemen Pertanian. Badan Penelitian .Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan serat. 2009.

Anda mungkin juga menyukai