Anda di halaman 1dari 7

6

B. Kepustakaan

1. Travel medicine

a. Definisi

Menurut Peraturan Pemerintah no 67 tahun 1996 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan, wisata merupakan kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

wisata. Menurut peraturan ini, pariwisata juga diartikan sebagai segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan

objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang

tersebut. Memahami kedua definisi tersebut menjadi penting

mengingat ilmu pengetahuan dan praktik yang terkait dengan

kedokteran dan kesehatan di daerah pariwisata sudah berkembang

sangat pesat. Hal ini juga bisa digunakan sebagai dasar dalam

memberikan batasan-batasan yang sesuai dan ruang lingkup yang tepat

untuk masing-masing sub-disiplin ilmu yang ada. Salah satu ruang

lingkup keilmuan yang paling awal muncul adalah kedokteran wisata

(travel medicine).10

Travel medicine didefinisikan sebagai suatu cabang atau

spesialisasi ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari penyakit

dan kondisi kesehatan akibat perjalanan wisata dan upaya

penanganannya. Cabang ilmu ini mencakup berbagai disiplin ilmu

termasuk epidemiologi, penyakit menular, kesehatan masyarakat,


7

kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri, kedokteran kerja

dan sebagainya. Bidang ilmu ini semakin berkembang dalam tiga

dekade terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan

internasional di seluruh dunia.11

b. Tujuan

Adapun tujuan dari travel medicine adalah meminimalisir

timbulnya risiko kesehatan yang dapat mengancam para traveller yang

berhubungan dengan dengan kebutuhan kesehatan serta jenis

pariwisata yang dilakukan. Sebab dengan perencanaan yang lebih dini,

dapat dilakukan pencegahan atau pengobatan preventif sehingga dapat

melindungi dan meminimalisasi faktor risiko kecelakaan maupun

terjadinya penyakit.11

c. Risiko terkait wisata

Faktor utama yang dapat menjadi risiko untuk terjangkitnya

penyakit bagi traveler antara lain;


1)
Jenis transportasi
2)
Tujuan
3)
Durasi perjalanan dan iklim tujuan
4)
Daerah tujuan wisata
5)
Tempat tinggal, kebersihan makanan dan sanitasi
6)
Perilaku
7)
Kondisi kesehatan traveler.2
8

Daerah tujuan dengan akomodasi, kebersihan dan sanitasi,

layanan kesehatan, dan kualitas air yang memenuhi standar tinggi

relative kecil memberikan risiko terhadap kesehatan wisatawan,

kecuali wisatawan yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.

Epidemiologi penyakit infeksi di Negara tujuan juga penting diketahui

wisatawan. Adanya wabah di negara tujuan hendaknya diketahui oleh

wisatawan dan kedokteran wisata.2,5

Model transportasi, lama kunjungan, dan prilakuk wisatawan

menentukan kemungkinan terpapar infeksi; dan ini mempengaruhi

keputusan tentang kebutuhan pencegahan, misalnya vaksinasi tertentu

atau pengobatan anti-malaria. Lama kunjungan juga memungkinkan

terpapar dengan perubahan suhu dan kelembaban atau polusi atmosfer

yang berkepanjangan. 2,5

Tujuan kunjungan juga merupakan hal penting terkait risiko

kesehatan. Perjalanan bisnis ke kota, dimana wisatawan

menghabiskan waktunya di dalam hotel atau pusat pertemuan dengan

standar akomodasi tinggi atau perjalanan wisata yang diorganisir

dengan baik memiliki risiko kecil daripada berwisata ke daerah

terpencil, baik untuk tujuan bekerja meupun kesenangan. 2,5

Perilaku juga berperan besar, misalnya pergi keluar pada malam

hari di daerah endemic malaria tanpa persiapan pencegahan akan

menyebabkan terkena infeksi malaria. 2,5


9

d. Jenis Kegiatan

1) Konsultasi medis sebelum wisata


Setiap wisatawan yang akan berpergian ke negara sedang

berkembang harus berkonsultasi dengan dokter sebelum

perjalanan. Sebaiknya konsultasi dilakukan 4 minggu sebelum

berpergian atau lebih awal jika tujuannya adalah untuk bekerja di

luar negeri. Tujuan konsultasi adalah untuk menentukan akan

keperluan vaksinasi atau pemberian obat malaria untuk

pencegahan. Pemeriksaan gigi dan ginekologi untuk perempuan

mungkin diperlukan terutama bagi mereka yang bepergian jangka

panjang atau tujuannya ke daerah terpencil.2,7


2) Penilaian risiko kesehatan terkait wisata
Tenaga medis akan memberikan rekomendasi meliputi

vaksinasi dan pengobatan lainnya berdasarkan penilaian risiko dari

wisatawan, tergantung dari penyakit yang diperoleh di daerah

tujuan. Pengumpulan informasi dan penilaian risiko secara rinci

hendaknya ditanyakan kepada wisatawan. 2,7


3) Perlengkapan kesehatan
Perlengkapan kesehatan perlu disediakan selama perjalanan,

trutama bagi mereka yang berpergian ke negara sedang

berkembang atau daerah dengan layanan kesehatan tidak jelas.

Perlengkapan ini meliputi obat-obatan dasar untuk mengobati

penyakit umum, bantuan pertama, dan berbagai alat medis lainnya

seperti semprit dan jarum, yang mungkin diperlukan oleh

wisatawan selama perjalanan. 2,7


4) Wisatawan dengan keadaan medis sebelumnya dan kebutuhan

khusus
10

Risiko kesehatan terkait wisata adalah lebih besar pada

kelompok wisatawan tertentu, misalnya bayi, anak-anak,

perempuan hamil, usia lanjut, cacat dan yang mempunyai penyakit.

Risiko kesehatan bervariasi tergantung tujuan wisata, seperti

betujuan untuk mengunjungi teman atau keluarga atau tujuan

keagamaan, untuk bekerja atau bisnis, semua wisatawan

memerlukan saran medis umu dan kesehatan wisata khusus,

termaksud pencegahan(precaution) khusus. 2,7


Perjalanan udara mungkin menyebabkan ketidaknyamanan

bagi bayi dan kontraindikasi untuk bayi yang berusia kurang dari

48jam. Bayi dan anak-anak sensitif terhadap perubahan ketinggian

dan radiasi uv. Selain itu, bayi dan anak-anak mempunyai

kebutuhan khusus untuk vaksinasi dan pencegahan malaria.

Kelompok ini juga mudah mengalami dehidrasi dan terjangkit

infeksi dibandingkan orang dewasa. Para lanjut usia memerlukan

saran medis sebelum berpergian jarak jauh. 2,7


Secara umum, perempuan hamil tidak dilaranf untuk

bepergian, kecual perkiraan waktu persalinan sudah dekat. Waktu

berpergian paling aman pada wanita hamil adalah pada trimester

kedua. Perjalanan ke ketinggian dan daerah terpencil tidak

dianjurkan selama kehamilan. 2,7


Kecatatan fisik umumny akan bukan halangan untuk

berpergan sepanjang kesehatannya baik. Jasa penerbangan

umumnya menyediakan bantuan untuk orang cacat. Orang yang


11

menderita penyakit kronik hendaknya meminta saran medis

sebelum merencanakan perjalanan. 2,7


5) Asuransi untuk wisatawan
Semua wisatawan dianjurkan mempunyai asurasi selama

wisata, biaya pengobatan mungkin lebih mahal di negara tujuan.

Asuransi hendaknya meliputi perubahan tujuan perjalanan,

pemulangan balik mendadak karena alas an kesehatan, rawat inap

di rumah sakit, perawatan medis jika sakit atau kecelakaan dan

pemulangan balik jenazah jik terjadi kematian. 2,7


6) Peran professional industri wisata
Operator perjalanan, agen wisata, perusahaan penerbangan

dan angkutan laut masing-masing bertanggung jawab terhadap

keselamatan wisatawan. Agen atau operator wisata hendaknya

memberikan wisatawan panduan terkait kesehatan seperti:

menganjurkan pemeriksaan kesehatan begitu ada rencana berwisata

terutama ke daerah yang mempunyai risiko kesehatan, sebaiknya

dilakukan 4-8minggu sebelum berpergian; saran dokter wisata

sebelum berpergian, informasi tentang bahaya dan keamanan

pribadi, mengingatkan menggunakan asuransi, memberikan

informasi tentang vaksinasi wajib untuk demam kuning,

pencegahan malaria, bahaya kesehatan penting lainnya di daerah

tujuan, dan ada-tidaknya fasilitas layanan medis yang baik di

tujuan wisata.
7) Pemeriksaan medis setelah wisata
Wisatawan dianjurkan untuk melaksanakan pemeriksaan

medis, jika: menderita penyakit kronik (seperti PKV, DM, penyakit

paru kronik), menderita sakit dalam seminggu setelah pulang

(terutama demam, diare menetap, muntah, ikterus, kelainana


12

saluran kmih, infeksi genital), menerima pengobatan malaria

selama wisata, terpapar dengan penyakit serius selama perjalanan,

menghabiskan waktu lebih dari 3 bulan di negara sedang

berkembang. 2,7

Anda mungkin juga menyukai