1
PENGGUNAAN BIOKOMPOS DALAM BIOREMEDIASI
LAHAN TERCEMAR LIMBAH LUMPUR MINYAK BUMI
Skripsi
Oleh :
JAKARTA
2011 M / 1432 H
2
3
4
PERNYATAAN
5
ABSTRAK
6
ABSTRACT
7
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Lumpur Minyak Bumi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat-
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk meraih
gelar Strata 1 (S1) di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
dan dorongan semangat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada berbagai pihak yaitu :
skripsi ini.
skripsi ini.
3. Drs. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
4. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan
ix
5. Laboratorium Kebumian dan Lingkungan BATAN PATIR pasar jumat
Jakarta.
7. Nana Mulyana, S.T, Dadang Sudrajat, S.Si, Dra. Tri Retno Diah Larasati,
M.Si, Mas Arif, dan Pak Wardi yang selalu membantu selama
terlaksananya penelitian.
8. Kedua orang tua dan adik-adik yakni Bapak Abdurrahim, Ibu Siti Fatimah,
Siti Nurlaela, dan Zaenal Mufid yang telah memberikan bantuan kepada
khususnya bayu, wulan, ulum, dan qosim yang selalu mendukung dan
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
Penulis
x
DAFTAR ISI
Hal
xi
2.8.3 Persyaratan Tanaman Untuk Fitoremediasi ..................................... 33
2.9 Rumput Gajah .......................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 36
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 36
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 36
3.2.1 Alat ................................................................................................ 36
3.2.1 Bahan ............................................................................................. 36
3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 36
3.3.1 Pembuatan Media Dalam Pot .......................................................... 37
3.5.1 Perlakuan ....................................................................................... 38
3.5.2 pH .................................................................................................. 40
3.5.3 Kadar Air ....................................................................................... 41
3.5.4 Kadar Abu ...................................................................................... 41
3.5.5 Kemampuan Ikat Air ...................................................................... 41
3.5.6 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) .............................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 44
4.1 pH ............................................................................................................ 44
4.2 Kadar Air ................................................................................................. 46
4.3 Kemampuan Ikat Air ................................................................................ 49
4.4 Kadar Abu................................................................................................ 53
4.5 Persen degradasi Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) dan Biomassa
Rumput Gajah .......................................................................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 64
5.2 Saran ........................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66
LAMPIRAN .................................................................................................. 72
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Table 2.1 : Distribusi produk turunan minyak bumi berdasarkan jumlah atom
karbon penyusunnya dan titik didihnya (0C) .................................. 17
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 : Biokompos ............................................................................... 6
Gambar 4.7 : Hasil ekstraksi TPH awal dan akhir perlakuan ........................... 57
Gambar 4.9 : Perlakuan A1, A2, C1, dan C2 pada hari ke-35 .......................... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
xv
BAB I
PENDAHULUAN
limbah berupa lumpur minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu kontaminan minyak
bumi yang sulit diurai adalah senyawaan hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan,
atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun. Akibatnya,
tangan manusia dengan teknologi yang ada untuk mengatasi pencemaran tersebut
(Nugroho, 2006).
Selain itu, Atlas (1981) dalam Nugroho (2006) juga menjelaskan bahwa
1
alami yang resisten terhadap biodegradasi sehingga senyawa tersebut akan
dan biologi. Penanggulangan secara fisik umumnya digunakan pada langkah awal
fisika memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengangkutan dan pengadaan
energi guna membakar materi yang tercemar. Penanggulangan secara kimia dapat
pencemar tersebut dalam konsentrasi tinggi. Namun cara ini memiliki kelemahan,
yaitu mahal pengoprasiannya karena memakan biaya yang cukup besar dan
kembali bahan kimia dari lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif
yang lain. Mengingat dampak pencemaran minyak bumi baik dalam konsentrasi
rendah maupun tinggi cukup serius, maka manusia terus berusaha mencari
teknologi yang paling mudah, murah dan tidak menimbulkan dampak lanjutan
(Nugroho, 2006).
dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif
teknnologi ini diharapkan dapat mereduksi minyak buangan yang ada dan
2
enzim mikroba (Gunalan, 1996). Kelemahan dengan cara biologi atau
pH, kadar air, oksigen, temperature, komposisi kimia minyak bumi, konsentrasi
ryegrass dan kelompok mikroba yang efektif dilakukan dengan pot experiment.
kontrol.
Hidrokarbon (TPH) lebih besar dari pada penelitian diatas. Penelitian ini akan
adalah teknik bioremediasi ex situ yang memanfaatkan tanah sebagai media dan
menanami tanaman. Salah satu tanaman yang digunakan adalah rumput gajah.
atau tanpa tambahan nutrisi. Tanaman ini mampu beradaptasi terhadap polutan
dengan konsentrasi tinggi dan dapat juga memperbaiki kondisi tanah yang rusak
akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain
relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008 dalam
Ambriyanto, 2010).
3
Selama penelitian dilakukan pengamatan pada pengaruh faktor-faktor
lingkungan seperti pH, kemampuan ikat air, kadar air, kadar abu, TPH (Total
terhadap parameter fisiko-kimia seperti pH, kemampuan ikat air, kadar air,
kemampuan ikat air, kadar air, kadar abu, serta TPH dengan teknik
landfarming.
1.4 Hipotesis
1. Faktor lingkungan seperti pH, kemampuan ikat air, kadar air, kadar abu,
4
2. Kultur campuran hasil isolasi bertahap dari sludge minyak bumi dan kultur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokompos
hewan, bahan tanaman dan limbah. Umumnya pupuk organik mengandung hara
makro N, P, dan K rendah, tapi mengandung hara mikro Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo
dan Si dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
biaya untuk setiap unit unsur hara yang digunakan nisbi lebih mahal.
2. Ketersediaan unsur hara lambat. Hara yang berasal dari bahan organik
6
diserap oleh tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya terbawa
dari pupuk organik biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan
a. Keuntungan
mikro dengan bahan organik. Selain itu pupuk organik tidak menimbulkan
agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel
organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang
gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar,
dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk
diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal
7
bahan organik dapat diharapkan merubah struktur tanah dari berbutir
dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi
sedang atau kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan bahan organik dapat
struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga
kuat.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah
menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi
oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro,
pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori
kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat, dan pori makro
merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori
makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung
pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air
dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata
air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir),
8
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di
samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar
infiltrasi tanah akibat dari meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya
pori mikro.
penurunan laju erosi tanah. Hal ini dapat terjadi karena akibat dari
9
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara
tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan
(Stevenson, 1982).
penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses
sebagian besar berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH)
meningkatkan 15,18% KPK tanah dari 17,44 menjadi 20,0 cmol (+) /kg
(Cahyani, 1996).
10
Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau
lagi. Penambahan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol,
b. Kerugian
organik dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit akar tanaman.
2.1.3 Kompos
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
11
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
2. Limbah pertanaman,
3. Pupuk hijau,
b. Proses Pengomposan
hemiselulose 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-40%, bahan mineral 3-5%, selain
itu juga tedapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea,
garam ammonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol,
setelah 3-4 bulan dan merupakan sumber bahan organik untuk pertanian
berkelanjutan.
c. Proses Mikrobiologis
12
protozoa. Organisme tersebut mewakili jenis flora dan fauna tanah (Biddle and
Gray, 1985).
d. Metode Pengomposan
Vermikompos adalah proses yang melibatkan oksidasi dan stabilisasi dari limbah
2004), dengan demikian mengubah limbah menjadi suatu perubahan tanah yang
berharga disebut kascing. Teknik ini telah banyak digunakan untuk banyak proses
yang berbeda jenis residu, termasuk limbah industri dan bahan organik (Edwards
Minyak bumi adalah suatu campuran yang sangat kompleks yang terutama
mana setiap molekulnya hanya mempunyai unsur karbon dan hidrogen saja.
Disamping itu dalam minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang, nitrogen,
oksigen, dan logam-logam khususnya vanadium, nikel, besi dan tembaga, yang
terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit yang terikat sebagai senyawa-senyawa
organik. Air dan garam hampir selalu ada dalam minyak bumi dalam keadaaan
13
Minyak bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari penguraian bahan-bahan
organik (sel-sel dan jaringan hewan atau tumbuhan laut) yang tertimbun selama
berjuta tahun di dalam tanah, baik di daerah daratan atau pun di daerah lepas
Komposisi senyawa hidrokarbon pada minyak bumi tidak sama, bergantung pada
Minyak bumi sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon. Secara garis
dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu hidrokarbon parafin, naftena dan
dari normal parafin berupa rantai karbon panjang dan lurus, serta isoparafin
ringan. Alkana mempunyai rumus C nH2n+2 dan tidak memiliki ikatan rangkap
umum CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh dengan
ikatan rangkap dua. Monoolefin dianggap tidak ada dalam minyak mentah,
14
tetapi sedikit banyak terbentuk dalam distilasi minyak mentah dan banyak
merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap dua. Seperti
halnya monoolefin, senyawa ini tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi
2. Naftena dicirikan oleh adanya struktur cincin tertutup yang sederhana dari
atom karbon penyusunnya, dengan rumus umum CnH2n dan tidak mempunyai
ikatan rangkap antar atom karbon. Senyawa ini tidak larut dalam air dan
3. Aromatik, dicirikan oleh adanya cincin yang mengandung enam atom karbon.
Benzen adalah senyawa aromatik yang paling sederhana dan pada umumnya
1. Sulfur
15
2. Oksigen
Senyawa ini dapat berbentuk asam naftenik, fenol dan asam lemak.
3. Nitrogen
Pada umumnya nitrogen sangat sedikit dalam minyak bumi. Senyawa yang
dan karbazol.
4. Logam
Senyawa logam dalam minyak bumi antara lain berupa garam inorganik dan
kalium sulfat, magnesium sulfat dan kalsium sulfat. Senyawa komplek logam
organik dalam minyak bumi mengandung salah satu dari logam berikut, yaitu
vanadil (Vo), nikel (Ni), besi (Fe), dan kobal (Co). Konsentrasi senyawa ini
Minyak bumi terdiri dari fase padat, cair, dan gas. Fase-fase tersebut
berubah dari satu fase ke fase lainnya akibat perubahan suhu dan tekanan.
Beberapa jenis minyak bumi yang berwujud padat pada keadaan suhu tertentu
dapat berubah menjadi cair akibat dari sedikit perubahan suhu. Pemanasan lebih
lanjut hingga titik didih dapat menjadi uap dan gas. Distribusi bertahap produk
turunan minyak bumi berdasarkan jumlah atom karbon (C) penyusun dan titik
16
Tabel 2.1 Distribusi produk turunan minyak bumi berdasarkan jumlah atom
karbon penyusunnya dan titik didihnya (0C) (Spleight, 1980).
Bentuk fisik minyak bumi di alam sangat beragam, antara lain ada yang
kasar, padat, rapuh, semi padat agak kental, cairan yang kental, ringan hingga
yang menguap serta gas-gas yang terkondensasi. Demikian pula apabila minyak
bumi ini tumpah di permukaan, baik di perairan maupun tanah akan membentuk
fasa-fasa seperti itu, yang sulit dibersihkan, dan berakibat terjadi pencemaran di
Karakteristik lain yang perlu diketahui adalah viskositas, densitas, dan tegangan
permukaan serta kelarutan dalam air. Viskositas adalah suatu parameter yang
digunakan khusus untuk fluida. Jika nilai viskositas rendah maka fluida semakin
mudah mengalir. Nilai viskositas minyak bumi tergantung pada kandungan fraksi
ringan dan suhu sekelilingnya dan nilai ini berkaitan dengan nilai densitas.
Apabila viskositas tinggi maka densitas rendah. Densitas adalah kerapatan dengan
satuan berat zat tiap satu satuan volume dan dinyatakan dengan satuan 0 API
lebih rendah dari air. Jika nilai 0 API kurang dari 10, maka densitas minyak bumi
lebih tinggi dari air. Jenis minyak bumi tersebut tidak akan mengapung lama di
17
2.3 Lumpur Minyak Bumi
penampungan akhir. Lumpur minyak bumi yang dipakai untuk sampel ini berasal
pembangunan sehingga industri minyak perlu dikelola secara baik dan efisien
manfaat positif tersebut ada dampak negatifnya. Lumpur minyak bumi dari Cepu ini
merupakan salah satu dampak negatifnya karena limbah yang dihasilkan dari
suatu usaha atau kegiatan sebagai hasil pencampuran bahan kimia pada saat
pengolahan tetapi sifatnya beracun, mudah terbakar, reaktif, dan korosif serta
membahayakan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya baik secara langsung
18
energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Mikroorganisme ini mampu
mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO 2), bakteri
permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini
mikroba dan kualitas serta kondisi lingkungannya. Mikroba yang sesuai adalah
bakteri atau kapang yang mempunyai kemampuan fisiologi dan metabolik untuk
bioproses yang lebih baik masih perlu ditambahkan mikroba dari luar yang lebih
sesuai sehingga yang aktif dalam bioproses adalah kultur campuran (Noegroho,
1999).
terdistribusi secara luas di laut, perairan tawar, dan tanah sebagai tempat hidupnya
(Sugoro, 2002)
19
Dilaporkan Pikoli et al. (2000) dari hasil penelitian mereka bahwa isolat
bakteri yang dapat mendegradasi minyak bumi diantaranya berasal dari genus
(2008), didapat beberapa jenis bakteri pendegradasi minyak bumi yaitu Bacillus
firmus. Adapun dari hasil penelitian Purwasena (2006), diperoleh isolat bakteri
tidak hanya bergantung pada fraksi-fraksi tidak jenuh tapi juga pada fraksi
1. Kadar Air
Kandungan air sangat penting untuk aktivitas metabolik dari mikoba pada
limbah minyak bumi karena mikroba akan hidup aktif di interfase antara
20
kapasitas penyangga air merupakan kelembaban ideal untuk berlangsungnya
2. Kadar Oksigen
akseptor elektron seperti oksigen, nitrat, dan sulfat karena proses dasar dari
menurun tajam. Degradasi akan terjadi pada laju tertinggi jika aerasi
3. Temperatur
minyak bumi berlangsung dalam kisaran suhu yang luas, tetapi tidak selalu
lain cukup baik (Atlas, 1981). Suhu optimum untuk mendapatkan laju
21
biodegradasi yang tinggi antara 30-40oC (Huddleston and Creswell, 1976).
pada suhu 25oC dari pada 5oC . Hasil penelitian Atlas (1981), senyawa
tumbuh dan berkembang biak dalam medium thermofil (55 oC) dengan
degradasi yang terjadi adalah n-alkana, isoalkana dan alkil benzene, alkana
22
5. Konsentrasi Hidrokarbon
sangat rendah menyebabkan kelarutan dalam air lebih tinggi sehingga mudah
terdapat dalam jumlah yang besar hingga melebihi batas kelarutannya, maka
proses degradasi akan dipengaruhi oleh kondisi fisik minyak bumi, antara lain
dan Bartha, 1992 dalam Sugoro, 2002). Konsentrasi minyak bumi yang terlalu
6. Nutrisi
Minyak bumi merupakan sumber karbon dan energi yang sesuai untuk
sehingga ketersediaan nitrogen dan fosfor ini akan menjadi faktor pembatas
karbon, nitrogen, dan fosfor dibuat dengan penambahan nitrogen dan fosfor
23
7. Salinitas
mampu tumbuh dalam kondisi salinitas yang rendah. Salinitas yang lebih
Terdapat korelasi yang positif antara konsentrasi salilnitas yang tinggi dengan
8. Tekanan
perubahan volume, misalnya produksi atau penggunaan gas. Selain itu tekanan
juga mempengaruhi morfologi sel. Efek dari tekanan ini baru akan menjadi
faktor pembatas pada kondisi suhu dan pH yang tidak optimal (Sublette, 1993
9. Mikroorganisme
tinggi lebih baik dibandingkan kultur murni. Pada umumnya, bakteri hanya
melakukan satu atau dua tahapan dari suatu jalur metabolisme dan bila bakteri
berupa kultur campuran maka tahapan yang biasa dilakukan dari jalur
24
metabolisme akan lebih panjang dan lebih menguntungkan bila terjadi
2.6 Bioremediasi
oleh kromosom atau plasmid, tergantung pada jenis bakterinya (Harayama, 1995).
dapat berjalan dengan sukses, adapun kriteria menurut Steven and Marc, 1996
adalah:
polutan.
karbon.
25
d. Adanya nutrisi, Pertumbuhan bakteri memerlukan nutrisi antara lain:
a. In situ Bioremediasi
b. Ex situ Bioremediasi
c. Bioaugmentasi
tersebut seperti:
26
3) Lingkungan telah tercemar berat sehingga perlu dilakukan pemulihan
populasi mikroorganisme.
5) Jika waktu dan biaya yang tersedia untuk melakukan bioremediasi hanya
sedikit.
d. Surfactan-aided Bioremediation
polutan yang melekat pada partikel tanah ( tanah, pasir atau sendimen).
e. Fitoremediasi
perairan yang telah tercemar. Tanaman bisa berperan aktif maupun pasif
mendegradasi.
jenis bakteri atau jamur yang potensial dalam mendegradasi pencemar tersebut
27
Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang memiliki
karena memilki kemampuan adaptasi dan reproduksi yang tinggi. Bakteri ini
dapat diperoleh dengan cara mengisolasi bakteri secara langsung dari limbah
seperti air dan karbondioksida. Dua pendekatan umum yang biasa digunakan
landfarming. Cara ini merupakan salah satu teknik bioremediasi yang dilakukan
landfarming adalah:
28
b. Kondisi yang menguntungkan proses biodegradasi limbah tidak dapat
dan mungkin terlepas dari tanah terkontaminasi ke lapisan dasar atau air
tanah.
Sugoro (2002) dengan kadar minyak diesel dalam tanah 1,5% (15 g/kg). Secara
berkurang secara bertahap dan abu minyak menghilang setelah 3 atau 4 bulan.
dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif
organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan
Beberapa bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman dengan bantuan air dan
CO2. Tanaman mengeluarkan sekret melalui eksudat akar sebesar 10 20% dari
29
hasil fotosintesis melalui eksudat akar. Hal ini dapat membantu proses
(misalnya phenolik, asam organik, alkohol, protein ) dapat menjadi sumber karbon
dan nitrogen sebagai sumber pertumbuhan mikroba yang dapat membantu proses
Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan oleh tanaman dari air atau tanah dan
tanaman bisa dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus
proses penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi
dilepaskan oleh tanaman ke udara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan,
30
dilakukan oleh tanaman untuk mentransformasi polutan didalam tanah menjadi
senyawa yang non toksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut
kedalam tubuh tanaman. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada
didalam tanah. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi
biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan
perairan.
biasanya tanaman tersebut berperan secara tidak langsung. Yang berperan aktif
Tanaman
Reaksi sinergis
Menyediakan
hara dan kondisi Degradasi
Hidrokarbon Meningkatkan
kehidupan Polutan
kesuburan dan
minyak bumi
mengurangi racun
Pencemaran
Mikroorganisme
Gambar 2.3 Mekanisme interaksi tanaman dan mikroba untuk remediasi polutan
minyak (Tang, 2010)
beberapa tanaman tidak secara aktif berperan dalam remediasi tanah tetapi
31
tanaman berfungsi sebagai faktor pendorong dan fasilitator membantu
Peranan tanaman dalam proses mempercepat remediasi pada lokasi yang tercemar
1) Solar driven-pump-and-treat-system
Tanaman mengalami transpirasi, proses ini adalah penyerapan air dan air
tersebut diuapkan ke udara melewati stomata pada daun. Proses transpirasi ini
transpirasi terjadi akar tanaman menghisap zat cair dan larutan yang berada
treat-system.
2) Biofilter
udara, air dan daerah buffer. Proses adsorpsi tersebut bersifat menyaring/filter
untuk kontaminan.
transfer bagi mikroorganisme dan dapat menurunkan water table sehingga difusi
gas dapat terjadi. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh tanaman apabila
32
4) Penghasil sumber karbon dan energi
nutrisi alternatif sebelum dapat menggunakan polutan sebagai sumber karbon dan
energi. Dari beberapa hasil penelitian tanaman dapat berperan sebagai penghasil
sumber karbon dan energi alternatif yaitu dengan cara mengeluarkan eksudat atau
energi.
5) Rhizofiltrasi
tanaman.
tanaman yang dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi dipilih tanaman yang
mempunyai sifat:
1) Cepat tumbuh.
2) Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang
singkat.
33
2.9 Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumacher)
Nama umum
Indonesia: Rumput gajah, rumput lembing
Inggris: Cane grass, elephant grass, napier grass
Cina: Xiang cao
Jepang: Napaa agurasu
Klasifikasinya:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Pennisetum
Spesies: Pennisetum purpureum Schumacher
rumput Napier, yaitu asli daerah tropis Afrika, tetapi telah berkembang di banyak
negara tropis lain di seluruh dunia (Frank Sauers and Sons, 1992 dalam Aroeira et
al, 1999). Menurut Boonman (1997) dalam Nyambati et al (2011) bahwa napier
grass (Pennisetum Purpureum Schum) adalah makanan ternak yang paling populer
34
digunakan oleh petani susu di sistem ini karena potensi hasil tinggi dan tahan
dengan rumput tropis lainnya. Hal ini terutama cocok untuk iklim pesisir dengan
curah hujan tahunan lebih dari 1000 mm, telah tumbuh dengan baik dalam kondisi
sub tropis. Rumput gajah adalah rumput seperti pohon tebu yang tebal, batang
yang kuat yang dapat mencapai ketinggian 4,5 m. Periode pertumbuhan utama di
musim panas, saat suhu dan kelembaban yang tinggi (Frank Sauers and Sons,
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yakni dari bulan Januari sampai
April 2011. Preparasi sampel dan analisis parameter fisik dan kimia serta uji
3.2.1 Alat
Oven listrik, tanur, cawan petri, desikator, neraca analitik, pot plastik, pH
3.2.2 Bahan
vermikompos steril, n-heksan, rumput gajah, limbah lumpur minyak bumi yang
bumi dengan media uji pot menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan
36
3.3.1 Pembuatan Media Dalam Pot
a. Tanpa Inokulan
urea sesuai rasio C/N yang digunakan, kemudian dicampur dengan 100 g berat
kering kompos serta diaduk sampai rata. Dan sisihkan kompos yang belum
b. Dengan Inokulan
urea sesuai rasio C/N yang digunakan, diaduk hingga merata, selanjutnya
dimasukan dalam pot. Cara memasukan media dalam pot seperti gambar berikut:
Biokompos
37
3.3.2 Perlakuan
Bahan yang digunakan dalam perlakuan terdiri dari sludge minyak bumi, urea,
unsur hara yang terdapat didalam tanah, variasi pemberian urea pada tahap
media terbuat dari pot plastik berdiameter 15cm dengan jumlah medium yang
Perlakuan yang dilakukan ada yang diberi inokulan dan tanpa inokulan
dikode dengan A11, A12, A13, dan 14, dengan inokulan dikode dengan A21,
A22, A23, dan A24. Pada sampel B tanpa inokulan dikode dengan B11, B12,
B13, dan B14, untuk dengan inokulan dikode dengan B21, B22, B23, dan B24.
Sedangkan untuk sampel C tanpa inokulan dikode dengan C11, C12, C13, dan
C14, dan sampel dengan inokulan dikode dengan C21, C22, C23, dan C24.
Semua sampel dianalisis pada awal dan akhir perlakuan. Sebelum sampel
dimasukkan ke dalam media pot, dianalisis terlebih dahulu secara duplo yaitu pH,
WHC, kadar air, kadar abu, dan degradasi TPH. Kemudian pada akhir perlakuan
yaitu hari ke-35, pengujian sampel dari keempat pengulangan diambil dua yang
38
terbaik dengan parameter pH, WHC, kadar air, kadar abu, dan degradasi TPH.
Hasil pengukuran pH, WHC, kadar air, kadar abu, TPH, dan biomassa rumput
gajah dapat.
Pemberian inokulum dan tanpa inokulum dalam tahap perlakuan ini adalah
kimia fisik yang dilakukan pada awal perlakuan dan akhir perlakuan sampel,
39
Tabel 3.1 Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian
Komposisi
Kode Lumpur minyak bumi Biokompos
Urea (g) Inokulum C/N
(g) (g)
A11 200 - - - 15
A12 200 - - - 15
A13 200 - - - 15
A14 200 - - - 15
A21 200 - - + 15
A22 200 - - + 15
A23 200 - - + 15
A24 200 - - + 15
B11 100 100 2 - 10
B12 100 100 2 - 10
B13 100 100 2 - 10
B14 100 100 2 - 10
B21 100 100 2 + 10
B22 100 100 2 + 10
B23 100 100 2 + 10
B24 100 100 2 + 10
C11 100 100 9 - 5
C12 100 100 9 - 5
C13 100 100 9 - 5
C14 100 100 9 - 5
C21 100 100 9 + 5
C22 100 100 9 + 5
C23 100 100 9 + 5
C24 100 100 9 + 5
Keterangan : - (tanpa inokulan, tanpa urea, dan tanpa kompos) dan + (ditambah inokulan)
Catatan : walaupun tanpa inokulan, perlakuan tersebut mengandung bakteri
pendegradasi minyak bumi yang dapat terinduksi pertumbuhannya dengan
mengoptimasikan kondisi lingkungannya, dalam hal ini medium bagi
pertumbuhan.
3.3.3 pH
BIOTROP, 2011).
40
3.3.4 Kadar Air / Kadar Kelembaban
dengan suhu 65-105C selama 24-72 jam. Setelah sampel kering dengan berat
diabukan dalam tanur pada suhu 650C selama 12 jam. Dihitung kadar abu dari
berat abu
% Kadar abu = berat 100% ................................................ (2)
kering
Sampel basah yang sudah diketahui terlebih dulu kadar airnya dianggap
sebagai berat awal (W0) dan kemudian ditempatkan dalam beker. Kemudian
sampel direndam dengan aquades selama 1-2 hari dan disaring menggunakan
kertas whatman, sampel jenuh dianggap sebagai berat jenuh (W s), kadar air
sebagai MC, jumlah air yang tertahan oleh sampel dihitung sebagai WHC
0 + 0
= ................................................ (3)
1 0
41
3.3.7 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
Kemudian dishaker sampai terlihat minyaknya keluar dari sampel, lalu ditransfer
kedalam beaker glas yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian di uapkan dalam
oven pada suhu 70 0C, Minyak yang diperoleh lalu ditimbang untuk mengetahui
jumlah minyak yang terkandung dalam contoh sampel setelah ekstraktannya habis
menguap (Ijah & Upke 1992 dalam Ijah et al. 2008). Tingkat degradasi diukur
42
Mulai
inokulan mikroba
pendegradasi minyak
(M1, M2. M3) Pembuatan media uji pot:
Pengamatan media H-0:
VC/(VC+TTM)= 0 dan 25%;
pH, AC, WHC, TPH, dan
Inokulan = M0, M1, M2, dan M3
MC
(8x4 pot)
Data
SELESAI
43
BAB IV
4.1 pH
berkisaran 7,25-8,25 (Gambar 4.1). Hal ini sesuai dengan pH optimum karena
tumbuh pada pH netral atau sedikit alkali. pH berpengaruh pada fungsi seluler
9 8.25 8.25
8 7.25 7.5 7.25
7.5 7.5
7
7 6.5 6.5 6.5
6.25
6
5
pH
4 awal
3
akhir
2
1
0
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Perlakuan
penurunan nilai pH. Penurunan nilai pH tersebut diduga disebabkan oleh aktivitas
44
alkana yang terdapat dalam minyak bumi akan membentuk alkohol dan
selanjutnya menjadi asam lemak. Asam lemak hasil degradasi alkana akan
dioksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat dan asam propionat (Gambar 4.2),
Kushmaro, A., Taube, R., dan Ron, E.Z. 1992 dalam Nugroho, 2006).
H+ H+
O O O OH
O2 + 2H+
R CH2 CH2 CH3 -H2O R CH2 CH2 CH3 R CH2 C CH3
O OH
+
O2 + 2H+ -2H
R CH2 C CH3 R CH2 CH CH3
-H2O
R CHO R COOH
aldehid -2H+
Siklus Krebs
Gambar 4.2 Oksidasi n-alkana melalui jalur sub terminal (Atlas and Bartha, 1992
dalam Nugroho, 2009).
alifatik melalui oksidasi subterminal (Gambar 4.2). Pada jalur ini molekul oksigen
selanjutnya dioksidasi menjadi keton dan akhirnya ester. Kemudian ikatan ester
45
dipecah membentuk alkohol primer dan asam lemak. Selanjutnya alkohol
dioksidasi melalui aldehid membentuk asam lemak dan kedua fragmen asam
lemak akan dimetabolisme lebih lanjut melalui -oksidasi (Atlas and Bartha, 1992
Hasil tersebut dipertegas dengan uji anova yang menunjukan bahwa rata-
rata pH diantara keenam perlakuan awal tidak memberikan beda nyata (P 0,05),
namun pada akhir perlakuan dari keenam perlakuan menunjukan berbeda nyata (P
2).
Pada sampel A1, pH mengalami kenaikan yaitu pH awal sebesar 7,25 dan
adaptasinya. Caranya dengan melakukan pertukaran kation K+ dari dalam sel dan
Nugroho, 2006). Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Tang et al
sebagai berikut:
46
60.00 55.04
51.86 53.12 53.25
49.84 49.97
48.82
50.00 46.14
40.00
awal
20.00
akhir
10.00
0.00
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Perlakuan
Kandungan air sangat penting untuk aktivitas metabolik dari mikoba pada
limbah minyak bumi karena mikroba akan hidup aktif di interfase antara minyak
Melihat data hasil analisis kadar air, sampel A1, A2, B1, B2, C1, C2
sampel yang hanya ditambah inokulan saja, biokompos (kompos + inokulan) dan
sampel dengan kompos tanpa inokulan. Begitu juga perbedaan pada komposisi
urea yang ditambahkan (Lampiran 1). Hasil uji anova menunjukan bahwa
(kompos) dapat meningkatan porositas tanah. Kondisi ini juga akan berpengaruh
pada tingkat aerasi tanah dan status kadar air dalam tanah. Mikroba yang sudah
47
ada dalam kompos dapat memanfaatkan minyak sebagai sumber energi, sehingga
molekul-molekul minyak yang melekat pada pori-pori tanah terlepas dan terisi
dengan air. Sedangkan perbedaan kadar air antara sampel B1 dan C1 dengan B2
sehingga kadar air dari sampel B2 dan C2 lebih besar daripada sampel B1 dan C1.
Hal ini disebabkan adanya inokulan yang ditambahkan dari hasil isolasi terpilih.
kadar air yang lebih besar dari A1 yaitu A2 sebesar 30,18% dan A1 sebesar
tidak. Inokulan tersebut dapat mendegradasi minyak lebih cepat, dan molekul
minggu pertama pertumbuhan rumput gajah secara baik untuk semua perlakuan.
Namun setelah minggu ke-5 pertumbuhan rumput gajah ada yang mengalami
penurunan, bahkan ada tanaman yang mati yaitu perlakuan A1, A2, C1, dan C2.
Pertumbuhan pada tanah yang tercemar minyak mentah dalam sampel A1, A2,
permeabilitas rendah dan infiltrasi rendah dari air ke dalam tanah (Hutchinson et
48
al., 2001;. Andrade et al., 2004 dalam Njoku et al., 2009). Akibatnya akumulasi
air terhadap permukaan tanah dan kekeringan buatan di lapisan bawah permukaan
tanah. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi akar untuk menyerap air dan
pori di dalam tanah, sehingga meningkatkan penetrasi air dan infiltrasi di tanah
yang tercemar dengan minyak mentah. Hal ini dapat membantu menghilangkan
genangan air tanah yang tercemar minyak mentah dan dapat mengakibatkan
menyerap dan menahan air. Hasil analisis WHC sampel dapat dilihat dari gambar
berikut.
140.00
124.11
115.00 118.35
120.00
109.04
100.90 101.64
97.05
100.00 88.44
WHC (%)
80.00
60.00 awal
41.47 43.90
40.32 38.85
40.00 akhir
20.00
0.00
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Perlakuan
49
Berdasarkan gambar 4.4 nilai WHC akhir secara berurutan pada sampel
A1, A2, B1, B2, C1, dan C2 adalah 41,47%, 43,90%, 109,04%, 115%, 118,35%,
dan 124,11%. Perbedaan nilai WHC tersebut sangat dipengaruhi oleh penambahan
kenaikan lebih kecil dibandingkan dengan A2. Hal ini disebabkan sampel A1
merupakan kontrol yang hanya ditanami dengan rumput gajah dan tanpa inokulan.
Rumput gajah dan mikroba indigen tidak mampu mendegradasi senyawa organik
secara cepat yang terdapat dalam tanah. Minyak bumi menyelimuti tanah dan
masuk ke dalam pori-pori tanah sehingga air tidak dapat terjerap oleh tanah
karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar. Adanya perbedaan
sifat ini menyebabkan air tidak akan terjerap oleh tanah yang sudah dipenuhi
dengan minyak.
difungsikan sebagai sumber energi mikroba. Bahan utama minyak bumi adalah
50
R.M. Atlas, and R. Bartha (1992) dalam Nugroho (2009) Jalur degradasi alkana
yang paling umum adalah oksidasi rantai terminal (Gambar 4.5). Alkana
dioksidasi menjadi alkohol dan selanjutnya menjadi asam lemak (Cookson, 1995
seluler, -oksidasi, dan -oksidasi. Melalui jalur -oksidasi asam lemak akan
diubah menjadi asetil ko-A dan masuk ke dalam siklus TCA, diubah menjadi CO2
dan energi. Bila melalui jalur -oksidasi asam lemak akan diubah langsung
menjadi CO2 dan turunan lemak (Buchler and Schindler, 1984 dalam Nugroho,
2009). Akibat hasil degradasi ini maka pori-pori tanah yang tadinya terisi penuh
dengan minyak menjadi hilang dan bisa terisi dengan air yang dapat terjerap oleh
tanah.
H3C CH2 CH3
n
O2, 2H+
-hidroksilasi
-
HOOC CH2
n COOH -oksidasi
51
Sampel B1, B2, C1, dan C2 mengalami kenaikan nilai WHC, ini karena
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap
bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air
kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos
yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga
Terdapat perbedaan hasil kenaikan nilai WHC antara sampel B1, C1 dan
antara mikroba inokulan dengan mikroba yang sudah ada divermikompos sinergis,
dan banyaknya unsur N dalam tanah, akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk
dalam mengikat uap air. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa ikatan antara
vermikompos dan limbah lumpur minyak bumi dalam sampel mulai digantikan
52
4.4 Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik,
kadar abu suatu bahan tergantung bahan dan cara pengabuannya (Sudarmadji et
al., 1996). Data gambar 4.6, menunjukan terjadi perubahan kadar abu yang nyata
antara keadaan sebelum dan setelah fermentasi degradatif dari limbah lumpur
minyak bumi (Lampiran 1). Hasil statistik anova menunjukan bahwa kadar abu di
antara keenam perlakuan berbeda nyata (P 0,05) (Lampiran 4), ini menunjukan
100.00
89.22 86.36
90.00 84.32 84.73
80.00 74.31 73.89 73.39
70.48
70.00 65.16 67.63
Kadar Abu (%)
63.57 63.76
60.00
50.00
40.00 awal
30.00 akhir
20.00
10.00
0.00
A1 A2 B1 B2 C1 C2
Perlakuan
Secara keseluruhan keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan C2)
mengalami kenaikan kadar abu. Hal tersebut disebabkan bahan yang terkandung
53
polutan yang terkandung dalam media. Mineral tersebut terdapat dalam bentuk
garam organik, garam anorganik, atau sebagai bentuk senyawa kompleks yang
sebagai sumber karbon untuk mikroba (Bowen and Rovira, 1991 dalam Nwoko,
2010). Eskudat yang dikeluarkan berupa gula, pati, dan asam-asam organik yang
memfasilitasi populasi mikroba yang lebih tinggi disekitar daerah akar. Kedua,
tanaman melepaskan senyawa yang dari akar khusus yang dapat menyebabkan
gen mikroba yang terlibat dalam degradasi atau bertindak sebagai co-metabolit
untuk memfasilitasi degradasi mikroba (Olson et al., 2003. Leigh et al., 2002
pembuangan limbah, penyulingan dan tempat tumpahan minyak. Sampai saat ini
belum ada metode baku/standar untuk menghitung nilai TPH, walaupun beberapa
54
Berdasarkan hasil analisa, maka didapatkan hasil seperti yang ditunjukan dalam
Metode yang dilakukan pada analisa ini didasarkan pada perbedaan bobot
kering kontrol dan sampel yang diekstrak dengan n-heksan. Selisih perbedaan
terdapat dalam sampel. Berdasarkan hasil analisa TPH diatas, penurunan TPH
terbesar terjadi pada sampel C2 (100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100 g
penurunan 91.15% diikuti oleh sampel B2 (100 g berat kering lumpur minyak
bumi, 100 g berat kering biokompos + inokulan, 2 g urea, rasio C/N = 10) dengan
82.44% kemudian sampel B1 (100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100 g
berat kering biokompos, 2 g urea, rasio C/N = 10), C1 (100 g berat kering lumpur
minyak bumi, 100 g berat kering biokompos, 9 g urea, rasio C/N = 5), A2 (200 g
55
berat kering + inokulan, rasio C/N = 15), dan A1 (200 g berat kering, rasio C/N =
20.48%. Dari data tersebut terdapat perbedaan persen degradasi TPH pada setiap
cepat. Karena mikroba diinokulan lebih terbiasa pada media minyak bumi. Begitu
pula pada sampel B2 (dengan inokulan) lebih besar dari pada B1 (tanpa inokulan)
dan sampel A2 (dengan inokulan) lebih besar dari pada A1 (tanpa inokulan).
ureanya lebih besar dari pada B2. Komposisi urea yang lebih besar dapat
lebih cepat.
Urea merupakan sumber nitrogen yang murah dan mudah tersedia bagi
mikroba. Nitrogen merupakan suatu keharusan bagi biosintesis asam amino dan
basa purin serta pirimidin, yang merupakan unit pembangun protein dan asam
Dalam keadaan asam dan netral amonia berada sebagai ion amonium. Ion
asam amino atau senyawa N lain. Di dalam sel, ammonia direaksikan oleh
glutamat atau glutamin sintase atau mengalami proses aminasi langsung dengan
56
Selanjutnya asam amino membentuk ikatan-ikatan peptida dengan asam amino
larutannya lebih keruh dibandingkan dengan akhir perlakuan, hal ini disebabkan
pada akhir perlakuan sudah terjadi proses degradasi minyak bumi. Sedangkan
pada sampel dengan inokulan warna larutannya lebih jernih dibandingkan dengan
sampel tanpa inukalan. Karena dengan inokulan proses degradasinya lebih banyak
memberikan pengaruh signifikan % degradasi minyak bumi (Lampiran 6). Hal ini
karena kedua aktivitas mikroba dan pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh
57
penambahan pupuk, penambahan pupuk merupakan faktor penting dalam
degradasi TPH dengan tingkat penambahan urea yang berbeda. Hubungan positif
antara tingkat degradasi TPH dan tingkat penambahan pupuk urea menunjukkan
perubahan berat biomassa dengan penambahan urea dengan jumlah yang berbeda
meningkat dengan penambahan urea yaitu 36,43 2,448 g seperti terlihat pada
inokulan, biomassa rumput gajah menurun dengan penambahan urea yaitu 12,82
13,346 g pada perlakuan B2. Namun, berat biomassa yang rendah ditemukan
dengan tingkat aplikasi urea yang lebih tinggi 9 g, dengan nilai biomassa sebesar
inokulan mengalami penurunan nilai biomassa sebesar 12,82 13,346 g dan 2,16
36,43 2,448 g dan 39,02 55,177 g. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan
gajah dalam mengambil unsur-unsur hara yang terdapat pada media untuk
58
adanya pemberian kompos dan urea saja sudah cukup untuk kebutuhan
tanaman. Karena senyawa fenol memiliki beberapa sifat diantaranya mudah larut
dalam air, senyawa fenol yang terlarut berpengaruh terhadap proses perakaran,
sama halnya terjadi pada perkecambahan. Menurut Salisbury and Ross (1992);
Colton and Einhellig (1980) dalam Tambaru, E dan Santosa (1999) Konsentrasi
senyawa fenol dalam air yang tinggi dapat menaikan potensial osmotik, sehingga
dapat menghambat difusi air dan O2 ke dalam kecambah. Jika air yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, maka hal ini dapat menghambat sintesis hormon IAA, GA, dan
(Santosa, 1990; Rice, 1984 dalam Tambaru, E dan Santosa, 1999 ). Berkurangnya
proses respirasi dan ATP yang dihasilkan terbatas. ATP sangat dibutuhkan untuk
tanaman dengan bantuan air dan CO2. Tanaman mengeluarkan sekret melalui
eksudat akar sebesar 10 20% dari hasil fotosintesis melalui eksudat akar. Hal ini
59
melalui eksudat akar (misalnya fenolik, asam organik, alkohol, protein ) dapat
menjadi sumber karbon dan nitrogen sebagai sumber pertumbuhan mikroba yang
rizosfer. Adapun reaksi pembentukan senyawa fenolik dari hasil degradasi adalah
OH O-Glukosida
an
e n y usun atik
P i m
-enz O-Glukuronida
H non
R O-Sulfat
O
Fenol
H O-Silosida
H
R 2O
aren oksida Ep H
hid oksid
ro l a
gen 0
as e OH
asi
ksi P 45
O2
OH
mo okrom
ur
R H
jam
noo
Sit
trans-Dihidrodiol
H2O2 Ligninase
PAH Kuinon PAH Pemecahan cincin
COOH
ur
Di
J al t o COOH
ok
Or
s ig
Ba O 2
H +
en
NADH + H
kt
R
as
er
NAD+
i
i
OH
R
2-Hidroksimukonat
semialdehid
60
Terdapat tiga cara transport hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum
1. Interasksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air, umumnya
yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini,
perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba
melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel
bakteri.
tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan
mereka sendiri yang disebut fitodegradasi (Nwoko et al., 2007 dalam Nwoko
2010). Menurut Terry et al (1995) dalam Nwoko (2010) juga bahwa beberapa
61
polutan juga dapat tertinggal ditanaman dalam bentuk yang mudah menguap
(fitostabilisasi).
blanko (A1 dan A2 masing-masing sebesar 20,48%, dan 27,55 %). Tabel 4
A1, A2, B1, B2, C1, dan C2 adalah 2,12 0,481 g; 1.93 0,997 g; 36,43 2,448
tanaman dapat sangat menurun dalam tanah dengan kandungan TPH yang tinggi
(Peng et al., 2009 dalam Tang, et al., 2010). Hal ini terlihat pada perlakuan A1,
A2, C1, dan C2. Bahwa pada akhir perlakuan pertumbuhan rumput gajah
Gambar 4.9 Perlakuan A1, A2, C1, dan C2 pada hari ke-35
62
Faktor lain yang mempengaruhi proses rizoremediasi mencakup inokulasi,
penambahan nutrisi, kadar organik tanah, kedalaman tanah dan kadar garam dan
sebagainya (Mishra et al., 2001;. Margesin et al., 2003;. Lin and Mendelssohn,
1998; Hutchinson et al., 2001; Keller et al., 2008 dalam Tang, et al., 2010).
63
BAB V
5.1 Kesimpulan
lahan tercemar limbah lumpur minyak bumi dapat disimpulkan sebagai berikut:
dan diperoleh hubungan positif antara jumlah penambahan kompos dan urea
(100 g berat kering lumpur minyak bumi, 100 g berat kering biokompos, 9 g
remediasi diperoleh melalui kondisi awal pH 8,25; kadar air 49,97%; WHC
101,64%; dan kadar abu 63,76% dan kondisi akhir pH 6,25; kadar air 55,04%;
64
5.2 Saran
1. Perlu adanya justifikasi fenol hasil degradasi TPH yang telah hilang sebelum
tidak mudah mengalami kematian dan proses degradasi polutan minyak lebih
optimal.
65
DAFTAR PUSTAKA
Aroeira. L.J.M, F.C.F. Lopesa, F. Deresza, R.S. Vernequea, M.S. Dayrella, L.L.de
Matosa, H. Maldonado-Vasquezb, A. Vittorib. 1999. Pasture availability
and dry matter intake of lactating crossbred cows grazing elephant grass
(Pennisetum purpureum, Schum). Animal Feed Science and Technology 78
(1999) 313-324.
Atlas, R.M. 1992. Petroleum Microbiology, In: Encyclopedia of Microbiology,
vol. 3. Academic press, Inc.
Atlas, R.M. 1975. Effects of temperature and crude oil composition on petroleum
biodegradation.App. Environ. Microbiol. 30(3):396-403.
Atmojo. S. W. 2003. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co.,
New York.
Biddle, stone, A.J., and K.R. Gray, 1985. composting. In: Comprehensive
Biotechnology. Vol. 4. C. W. robinson and J.A. howel (eds.) pergamon
press, oxford, U.K.
66
Dibble, J.T. and R.Bartha.1979. Effect of inveromental parameter on the
biodegradation of soil sludge. App. Environ. Microbial. 37(4):7
Domnguez, J. 2004. State of The Art and New Perspect Composting Research. p.
401425. In C.A. Edwards worm ecology. 2nd ed. CRC Press, Boca
Raton, FL.
Edwards, C.A., and N.Q. Arancon. 2004. The Use of Earthworms in The
Breakdown of Organic Wastes to Produce Vermicompost and Animal Feed
Protein. p. 345380. In C.A. Edwards (ed.) Earthworm ecology. 2nd ed.
CRC Press, Boca Raton, FL.
Gritter, R.J., J.M. Bobbin and A.E. Schwarting. Penerjemah Kosasih admawinata.
Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung, 1991. p.13.
Harayama, S.K. 1995. Biodegradation of Crude Oil. Program and Abstracts in the
First Asia-Pasific Marine Biotechnology Conference. Shimizu, Shizuoka,
Japan.
67
Herudjito, D. 1999 Pengaruh Bahan Humat dari Air Gambut Terhadap Sifst-Sifst
Tanah Latosol (Oxic Dystropepts). Konggres Nasional VII. HITI.
Bandung.
Islam, M.Z., D.I. Sharif and M.A. Hossain. 2008, A Comparative Study of
Azotobacter spp. From Different Soil Samples, J.Soil.Nature 2(3):16-19.
Khan, A.G., C. Kuek., Chaudrhry., C.S. Khoo & W.J. Hayes. 2000. Role of Plant,
Mycorrhizae and Phytochelator in Heavy Metal Contaminated Land
Remediation. Chemosphere 41:197 207.
68
Njoku, K.L., Akinola, M.O. and Oboh, B.O. 2009. Phytoremediation Of Crude
Oil Contaminated Soil: The Effect Of Growth Of Glycine max On The
Physico-Chemistry and Crude Oil Contents Of Soil. Nature and Science
2009;7(10).
Nugroho, A. 2009. Produksi Gas Hasil Biodegradasi Minyak Bumi: Kajian Awal
Aplikasinya dalam Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR). Makara,
Sains. Vol 13. No.2. 111-116.
Pikoli, M.R., A. Pingkan, dan I. A. Dea. 2000. Isolasi bertahap dan identifikasi
isolat Bakteri termofilik Pendegradasi Minyak Bumi dari sumur bangko.
Proseding Institut Teknologi Bandung: 1-10.
Salt, D.E., R.D. Smith and I. Raskin. 1998. Annual Review Plant Physiology and
Plant Molecular Biology : Phytoremediation. Annual Reviews. USA. 501
662.
Scholes, M.C., Swift, O.W., Heal, P.A. Sanchez, JSI., Ingram and R. Dudal. 1994.
Soil Fertility Research in Response to Demand for Sustainability. In The
biological Managemant of Tropical Soil Fertility (Eds Woomer, Pl. and
Swift, MJ.) John Wiley & Sons. New York.
69
Spleight, J.G. 1980. Handbook of Petroleum Analysis. John Wiley & Sons. New
York.
Stevenson, F.T. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork
Tejasuwarno. 1999. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Hasil Wortel dan Sifat
Fisik Tanah. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.
70
Udiharto, M., dan Sudaryono. 1999. Bioremediasi Terhadap Tanah Tercemar
Minyak Bumi Parafinik dan Aspak. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pengelolaan Limbah dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan-
BPPT, Jakarta. 121-132.
Udiharto, M., S. A. Rahayu, A. Haris dan Zulkifliani. 1995. Peran bakteri dalam
degradasi minyak dan pemanfaatannya dalam penanggulangan minyak
bumi buangan.Proceedings Diskusi Ilmiah VIII PPTMGB.Lemigas,
Jakarta.
Uren, L.C. 1956. Petroleum Production Enginering Production. 4th ed. New
York.
Wulandari, A. Arif, W. Khusnul. Nevy, Y.P. Rena, T.H. Sofiyah, K.B. Sri, L.D.
2010. Tugas Terstruktur Bkateriologi. Bioremediasi Minyak Bumi Oleh
Bakteri pseudomonas sp. Kementrian Pendidikan Nasional. Univ. Jendral
Sudirman. Purwokerto.
Zyomuya, F., F.J. Larney, C.K. Nichol, A.F. Olson, J.J. Miller, and P.R. Demare.
2005. Chemical and Physical Changes Following Co-Composting of Beef
Cattle Feedlot Manure with Phosphogypsum. J. Environ. Qual. 34:2317-
2318.
71
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Awal dan Akhir Perlakuan
Awal Perlakuan
Parameter A1 A2 B1 B2 C1 C2
A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22
pH 7.5 7 7.5 7 8 7 8 7 8.5 8 8.5 8
Kadar air 30.61 25.97 30.05 24.85 49.95 47.70 50.04 49.63 50.34 41.94 50.20 49.74
Kadar abu 81.12 87.51 82.69 86.77 61.76 68.55 62.27 64.86 62.02 73.24 62.58 64.93
WHC 44.84 35.81 43.82 33.88 101.49 92.61 101.82 99.97 103.29 73.58 102.61 100.68
TPH 0.071 0.068 0.062 0.062 0.027 0.013 0.029 0.012 0.033 0.022 0.035 0.024
Akhir Perlakuan
Parameter A1 A2 B1 B2 C1 C2
A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22
pH 7.5 7.5 7 7 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6
Kadar air 29.18 28.92 32.19 28.17 51.89 51.82 55.11 51.13 47.82 58.68 56.88 53.21
Kadar abu 89.03 89.42 86.21 86.52 73.67 74.95 71.36 76.41 70.89 70.08 71.01 75.77
115.0
WHC 41.61 41.33 48.17 39.64 109.08 109.01 124.11 105.89 93.12 143.58 133.20
2
TPH 0.064 0.046 0.037 0.053 0.010 0.004 0.002 0.005 0.018 0.011 0.003 0.002
Keterangan:
WHC : water holding capacity/ kemampuan ikat air
TPH : Total Petroleum Hidrokarbon
72
Lampiran 2 Uji Anova pH
nyata
nyata
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,261 > 0,05, maka Ho diterima
atau rata-rata kadar pH awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
Untuk pH akhir:
yang nyata
nyata
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar pH diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan C2)
73
Hasil Uji Duncan pH Akhir
0.05
Perlakuan N
1 2
C2 2 6.2500 b
B1 2 6.5000 b
B2 2 6.5000 b
C1 2 6.5000 b
A1 2 7.5000 a
A2 2 7.5000 a
74
Lampiran 3 Uji Anova Kadar Air
Ho : Rata-rata kadar air awal pada keenam perlakuan tidak menunjukan perbedaan
yang nyata
H1 : Rata-rata kadar air awal pada keenam perlakuan menunjukan perbedaan yang
nyata
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
yang nyata
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
75
Hasil Uji Duncan Kadar Air Awal
0.05
Perlakuan N
1 2
A2 2 27.4500 b
A1 2 28.2900 b
C1 2 46.1400 a
B1 2 48.8250 a
B2 2 49.8350 a
C2 2 49.9700 a
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
0.05
Perlakuan N
1 2
A1 2 29.0500 b
A2 2 30.1800 b
B1 2 51.8550 a
B2 2 53.1200 a
C1 2 53.2500 a
C2 2 55.0450 a
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
(I) data (J) data Beda nilai Std. Error Sig. Selang kepercayaan 95%
76
tengah (I-J) Batas bawah Batas atas
A1 A2 -1.13000 3.69100 .770 -10.1616 7.9016
*
B1 -22.80500 3.69100 .001 -31.8366 -13.7734
*
B2 -24.07000 3.69100 .001 -33.1016 -15.0384
*
C1 -24.20000 3.69100 .001 -33.2316 -15.1684
*
C2 -25.99500 3.69100 .000 -35.0266 -16.9634
A2 A1 1.13000 3.69100 .770 -7.9016 10.1616
*
B1 -21.67500 3.69100 .001 -30.7066 -12.6434
*
B2 -22.94000 3.69100 .001 -31.9716 -13.9084
*
C1 -23.07000 3.69100 .001 -32.1016 -14.0384
*
C2 -24.86500 3.69100 .001 -33.8966 -15.8334
*
B1 A1 22.80500 3.69100 .001 13.7734 31.8366
*
A2 21.67500 3.69100 .001 12.6434 30.7066
B2 -1.26500 3.69100 .743 -10.2966 7.7666
C1 -1.39500 3.69100 .718 -10.4266 7.6366
C2 -3.19000 3.69100 .421 -12.2216 5.8416
*
B2 A1 24.07000 3.69100 .001 15.0384 33.1016
*
A2 22.94000 3.69100 .001 13.9084 31.9716
B1 1.26500 3.69100 .743 -7.7666 10.2966
C1 -.13000 3.69100 .973 -9.1616 8.9016
C2 -1.92500 3.69100 .621 -10.9566 7.1066
*
C1 A1 24.20000 3.69100 .001 15.1684 33.2316
A2 23.07000* 3.69100 .001 14.0384 32.1016
B1 1.39500 3.69100 .718 -7.6366 10.4266
B2 .13000 3.69100 .973 -8.9016 9.1616
C2 -1.79500 3.69100 .644 -10.8266 7.2366
*
C2 A1 25.99500 3.69100 .000 16.9634 35.0266
*
A2 24.86500 3.69100 .001 15.8334 33.8966
B1 3.19000 3.69100 .421 -5.8416 12.2216
B2 1.92500 3.69100 .621 -7.1066 10.9566
C1 1.79500 3.69100 .644 -7.2366 10.8266
77
B2 -60.57000* 9.78532 .001 -84.5138 -36.6262
*
C1 -48.11000 9.78532 .003 -72.0538 -24.1662
*
C2 -61.32000 9.78532 .001 -85.2638 -37.3762
A2 A1 -1.47500 9.78532 .885 -25.4188 22.4688
*
B1 -58.20000 9.78532 .001 -82.1438 -34.2562
*
B2 -62.04500 9.78532 .001 -85.9888 -38.1012
*
C1 -49.58500 9.78532 .002 -73.5288 -25.6412
C2 -62.79500* 9.78532 .001 -86.7388 -38.8512
*
B1 A1 56.72500 9.78532 .001 32.7812 80.6688
*
A2 58.20000 9.78532 .001 34.2562 82.1438
B2 -3.84500 9.78532 .708 -27.7888 20.0988
C1 8.61500 9.78532 .413 -15.3288 32.5588
C2 -4.59500 9.78532 .655 -28.5388 19.3488
*
B2 A1 60.57000 9.78532 .001 36.6262 84.5138
*
A2 62.04500 9.78532 .001 38.1012 85.9888
B1 3.84500 9.78532 .708 -20.0988 27.7888
C1 12.46000 9.78532 .250 -11.4838 36.4038
C2 -.75000 9.78532 .941 -24.6938 23.1938
*
C1 A1 48.11000 9.78532 .003 24.1662 72.0538
*
A2 49.58500 9.78532 .002 25.6412 73.5288
B1 -8.61500 9.78532 .413 -32.5588 15.3288
B2 -12.46000 9.78532 .250 -36.4038 11.4838
C2 -13.21000 9.78532 .226 -37.1538 10.7338
*
C2 A1 61.32000 9.78532 .001 37.3762 85.2638
A2 62.79500* 9.78532 .001 38.8512 86.7388
B1 4.59500 9.78532 .655 -19.3488 28.5388
B2 .75000 9.78532 .941 -23.1938 24.6938
C1 13.21000 9.78532 .226 -10.7338 37.1538
78
Lampiran 4. Uji Anova Kadar Abu
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,007 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
79
Hasil Uji Duncan Kadar Abu Awal
0.05
Perlakuan N
1 2
B2 2 63.5650 b
C2 2 63.7550 b
B1 2 65.1550 b
C1 2 67.6300 b
A1 2 84.3150 a
A2 2 84.7300 a
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
0.05
Perlakuan N
1 2
C1 2 70.4850 b
C2 2 73.3900 b
B2 2 73.8850 b
B1 2 74.3100 b
A2 2 86.3650 a
A1 2 89.2250 a
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
80
Lampiran 5. Uji Anova Water Holding Capacity (WHC)
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,006 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
81
Hasil Uji Duncan Water Holding Capacity (WHC) Awal
0.05
Perlakuan N
1 2
A2 2 38.8500 b
A1 2 40.3250 b
C1 2 88.4350 a
B1 2 97.0500 a
B2 2 100.8950 a
C2 2 101.6450 a
Sig. 0.885 0.244
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
0.05
Perlakuan N
1 2
A1 2 41.4700 b
A2 2 43.9050 b
B1 2 109.0450 a
B2 2 115.0000 a
C1 2 118.3500 a
C2 2 124.1100 a
Sig. 0.888 0.416
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
82
A1 A2 -2.43500 16.53667 .888 -42.8988 38.0288
*
B1 -67.57500 16.53667 .006 -108.0388 -27.1112
*
B2 -73.53000 16.53667 .004 -113.9938 -33.0662
*
C1 -76.88000 16.53667 .004 -117.3438 -36.4162
*
C2 -82.64000 16.53667 .002 -123.1038 -42.1762
A2 A1 2.43500 16.53667 .888 -38.0288 42.8988
*
B1 -65.14000 16.53667 .008 -105.6038 -24.6762
*
B2 -71.09500 16.53667 .005 -111.5588 -30.6312
*
C1 -74.44500 16.53667 .004 -114.9088 -33.9812
*
C2 -80.20500 16.53667 .003 -120.6688 -39.7412
*
B1 A1 67.57500 16.53667 .006 27.1112 108.0388
A2 65.14000* 16.53667 .008 24.6762 105.6038
B2 -5.95500 16.53667 .731 -46.4188 34.5088
C1 -9.30500 16.53667 .594 -49.7688 31.1588
C2 -15.06500 16.53667 .397 -55.5288 25.3988
*
B2 A1 73.53000 16.53667 .004 33.0662 113.9938
*
A2 71.09500 16.53667 .005 30.6312 111.5588
B1 5.95500 16.53667 .731 -34.5088 46.4188
C1 -3.35000 16.53667 .846 -43.8138 37.1138
C2 -9.11000 16.53667 .602 -49.5738 31.3538
C1 A1 76.88000* 16.53667 .004 36.4162 117.3438
A2 74.44500* 16.53667 .004 33.9812 114.9088
B1 9.30500 16.53667 .594 -31.1588 49.7688
B2 3.35000 16.53667 .846 -37.1138 43.8138
C2 -5.76000 16.53667 .739 -46.2238 34.7038
*
C2 A1 82.64000 16.53667 .002 42.1762 123.1038
*
A2 80.20500 16.53667 .003 39.7412 120.6688
B1 15.06500 16.53667 .397 -25.3988 55.5288
B2 9.11000 16.53667 .602 -31.3538 49.5738
C1 5.76000 16.53667 .739 -34.7038 46.2238
83
C1 -1.00000 .50000 .092 -2.2235 .2235
C2 -1.00000 .50000 .092 -2.2235 .2235
A2 A1 .00000 .50000 1.000 -1.2235 1.2235
B1 -.25000 .50000 .635 -1.4735 .9735
B2 -.25000 .50000 .635 -1.4735 .9735
C1 -1.00000 .50000 .092 -2.2235 .2235
C2 -1.00000 .50000 .092 -2.2235 .2235
B1 A1 .25000 .50000 .635 -.9735 1.4735
A2 .25000 .50000 .635 -.9735 1.4735
B2 .00000 .50000 1.000 -1.2235 1.2235
C1 -.75000 .50000 .184 -1.9735 .4735
C2 -.75000 .50000 .184 -1.9735 .4735
B2 A1 .25000 .50000 .635 -.9735 1.4735
A2 .25000 .50000 .635 -.9735 1.4735
B1 .00000 .50000 1.000 -1.2235 1.2235
C1 -.75000 .50000 .184 -1.9735 .4735
C2 -.75000 .50000 .184 -1.9735 .4735
C1 A1 1.00000 .50000 .092 -.2235 2.2235
A2 1.00000 .50000 .092 -.2235 2.2235
B1 .75000 .50000 .184 -.4735 1.9735
B2 .75000 .50000 .184 -.4735 1.9735
C2 .00000 .50000 1.000 -1.2235 1.2235
C2 A1 1.00000 .50000 .092 -.2235 2.2235
A2 1.00000 .50000 .092 -.2235 2.2235
B1 .75000 .50000 .184 -.4735 1.9735
B2 .75000 .50000 .184 -.4735 1.9735
C1 .00000 .50000 1.000 -1.2235 1.2235
84
Lampiran 6. Uji Anova TPH
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,002 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
yang nyata.
Pada tabel tampak nilai probabilitas (sig) 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak
atau rata-rata kadar air awal diantara keenam perlakuan (A1, A2, B1, B2, C1, dan
85
Hasil Uji Duncan TPH Awal
0.05
Perlakuan N
1 2
B1 2 0.02000 b
B2 2 0.02050 b
C1 2 0.02750 b
C2 2 0.02950 b
A2 2 0.06200 a
A1 2 0.06950 a
Sig. 0.290 0.375
a dan b
Keterangan : huruf kecil yang sama ( ) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
0.05
Perlakuan N
1 2
C2 2 0.00250 b
B2 2 0.00350 b
B1 2 0.00700 b
C1 2 0.01450 b
A2 2 0.04500 a
A1 2 0.05500 a
Sig. 0.178 0.231
Keterangan : huruf kecil yang sama (a dan b) menunjukan tidak beda nyata ( 0,05)
86
Lampiran 7. Uji Fisik Rumput Gajah
Hari/ Perlakuan Panjang daun (cm) Warna daun
A11 15.5 Hijau
A12 15.8 Hijau
A21 14.2 Hijau
A22 2.1 Hijau
B11 5 Hijau
B12 15 Hijau
H0
B21 12.6 Hijau
B22 14.5 Hijau
C11 3.5 Hijau
C12 10.5 Hijau
C21 9.6 Hijau
C22 14 Hijau
A11 20 Hijau
A12 17.8 Hijau dan ujung daun kuning kecoklatan
A21 20.3 Hijau dan ujung daun kuning kecoklatan
A22 8.3 Hijau dan ujung daun kuning kecoklatan
B11 10.5 Hijau
B12 24.3 Hijau dan ujung daun kecoklatan
H7
B21 13.3 Hijau dan ujung daun kecoklatan
B22 19.1 Hijau dan ujung daun kuning
C11 10.5 Hijau
C12 11.1 Hijau dan ujung daun coklat
C21 24.1 Hijau dan ujung daun kecoklatan
C22 18.3 Hijau dan ujung daun kuning kecoklatan
A11 23.4 Hijau
A12 - -
A21 - -
A22 18.3 Hijau
B11 19.2 Hijau
B12 36.2 Hijau
H14
B21 41.4 Hijau
B22 28.6 Hijau
C11 - -
C12 - -
C21 - -
C22 - -
A11 27.6 Hijau dan ujung daun coklat
A12 - -
A21 - -
A22 21.4 Hijau dan ujung dan coklat
B11 23.6 Hijau
H21 B12 56.3 Hijau
B21 60.4 Hijau
B22 32.4 Hijau
C11 - -
C12 - -
C21 - -
C22 - -
A11 -
A12 -
A21 -
A22 -
B11 26.3 Hijau dan ujung daun merah menguning
H28 B12 61.4 Hijau dan ujung daun merah menguning
B21 72.2 Hijau dan ujung daun merah menguning
B22 41.1 Hijau dan ujung daun merah menguning
C11 - -
C12 - -
C21 - -
C22 - -
A11 - -
A12 - -
A21 - -
A22 - -
B11 - -
B12 63.4 Hijau muda
H35
B21 84.5 Hijau muda
B22 44.2 Hijau muda
C11 - -
C12 - -
C21 - -
C22 - -
87
Lampiran 8. Tempat pembuangan akhir lumpur minyak bumi di pertambangan
tradisional Cepu Jawa Timur
88
Lampiran 9. Penamaan rumput gajah pada media pot
Perlakuan A1, A2, A3, dan A4 Perlakuan A5, A6, A7, dan A8
+ inokulan
Perlakuan B1, B2, B3, dan B4 Perlakuan B5, B6, B7, dan B8
+ inokulan
Perlakuan C1, C2, C3, dan C4 Perlakuan C5, C6, C7, dan C8
+ inokulan
89
Lampiran 10. Perlakuan dimedia pot pada hari ke-35
Perlakuan A1, A2, A3, dan A4 Perlakuan A5, A6, A7, dan A8
+ inokulan
Perlakuan B1, B2, B3, dan B4 Perlakuan B5, B6, B7, dan B8
+ inokulan
Perlakuan C1, C2, C3, dan C4 Perlakuan C5, C6, C7, dan C8
+ inokulan
90
Lampiran 11. Gambar hasil ekstraksi TPH
Hasil ekstraksi TPH sebelum di uapkan Hasil ekstraksi TPH setelah di uapkan
Hasil ekstraksi TPH sebelum di uapkan Hasil ekstraksi TPH sebelum di uapkan
(tanpa inokulan) (dengan inokulan)
Hasil ekstraksi TPH setelah di uapkan Hasil ekstraksi TPH setelah di uapkan
(tanpa inokulan) (dengan inokulan)
91