Anda di halaman 1dari 12

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Menurut Deni (2016) Pantai Tapak Paderi adalah salah satu tujuan wisata

terbaik di Provinsi Bengkulu. Dengan garis pantai yang berbatasan dengan

Samudera Hindia, Pantai Tapak Paderi Bengkulu menyatu dengan Pantai Panjang

atau yang biasa disebut Long Beach, membuat pantai seluruh Provinsi Bengkulu

tampak membentang tak berujung, membuatnya terlihat menyenangkan untuk

relaksasi di laut dengan pasir dan mataharinya yang sangat indah.

Menurut Atikah et al (2008) menyatakan bahwa kawasan pesisir

merupakan daerah perbatasan antara darat dan laut, dimana daerah pesisir ini

terdapat sebuah ekosistem yang di sebut ekosistem mangrove. Ekosistem ini

membentuk sebuah interaksi antar ekosistem lain. Sehingga membentuk suatu

keseimbangan yang dinamis dari masing-masing komponen. Interaksi antara

hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang dengan lingkungannya di

perairan pesisir bisa memberikan kondisi lingkungan yang sangat cocok bagi

berlangsungnya proses biologi dari berbagai macam jenis organisme akuatik.

Kawasan pesisir yang memiliki ketiga ekosistem tersebut bisa di katakan perairan

yang stabil dan seimbang. Dengan adanya ketiga ekosistem tersebut, biota yang

ada di dalam perairan tersebut tidak akan kekurangan makanan karena ketiga

ekosistem ini dapat menghasilkan sumber makanan terhadap biota yang ada di

dalamnya. Di samping itu, secara ekologis ketiga ekosistem tersebut bisa berperan

sebagai penyeimbang stabilitas kawasan pesisir, baik akibat pengaruh dari darat

maupun dari laut itu sendiri.


2

Lulu (2006) menyatakan bahwa perairan di sekitar hutan mangrove

mempunyai peranan dan memegang kunci dalam perputaran nutrien, sehingga

bisa memberikan dampak positif terhadap biota yang ada di dalam perairan

tersebut. Begitu juga halnya dengan padang lamun, para pakar mengemukakan

bahwa fungsi utama padang lamun adalah berperan dalam pendauran zat hara

yang sangat diperlukan bagi kehidupan biota laut.

Lulu (2006) juga menyatakan bahwa pada zaman era globalisasi ini

banyak sekali dampak negatif terhadap perairan laut, sehingga bisa mengurangi

atau menghambat pertumbuhan sebuah ekosistem, salah satu faktor tersebut

adalah pesatnya kemajuan pembangunan dan tingginya kebutuhan hidup manusia,

ini semua sangat berdampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas ekosistem

perairan laut. Kondisi semacam ini bukanlah hal asing lagi di permasalahkan atau

di pertanyakan di dalam forum-forum diskusi. Karena masih pada saat sekarang

ini sudah terjadi pada sebagian besar kawasan pesisir di Indonesia, antara lain di

kawasan pesisir klampis itu sendiri, dimana di kawasan ini sangat minim sekali

sebuah ekosistem yang hidup di perairan tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab dari berkurangnya ekosistem

tersebut maka kami melakukan sebuah praktikum guna untuk meninjau lebih

lanjut tentang informasi berkurangnya sebuah ekosistem tersebut. Dengan adanya

praktikum ini sehingga kami bisa mengetahui faktor-faktor apa yang

menyebabkan berkurangnya hal tersebut dan nantinya kami bisa mengantisifikasi

atau memperbaikinya di masa yang akan datang.


3

I.2. Maksud dan Tujuan Praktikum

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum lapangan Ekologi Laut Tropis

ini adalah untuk mengetahui struktur, komposisi dan distribusi makrozoobenthos

di perairan pantai tapak paderi yang dapat menyebabkan berkurangnya biota pada

lingkungan tersebut. Tujuan dari praktikum Ekologi Laut Tropis ini adalah Untuk

memberikan kemampuan kepada Mahasiswa secara langsung dalam penentuan

tingkat keanekaragaman jenis untuk melihat ada tidaknya spesies yang

mendominasi.

I.3. Manfaat dan Kegunaan Praktikum

Adapun manfaat dan kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah

mendapatkan informasi dari hasil praktikum yang dapat diterapkan kepada

pembaca.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lulu (2006) menyatakan bahwa ekosistem laut merupakan sistem akuatik

yang terbesar di planet bumi. Lautan menutupi lebih daripada 80 persen belahan

bumi selatan tetapi hanya menutupi 61 persen belahan bumi utara, dimana

terdapat sebagian besar daratan bumi.

Haidir (2013) menyatakan bahwa Zoobenthos merupakan hewan

yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik

yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang

beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi

dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan,serta

menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.


Haidir (2013) juga menyatakan Zoobenthos membantu

mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan benthos,

terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan

makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk

ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga

mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi

produsen perairan.
Irvina Nurachmi et al (2010)menyatakan bahwa berdasarkan

ukurannya, Zoobenthos dapat digolongkan ke dalam kelompok zoobenthos

mikroskopik atau mikrozoobenthos dan zoobenthos makroskopik yang

disebut juga dengan makrozoobenthos. Makrozoobenthos dapat mencapai

ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 - 5 mm pada saat pertumbuhan

maksimum.
5

Menurut Jeremias et al (2013) menyatakan bahwa makrozoobentos

dapat ditahan dengan saringan No. 30 Standar Amerika. menyatakan

bahwa makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan

yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer.
Menurut Muhammad et al (2016) menyatakan bahwa berdasarkan

keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobentos yang hidupnya

merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti

Crustacea dan larva serangga. Sedangkan makrozoobentos yang hidup

pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya

Bivalve dan Polychaeta.


6

III. METODOLOGI
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Laut Tropis ini dilaksanakan pada hari Kamis, 3

November 2016 di Perairan Laut pantai tapak paderi Provinsi Bengkulu dan

Proses identifikasi dilaksanakan dilaboratorium Biologi Laut pada hari Minggu,

04 Desember 2016.

III.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum dilapangan

adalah plot kuadrat 1x1 meter, saringan, tali rafia, plastik, Formalin 10% dan alat

tulis. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum di

laboratorium adalah makrozoobenthos, toples, aluminium foil dan alat tulis.

III.3. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan panjang

garis transek yang akan dipasang petak kuadrat yang mana jarak antara plot ke

plot 25 meter. Penentuan lokasi pengambilan sampel tepatnya pada titik kordinat

LS=03o,46889 BT =102o 15237.

III.4. Metode Praktikum


Metode yang digunakan adalah dengan metode transek plot garis

dilakukan dengan cara membuat plot-plot (ukuran 1x1 meter) dengan jarak

tertentu pada garis transek. Pada setiap stasiun pengamatan ditetapkan 3 transek

garis dari pinggir pantai ke arah laut. Sepanjang garis diletakkan plot sebanyak

tiga petak dan pada setiap petak plot dideterminasi setiap jenis makrozoobenthos,

dihitung jumlah individu setiap jenis.

III.5. Pengambilan Sampel Makrozoobenthos


7

Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan menggunakan metode

Purvosive Sampling dengan menentukan beberapa stasiun pengamatan yang

dibagi dalam tiga substasiun. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan

sebanyak 3 kali pada setiap substasiun yang mana sampel makrozoobenthos

diambil dengan cara mengutip, sedangkan sampel makrozoobenthos diambil

dengan cara bagian subratnya dikeruk dan sampel yang didapat disortir dengan

menggunakan tangan untuk sampel yang besar sedangkan metode pengapungan

untuk sampel yang berukuran kecil.

III.6. Identifikasi Makrozoobenthos


Proses identifikasi makrozoobenthos dilakukan dilaboratorium, sebelum

memasuki proses identifikasi sampel yang sudah dibersihkan dengar air dan

direndam dengan formalin 4% dan selanjutnya sampel dimasukkan kedalam

plastik yang telah diisi alkohol 70% sebagai pengawet, lalu diberi label. Setelah

itu barulah sampel dibawa ke laboratorium untuk di identifikasi dan penghitungan

jumlah individu dari setiap sampel.

III.7. Analisis Data


Proses analisis data dilakukan di laboratorium, yang dalam proses analisis

data ini menggunakan beberapa metode yaitu metode Indeks Keanekaragaman

Jenis (H), Indeks Keseragaman Jenis (E) dan metode Indeks Dominansi (D).
8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum diperoleh data sebagai
berikut:

IV.1.1. Hasil Pengamatan di Laboratorium


Tabel.1 Identifikasi Makrozoobenthos
Pi
Ukuran( N Log Log2
Jenis Pi log2 H E D
cm) i Pi Pi
Pi
Plot 1
- - -
Donax 0,166 0,408
2 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
vittatus 7 2
1 8 7
Turbo - - -
0,166 0,408
chrysosto 2 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
7 2
mus 1 8 7
- - -
Asaphis 0,166 0,408
1,8 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
violascens 7 2
1 8 7
Plot 2
- - -
Turbo 0,166 0,408
3,5 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
bruneus 7 2
1 8 7
- - -
Haliotis 0,166 0,408
3,5 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
tubercula 7 2
1 8 7
Plot 3
- - -
Drupa 0,166 0,408
1 1 0,778 2,584 0,129 0,1297 0,0304
ricina 7 2
1 8 7
=0,77 =0,18
Total 6
82 24

Kesimpulan:

Kriteria H
H = 0,7782 (H 1)
Yang menunjukkan bahwa keanekaragaman rendah.
Kriteria E
E = 0,1824 (E = mendekati 1)
Yang menunjukkan keseragaman seimbang.
Kriteria D
D = 0,4082 (D = 0,01-0,49)
Yang menunjukkan tidak ada spesies yang mendominasi.
9

IV.2. Pembahasan
Indek keanekaragaman jenis makrozoobenthos pada perairan pantai tapak

paderi adalah 0,7782. Menurut Shannon Weiner dalam Haidir (2013) jika H < 1

= indeks keanekaragamannya rendah , artinya keragaman yang rendah dengan

sebaran individu yang tidak merata, sedangkan jika 1 < H < 3 = indeks

keanekaragaman sedang, artinya keragaman yang sedang dengan sebaran individu

yang sedang pula. Dari data diatas menyatakan bahwa indeks keanekaragaman

jenis makrozoobenthos sebarannya tidak merata (keragamannya rendah) berarti

lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan(tekanan)yang cukup

besar, atau struktur komunitas organismenya jelek.

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa indeks keanekaragaman jenis ini

memperhitungkan banyaknya jenis dan banyaknya individu berarti penyebaran

dari individu pada masing-masing jenis, semakin kaya jenisnya maka perairannya

semakin baik. Tetapi sebaran individu tidak merata, keadaan ini dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan yang tidak baik sehingga kondisi keragaman jenis rendah,

adanya pergantian musim dapat mempengaruhi keragaman jenis dan kondisi

makanan juga sangat berpengaruh terhadap keragaman jenis makrozoobenthos.

Indeks dominasi jenis makrozoobenthos pada perairan Pantai Tapak Paderi

adalah 0,4082. Menurut Simpson dalam Haidir (2013) bahwa nilai indeks

dominansi jenis antara 0-1. Apabila nilai D mendekati nol berarti tidak ada jenis

yang mendominasi dan apabila nilai D mendekati 1 berarti ada jenis yang

dominan muncul pada perairan tersebut. Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa indeks keragaman makrozoobenthos rendah.


10

Jenis dominan ialah jenis-jenis yang dapat menempatkan sumber daya dan

lingkungan yang ada lebih efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lain. Jenis

lainnya dapat hidup bersama-sama karena jenis-jenis lain dapat menempati relung

(niche) atau bagian relung yang tidak dimanfaatkan jenis dominan. Jadi jenis yang

bersipat generalis yang mempunyai kisaran fisiologi yang luas sedangkan jenis-

jenis lainnyabersifat spesialis dari segi persyaratan ekologis dan mempunyai

toleransi fisiologis yang sempit.

Sedangkan untuk indeks keseragaman jenis makrozoobenthos pada

perairan Pantai Tapak Paderi adalah 0,1824. Menurut Weber dalam Atikah et al

(2008) apabila indeks keseragaman jenis mendekati 1 (> 0,5) berarti keseragaman

organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan seimbang berarti tidak

terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadap makanan.apabila indeks

keseragaman jenis < 0,5 atau mendekati 0 berarti keseragaman jenis organisme

dalam perairan tersebut tidak seimbang, dimana terjadi persaingan baik pada

tempat tinggal maupun makanan. Dari data diatas menunjukkan organisme

perairan Pantai Tapak Paderi dalam keadaan seimbang berarti tidak ada terjadinya

persaingan dalam merebutkan makanan maupun tempat tinggal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan

Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi.

Lautan menutupi lebih daripada 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya

menutupi 61 persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan

bumi.
11

Indek keanekaragaman jenis makrozoobenthos pada perairan pantai tapak

paderi adalah 0,7782. Menurut Shannon Weiner dalam Haidir (2013) jika H < 1 =

indeks keanekaragamannya rendah. Dari data tersebut menyatakan bahwa indeks

keanekaragaman jenis makrozoobenthos sebarannya tidak merata (keragamannya

rendah) berarti lingkungan perairan tersebut telah mengalami

gangguan(tekanan)yang cukup besar,atau struktur komunitas organismenya jelek.

Indeks dominasi jenis makrozoobenthos pada perairan Pantai Tapak Paderi adalah

0,4082 yang menunjukkan bahwa indeks keragaman makrozoobenthos rendah.

Sedangkan untuk indeks keseragaman jenis makrozoobenthos pada perairan

Pantai Tapak Paderi adalah 0,1824 yang menunjukkan bahwa perairan Pantai

Tapak Paderi dalam keadaan seimbang berarti tidak ada terjadinya persaingan

dalam merebutkan makanan maupun tempat tinggal

V.2. Saran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sudah

maju dan modern diharapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

pratikum ini cukup memadai sehingga memudahkan dalam objek yang akan kita

teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Atikah Asry, Yunasfi, Zulham Afandy, Harahap. 2008. Komunitas


Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Kecamatan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Penelitian, 4 (1):1-15.

Deni. 2016. Kualitas Perairan di Pantai Tapak Paderi Provinsi Bengkulu.


Laporan Praktikum Oseanografi Kimia Jurusan Ilmu Kelauatan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
12

Haidir. 2013. Skripsi. Distribusi Makrozoobentos Pada Sedimen Bar (Pasir


Penghalang) Di Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Kabupaten
Takalar. Jurusan Ilmu Kelauatan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universutas Hasanudin. Makasar.

Irvina Nurachmi, Zulkifli, Esra Wati. 2010. Distribusi Makrozoobenthos di


Perairan Aek Manis Kabupaten Sibolga Sumatera Utara. Jurnal
Penelitian, 38 (1):1-7.

Jeremias R, Tuhumena, Janny D. Kusen, Carolus P. Paruntu. 2013. Struktur


Komunitas Karang Dan Biota Asosiasi Pada Kawasan Terumbu Karang
Di Perairan Desa Minanga Kecamatan Malalayang II Dan Desa
Mokupa Kecamatan Tombariri. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 3 (1).

Lulu, A. 2006. Skripsi Distribusi dan Struktur Komunitas Makrozoobenthos Serta


Kondisi Perairan Teluk Jakarta. Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.Bogor.

Muhammad Ruslan Umar, Willem Moka, Epavras Harses. 2006. Biodiversitas


Makrozoobentos (Kelas Bivalvia, Echiniodea Dan Asteroidea) Pada
Perairan Padang Lamun Di Perairan Bone Batang Kepulauan
Spermonde. Jurnal Bioma, 1(1):1-11.

Anda mungkin juga menyukai