Anda di halaman 1dari 10

Menjadi Guru Yang Berkualitas

Seorang guru dicipta untuk menghasilkan siswa yang baik. Baik dalam artian sikap dan
otaknya pun baik alisas cerdas. Paling tidak rata-rata siswa yang diajar tersebut punya
nilai bagus,itu yang diharapkan orangtua pada umumnya.Lantas bagaimana dengan guru
yang mengajar?Apakah dia juga punya niat menmberhasilkan siswa yang berkualitas?
Sebagai seorang guru sudah sepantasnya kita punya tanggung jawab dan prioritas utama
untuk mencerdaskan siswa didik.Bukan hanya karena materi tapi tanggung jawab besar
terhadap keberhasilan siswa.Jika kamu seorang guru apa yang akan kamu lakukan
terhadap siswamu?Seperti apakah nilai keberhasilanmu dalam mengajar?
Ada enam (6) peran penting yang mesti dilakukan oleh guru terhadap peserta didiknya.
Peran ini sangatlah penting untuk menilai diri sendiri oleh seorang guru (Refleksi) :
Apakah secara personal dan profesional, guru sudah berkualitas dan efektif ?

Beberpa ciri seorang guru yang berkualitas :

1. Memperhatikan Pribadi Murid


Guru yang efektif dan profesional amat care (perhatian) pada pribadi para peserta
didiknya dan menampakkan hal itu sehingga para peserta didik merasakannya. Perhatian
personal seperti ini paling dapat dirasakan dari tatapan mata di antara guru dengan para
pserta didiknya: tatapan mata perhatian dan suportif. Guru yang sungguh memerankan
caring akan lebih sering memberikan peneguhan dan dorongan semangat. Karakteristik
dari caring ini banyak bentuknya, seperti: kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan
keberanian; juga mendengarkan dengan empatik, memahami, mengenal masing-masing
peserta didik secara individu, hangat dan penyemangat; dan di atas semuanya itu, cinta
pada pribadi peserta didik.

a. Mendengarkan (Listening)
Guru yang efektif mampu mendengarkan penuh empatik, tidak hanya mendengarkan apa
yang terjadi di dalam kelas, tetapi terlebih tentang kehidupan peserta didiknya secara
umum. Sikap dan tindakan berarti menghargai tiap hal yang diungkapkan oleh sang
peserta didik. Para pserta didik butuh perhatian dan pendampingan, dan mereka amat
menghargai guru yang baik dan suka menyemangati. Dalam tindakan seperti itulah
tampak bahwa guru itu sungguh care atau tidak terhadap peserta didiknya.
b. Memahami (Understanding)
Peserta didik sangat menghormati guru yang memahami apa yang menjadi masalah dan
pertanyaan mereka. Hasil wawancara dengan pserta didik secara konsisten menampakkan
bahwa para siswa ini menginginkan guru yang dapat mendengarkan keluh kesah,
pemikiran, dan masalah mereka serta dapat membantu mereka mencari jalan keluar
darinya. Para siswa merindukan sosok guru yang mengembangkan sikap saling
menghargai antar guru-siswa, merindukan sosok yang berbagi tentang hidup pribadi dan
pengalamannya. Guru yang siap sedia untuk siswa juga mendapatkan nilai penghargaan
yang tinggi. Peserta didik ingin melihat guru sebagai pribadi yang autentik dengan
perhatian dan empati yang tulus terhadap anak didiknya.

c. Mengenal Murid (Knowing Students)


Guru yang efektif dan care mengenal sungguh muridnya secara formal maupun informal.
Dia menggunakan kesempatan untuk terus menjaga komunikasi yang terbuka dengan
anak didik. Dia tahu siswanya secara individual, tidak hanya mengerti masing-masing
gaya belajar dan kebutuhan akademiknya, tetapi juga mengenal mereka secara personal,
apa yang mereka suka atau tidak suka, situasi dirinya yang bisa jadi mempengaruhi
perilaku dan penampilannya di sekolah. Guru yang efektif mengenal mereka pertama-
tama sebagai person, baru kemudian sebagai siswa.
2.Menghargai dan Memperlakukan Secara Sama Masing-Masing Pribadi
Guru yang efektif mengerti sungguh bagaimana menjaga kredibilitas dirinya. la akan
berusaha untuk menekankan nilai-nilai penghargaan dan perlakuan yang sama kepada
tiap-tiap pribadi muridnya. Selain itu, la pun menjadi model dan mempraktikkan nilai-
nilai tersebut. Murid sangat menghormati guru yang memperlakukan mereka secara adil,
tidak pilih kasih. Dan kalaupun ada anak yang bertindak keliru, akan lebih dihargai oleh
siswa jika guru tidak menasihatinya di depan seluruh kelas atau di depan teman-
temannya, melainkan ia berbicara berdua dari hati ke hati, lalu mengatakan apa yang
keliru serta memberikan masukan untuk tindakan yang benar dan baik. Siswa sangat
menghargai guru yang tidak membeda-bedakan mereka berdasarkan ras, latar belakang
budaya, dan gender.

3. Interaksi Sosial dengan Murid


Interaksi sosial dengan siswa adalah kesempatan baik bagi guru untuk mengembangkan
perhatian, perlakuan yang adil, dan rasa hormat pada anak didiknya. Kemampuan seorang
guru untuk melakukan interaksi positif dan hubungan yang saling menghargai, sungguh
memainkan peranan yang kuat dalam menumbuhkan suasana pembelajaran yang positif
dan meningkatkan keberhasilan siswa. Kehadiran guru dalam kegiatan olah-raga, konser
musik, atau acara-acara yang melibatkan partisipasi siswa, amatlah berharga bagi anak
didik. Interaksi sosial yang konstruktif antara guru dan siswa tidak hanya memberi
sumbangan positif terhadap proses pembelajaran dan pencapaian belajar murid, tetapi
juga meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri siswa dengan cara menumbuhkan
dalam diri mereka rasa memilki kelas dan sekolah (sense of belonging). Dan melalui
interaksi sosial seperti ini, guru dengan lebih mudah memberikan tantangan yang realistis
kepada masing-masing siswa untuk meraih sukses.

4. Mendorong Antusiasme dan Motivasi untuk Belajar


Guru dapat dengan lebih efektif memotivasi murid dengan cara mendorong mereka untuk
secara pribadi bertanggung jawab atas cara belajar, cara mengatur suasana kelas,
menetapkan standar yang cukup tinggi, melontarkan tantangan-tantangan, serta
memberikan penguatan dan semangat dalam mengerjakan tugas-tugas. Siswa akan
melihat sosok guru yang efektif seperti ini sebagai sosok pemimpin yang memotivasi.
Meskipun sadar bahwa ada beberapa murid mungkin lebih suka duduk tenang, guru yang
efektif tidak berhenti untuk terus memberikan motivasi dan melibatkan anak itu.
juga karena sadar bahwa tiap-tiap siswa punya level motivasi yang berbeda-beda, sang
guru dapat secara kreatif menemukan strategi yang cocok untuk masing-masing. Ia tahu
bagaimana memberikan dukungan kepada siswa yang sudah memiliki motivasi intrinsik;
sekaligus ia terus mencari jalan bagaimana memberikan motivasi ekstrinsik bagi siswa
yang membutuhkannya.
Guru yang efektif mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan membekali para
siswa dengan keahlian strategi belajar sesuai kapasitas dan interes masing-masing
individu. Sejalan dengan tindakan menyediakan keahlian strategi belajar, tindakan
melatihkan proses berpikir yang lebih tinggi akan menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, selalu baru, dan tidak membosankan. Guru yang memiliki dan
menampakkan api semangat hidup dan antusiasme merupakan faktor yang amat penting
dalam memperkuat motivasi anak didik,

5. Sikap terhadap Profesi Mengajar


Guru yang efektif memiliki dedikasi tinggi kepada pribadi siswa dan terhadap tugas
mengajarnya. Dalam dirinya tertanam sikap bahwa ia bertanggung jawab atas
keberhasilan anak-anak didiknya. Ia mengusahakan berbagai strategi pembelajaran untuk
melayani kebutuhan cara belajar muridnya yang bervariasi, dengan satu tujuan: anak
didiknya sukses.
Guru yang efektif suka bekerja secara kolaboratif dengan kolega staf pendidik, suka
berbagi ide, mau membantu teman yang kesulitan, dan terlebih membantu guru yang
masih baru. la selalu terbuka dan ingin terns mengembangkan dirinya sebagai guru yang
profesional, misalnya: mengikuti seminar, workshop, training, pengembangan
profesionalitas guru, dan sebagainya. Ia menuntut dirinya sendiri untuk tiada henti belajar
dan mengembangkan diri sebagaimana ia menuntut murid-muridnya untuk belajar dan
berkembang.

6. Sikap Reflektif
Guru yang efektif juga memperlihatkan sikap dan tindakan hidup reflektif. Ia selalu
mengevaluasi kinerjanya dan proses mengajarnya di kelas. Ia juga melakukan evaluasi
diri dan kritik diri sebagai alat bantu untuk mengupayakan yang lebih baik di hari esok.
Guru yang reflektif akan memotret dirinya sebagai murid yang belajar. Ia selalu ingin
tahu hal-hal baru tentang seni dan teori mengajar, juga tentang dirinya sendiri sebagai
guru yang efektif. Secara berkesinambungan ia mengembangkan pembelajaran dan
mencoba pendekatan-pendekatan baru agar semakin dapat melayani kebutuhan masing-
masing siswanya dengan lebih baik.
Riset mendefinisikan guru reflektif sebagai pribadi yang introspektif, artinya : mereka
selalu mencari pemahaman yang lebih mendalam akan pengajaran melalui studi lanjut
atau membaca buku-buku profesionalitas. Dengan cara melakukan refleksi setiap waktu,
guru berkehendak untuk menjadi pendidik yang lebih baik dan menanamkan sesuatu
yang berbeda (sesuatu yang positif) dalam hidup para muridnya. Guru yang efektif
membuka hati terhadap masukan dan kritik konstruktif demi perkembangan pribadi dan
keterampilannya; lalu mereka akan merefleksikannya dan belajar untuk berubah ke arah
yang lebih baik.
Untuk sampai ke tujuan seperti itu, dibutuhkan pikiran yang terbuka, kejujuran, dan
waktu yang cukup agar terjadi perubahan dalam perilaku mengajar. Praktik refleksi juga
meningkatkan self-efficacy dan rasa percaya diri dalam diri guru. Kedua hal ini pada
gilirannya akan juga meningkatkan kemampuannya memfasilitasi siswa dalam
pengajaran dan menjadikan mereka semakin berani mengkomunikasikan kepercayaan
hidupnya untuk dibagikan kepada para siswa.
Etika Berpakaian Seorang Guru
Orang jawa menyebutkan bahwa Guru berasal dari kata digugu lan ditiru. Artinya
bahwa seorang Guru harus bisa dipercaya dan ditiru setiap hal yang positif. baik dari segi
keilmuan yang dikuasainya hingga sikap dan etikanya ketika di sekolah. Peraturan
sekolah selalu memberikan aturan kepada semua siswanya mulai dari A sampai Z.
Termasuk bagaimana bentuk seragam mereka. Rata-rata sekolah mengharuskan seragam
siswa tidak neko-neko. Misalnya, celana siswa putra tidak boleh domodel seperti celana
pensil, atasan tidak boleh dimodel jangkis, kaos kaki harus putih dan hitam saja, sepatu
harus bertali, dan sebagainya. Begitu pula dengan anak perempuan, bawahan panjangnya
harus mencapai lima centimeter dibawah lutut, atasan tidak boleh ketat, bagi yang
berkerudung tidak diperbolehkan memakai kerudung instan, dan lain-lain. Banyaknya
peraturan yang menjerat siswa bisa saja menimbulkan protes yang luar biasa, jika ada
salah seorang Guru yang berbusana diluar etika.

Misalnya, Bu X pake rok mini,..ketat,..dibelah belakang lagi,gitu aja dibiarin,


lipstiknya merah banget lagi,..belum lagi sepatunya tuh,..tinggi banget kek tangga,huh
coba kita yang pake rok pendek dikit pasti deh,..lari lapangan,hormat bendera.

Pernah mendengar celotehan ini / atau bahkan kita yang pernah mengatakan hal yang
sama semasa sekolah dulu? Segalanya jelas,..karena si murid merasa sekolah tidak adil,
jika mereka dijerat oleh banyak peraturan. Ada baiknya Dewan guru dan karyawan pun
dikenakan peraturan yang sama mendidiknya. Intinya seorang guru haruslah berpakaian
yang sopan jika ke sekolah. mengenakan pakaian yang sesuai ukuran tubuh (tidak terlalu
ketat atau kedodoran) begitu pula dengan model bajunya. Menggunakan tata rias yang
jauh lebih natural (Ndak norak,..yang penting kelihatan bersih). Sepatu yang digunakan
pun jangan yang berlebihan, hindari hak terlalu tinggi dn motif yang terlalu rame.
Perhiasan dan asesoris sewajarnya saja, jangan sampai dapat julukan toko mas berjalan
daari murid kita.Yang terpenting dari semua itu ialah menjaga segala tingkah dan laku.
Termasuk perkataan dan pergaulan sesama guru. Karena apa yang dilihat oleh anak didik
kita akan selamanya melekat. Julukan Bu Hebring (berlebihan memakai perhiasan), Miss
RingRing (Tukang telpon), dan sebagainya ialah berasal dari perilaku dan cara seorang
guru mendandani fisiknya. Semoga bisa saling berintropeksi
Alasan Siswa Tidak Menyukai Guru

Proses belajar mengajar kadang kala tidak berjalan dengan baik. Misalnya di sekolah,
masalah umum yang sering timbul adalah siswa terlambat masuk, tidak mengerjakan
tugas dengan baik, melanggar peraturan sekolah, dll.

Beberapa hal ini sering membuat para guru kewalahan. Sampai pada keputusan final
harus dikembalikan kepada orang tua. kekacauan demi kekacauan yang diciptrakan oleh
siswa sering membuat beberapa guru jengkel. Tak jarang semua guru mengenal siswa
tersebut karena kenakalannya.

Namun, bagaimana jika kenyataan tersebut


berbalik arah? Siswa yang tidak suka pada gurunya.?
Sama gurunya aja ndak suka, apalagi pelajarannya. Gimana mau suka, yang ngajar
nyebelin. beberapa kalimat tersebut sering terlontar dari siswa yang tidak menyukai
gurunya. Ada beberapa penyebab mengapa siswa tidak menyukai guru.

Penampilan yang kurang menarik. Menjadi seorang guru akan lebih banyak
berada di muka kelas. Kalau penampilan guru tersebut tidak menarik, lamabat
laun akan memacu kebosanan. Akibatnya siswa menolak untuk menerima
kehadiran guru yang mereka anggap monoton tersebut.

Cara mengajar yang kurang pas. Kelas terdiri dari beragam siswa. Guru yang
menerangkan pelajaran dengan lamban akan disenangi oleh murid yang memang
kemampuannya terbatas. Namun, akan menjadi musuh bagi mereka yang bisa
diajak belajar cepat. Begitu sebaliknya.

Memberikan tugas yang tidak wajar, tidak masuk akal, dan menyusahkan siswa.

Marah karena hal sepele.

Mempermalukan siswa di depan siswa lainnya.

Subjektif dalam memberikan nilai.

Beberapa faktor ini bisa menjadi alasan siswa tidak suka kepada guru. kalau ada murid
yang tidak suka pada kita sebagai guru. Jangan marah, apalagi memberi nilai di bawah
rata-rata. Segeralah intropeksi diri.

Kasus SEO
BEKAL YANG HARUS DIMILIKI SESEORANG
UNTUK MENJADI GURU YANG BAIK
18

Dikutip dari buku Bagaimana Menjadi Guru Supermodel karya Iqbal N.Az. Penerbit:
Karya Pelajar Surabaya

Iqbal Nurul Azhar

Guru ketika berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang
menjual barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang
dagangannya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang
yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual,
gurupun juga demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-
siswinya tertarik pada materi yang diajarkan.

Tanda bahwa barang dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review
akhir yang biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru
biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan
bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.

Ketika dalam proses review tersebut seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan dengan
sempurna, maka secara tidak langsung hal itu telah menunjukkan bahwa guru tersebut
telah sukses berdagang, dan barang dagangannya yaitu ilmunya telah laku terjual. Namun
jika masih ada beberapa atau bahkan hampir seluruh siswa ada yang belum paham materi
yang disampaikan, makan hal ini secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa guru
tersebut kurang berhasil dalam berdagang.

Dan bila hal ini terjadi, yang harus dia lakukan adalah mengevaluasi kembali cara
berdagangnya, yaitu dengan menyakan banyak hal pada dirinya sendiri. Pertanyaanan
yang biasa diajukan dalam proses intorpeksi diri ini biasanya berkutat pada empat hal,
yaitu adalah apakah calon pembelinya punya cukup uang untuk membeli barang
dagangan atau tidak, atau dengan kata lain apakah harga barang dagangannya terlalu
mahal atau tidak, yang kedua yaitu apakah dagangannya telah dikemas dalam wadah
yang menarik atau tidak, yang ketiga apakah barang dagangannya telah bervariasi atau
monoton, dan yang terakhir adalah apakah barang dagangannya sudah cukup berkualitas
ataukah tidak.

Pertanyaan pertama tentang kemampuan pembeli yang disebutkan diatas sebenarnya


dimaksudkan untuk menanyakan apakah kemampuan siswa-siswi guru tersebut telah
cukup untuk menangkap isi materi ataukah tidak. Yang dimaksudkan dengan harga mahal
disini adalah materi yang diajarkan apakah terlalu rumit ataukah terlalu tinggi bagi siswa-
siswinya ataukah tidak. Masalah yang dijumpai tentang kesulitan yang berhubngan
dengan daya tangkap siswa terhadap mata pelajaran ini biasanya terjadi di sekolah-
sekolah yang berada di daerah, atau sekolah swasta dengan fasilitas yang minim. Banyak
guru terlalu berharap tinggi bahwa siswa mereka akan mampu menyerap semua materi,
padahal input sekolah tersebut tidak terlalu bagus, artinya siswa yang masuk ke sekolah
tersebut kemampuan belajarnya masih jauh di bawah standar, andai guru menjumpai
masalah seperti ini, maka yang bisa guru lakukan adalah menyesuaikan diri dengan
kondisi yang ada. Penyesuaian diri ini banyak sekali caranya, yang pertama guru bisa
menurunkan Standard Kompetensi yang hendak di capai sehingga anak-anak menjadi
lebih mudah menangkap pelajaran karena tingkat kesulitan materi tersebut menurun, akan
tetapi cara ini tidak dianjurkan. Yang kedua adalah dengan tetap menggunakan Standard
Kompetensi normal namun jumlah tatap mukanya ditambah. Penambahan jumlah tatap
muka ini dilakukan untuk mengatasi siswa-siswi yang slow learner, yaitu dengan
mengulang lagi materi dalam bentuk remidial teaching atau dengan memperbanyak
latihan. Yang ketiga guru tetap mengajar seperti biasa, namun materi yang diajarkan
harus disampaikan se-smart dan sesimpel mungkin sehingga siswa yang memiliki
masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat. Cara yang ketiga inilah yang
terberat dilakukan guru karena guru harus dapat merencanakan kegiatan pembelajaran
seefektif mungkin. Guru daiharuskan pula menjadi inventor ide-ide probling solving yang
berhubungan dengan mata pelajaran siswa

Kemasan barang dagangan yang dimaksud pada pertanyaan kedua disini adalah kemasan
materi yang disampaikan, apakah cara dia menyampaikan materi telah dapat membuat
siswa-siswinya antusias untuk mendengarkan, seberapa sering dia melemparkan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi, seberapa sering dia melontarkan
joke-joke segar namun mendidik, Apabila kekurangannya terletak disini, maka guru
tersebut tersebut wajib memberikan catatan dan mencarikan solusinya. Solusi yang
ditemukan biasanya berupa metode mengajar simpel namun mudah diingat. Metode ini
apabila dipatentan dan dijual maka harganya akan menjadi tak ternilai.

Yang dimaksud variasi barang dagangan pada pertanyaan ke tiga adalah variasi materi
yang disampaikan. Artinya seorang guru harus pandai memberikan variasi di dalam kelas.
Variasi ini dapat dilakukan dengan mengubah suasana belajar siswa di kelas setiap
minggu, atau setiap hari atau setiap durasi waktu tertentu yang kesemuanya bergantung
pada guru pengajar. Contoh dari variasi ini adalah penentuan berapa lama materi itu
disampaikan, apakah disampaikan dalam satu kali tatap muka, ataukan dua kali, apakah
disampaikan dalam model ceramah ataukah kerja kelompok, dan apakah tatanan meja,
kursi di kelas di rubah ataukah tidak. Guru yang baik selalu paham akan hal ini, sehingga
ketika dia masuk ke dalam kelas, siswa tidak akan mudah untuk menebak apa yang akan
mereka kerjakan pada setiap pertemuan karena guru tersebut selalu membawa kejutan-
kejutan yang berupa kegiatan belajar yang berbeda.

Sedang inti dari pertanyaan terakhir adalah guru harus dapat mengecek materi yang telah
disampaikan kepada siswanya. Apakah materi tersebut sesuai dengan kurikulum, apakah
tidak ada kesalahan konsep ketika materi itu disampaikan, dan apakah mutu materi yang
disampaikan selevel dengan mutu materi yang disampaikan di sekolah lain. Hal seperti
ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang guru yang hanya asal mengajar saja.
Butuh kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan saja,
namun juga harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikannya.

Seperti pedagang yang memiliki kebutuhan untuk kulakan ketika barang dagangannya
habis, seorang gurupun dituntut demikian. Seorang pedagang tidak akan mungkin
berjualan jika tidak ada barang yang akan dijual. Ketika kehabisan stok barang dagangan,
pedagang tersebut akan kulakan ke distributor atau ke toko grosir. Baru setelah pedagang
itu kulakan, ia akan dapat berjualan lagi. Demikian juga seorang guru. Ia tidak akan dapat
mengajar dengan baik jika ia hanya mengandalkan pengetahuan yang diterima dari kuliah
S1nya saja. Padahal jaman telah berubah. Siswa jaman sekarang lebih hebat dan maju
dari siswa jaman dahulu. Jika guru hanya mengandalkan ilmu yang ia dapat di bangku
kuliah saja, ia akan disalip siswa-siswinya. Untuk mengatasi ini, guru harus kulakan ilmu
baru. Kulakan ini dapat dilakukan dengan membeli buku-buku baru untuk dibaca sampai
tuntas. Hal ini sangat baik dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan bidangnya. Ia juga bisa mengikuti berbagai kegiatan yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru seperti seminar dan workshop. Dikusi
dengan rekan seprofesi, dengan rekan senior atau dengan pakar sangat membantu proses
kulakan ilmu ini. Cara kulakan ilmu yang terakhir dan paling efektif dengan melanjutkan
kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Secara umum, ada tiga bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang
guru yang baik. Tiga hal ini apabila dimiliki seseorang yang bermaksud untuk menjadi
seorang guru akan mengantarkan orang ini mendapatkan kesuksesan dalam proses
pengajarannya. Tiga bekal yang dimaksud di sini adalah: (1) kompetensi yang cukup (2)
kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut bervariasi, dan (3)
memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak didiknya.

Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk
beluk keilmuannya sampai detail. Untuk menjadi guru bahasa Inggris seseorang tidak
harus mengetahui segala kosakata yang ada di kamus Oxford, atau juga bagian-bagian
perhalaman yang ada di buku grammarnya Betty S. Azar. Demikian juga guru biologi.
Dia tidak harus mengetahui semua nama latin tumbuhan yang ada di dunia. Andaikata
ada orang yang dapat melakukan ini, ini adalah nilai lebih yang wajib disyukuri. Namun
secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yang terlalu menakjubkan seperti yang
telah disebutkan. Syarat tersebut cukuplah mudah. Ia harus memiliki kompetensi yang
cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia
pendidikan. Andaikata seseorang telah paham inti darikeilmuannya dan mampu
menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang
berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi juga orang tersebut
juga paham dasar-dasar pendidikan, yaitu tentang perangkat pengajaran seperti
kurikulum, slabus dan rencana pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran seperti
CTL, Cooperative Learning hingga Quantum, maka semua itu sangat menunjang.

Seorang guru juga harus memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, karena jiwa kreatifitas
disini akan mendorong dia untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang
cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa ini ia akan mampu menemukan berbagai macam
problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa ketika berada di kelas, di
sekolah, maupun di luar sekolah. Kreatifitas ini akan membuat guru mampu menemukan
cara mengajar yang baik, cara membuka kelas yang elegan, cara membuat dan melakukan
assesmen yang praktis, cara memberikan tugas yang cantik namun tidak memberatkan,
cara memimpin diskusi di kelas dan membuat anak-anak aktif menyampaikan ide
mereka, cara memberikan reinforcemen pada anak, cara memberikan hukuman yang bijak
dan banyak lagi lainnya. Kreatifitas yang dimiliki seorang guru akan membuat dia
menjadi terlihat beda diantara guru yang lain, dan inilah yang akan membuat siswa selalu
rindu untuk berjumpa dengan mata pelajarannya

Yang terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru adalah sifat ikhlas. Sifat ikhlas
inilah yang jarang dimiliki guru dewasa ini. Ketika paham kapitalisme laku keras, maka
dunia pendidikan terkena imbasnya. Demikian juga guru. Banyak sekali jiwa guru mulai
terpengaruh paham ini sehinga niat mereka mengajar menjadi tidak tulus. Banyak
diantara mereka merasa apa yang mereka sampaikan tidaklah setimpal dengan gaji yang
mereka terima, sehingga akibatnya ketika mereka berada di kelas mereka tidak allout.
Kadang mereka menyampaikan materi tapi tidak dengan sepenuhnya. Tujuannya adalah
agar sebagian dari materi ini dapat mereka sampaikan di les. Dengan memberikan les,
mereka dapat tambahan penghasilan. Perubahan paradigma ini jelas meresahkan. Dengan
adanya perubahan ini, kualitas pembelajaran menjadi berkurang. Semangat dan motivasi
kelas juga melemah. Dan ini semua terjadi karena guru melupakan aspek yang sangat
penting dalam hidup mereka yaitu aspek ikhlas. Andaikata guru ikhlas mengajar, maka
keikhlasan ini akan memberikan semangat yang tanpa batas pada guru untuk berusaha
keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang disampaikan. Semangat
keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati dan jiwa keras anak didik mereka. Apalagi
jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik mereka untuk sukses,
maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan guru. Guru akan terlihat
bercahaya dan berwibawa.

Anda mungkin juga menyukai