Anda di halaman 1dari 19

SIMAN Digitalisasi Aset Negara

Ditulis oleh Tim Pengembang SIMAN pada Jum, 08/08/2014 - 14:13

Jakarta - Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi (PKNSI) c.q. Subdirektorat Perencanaan dan
Pengembangan Sistem Aplikasi (PPSA) bekerjasama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kanwil
DJKN) DKI Jakarta c.q. Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara (PKN), pada 19 Juni 2014 menyelenggarakan kegiatan
bertajuk Stress Test SIMAN Versi Beta bertempat di Pendopo Kanwil DJKN DKI Jakarta, Jalan Prapatan Nomor 10, Jakarta.
Pejabat/pegawai Bidang PKN Kanwil DJKN DKI Jakarta, Kanwil DJKN Banten, dan Kanwil DJKN Sumatera Selatan, Jambi, dan
Bangka Belitung, serta pejabat/pegawai Seksi PKN pada KPKNL di lingkungan Kanwil DJKN DKI Jakarta dan Kanwil DJKN
Banten menghadiri acara tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) PKN Salbiah mewakili Kepala Kanwil DJKN DKI Jakarta membuka acara, Acara ini dilaksanakan
dalam rangka persiapan rekonsiliasi BMN Semester I Tahun 2014 baik di KPKNL maupun Kanwil, ungkap Salbiah. Kepala
Bidang PKN menyampaikan bahwa berdasarkan hasil Rapat Koordinasi BMN Internal DJKN pada 10 Juni 2014, pelaksanaan
rekonsiliasi BMN Semester I Tahun 2014 dilakukan dengan alat bantu Modul KN yang akan parallel run dengan aplikasi
SIMAN. Salbiah berharap agar para peserta acara stress test ini dapat mengikuti rangkaian acara dengan baik dan
memberikan masukan/saran dalam rangka kehandalan, perbaikan, dan penyempurnaan aplikasi SIMAN ke depannya.
Selanjutnya, Kepala Subdirektorat (Kasubdit) PPSA Acep Irawan menyampaikan pengantar pelaksanaan stress test aplikasi
SIMAN ini. Mengawali pengantarnya, Acep memaparkan bahwa SIMAN merupakan aplikasi yang digunakan untuk
membantu proses perencanaan kebutuhan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penghapusan,
dan pemindahtanganan aset negara. Aplikasi ini menggunakan database terpusat dan aplikasi berbasis desktop dengan
komunikasi data melalui internet/intranet. Acep juga menyampaikan bahwa SIMAN merupakan pengejawantahan peran
DJKN dalam rangka digitalisasi aset sebagai bagian dari transformasi kelembagaan DJKN. Senada dengan Salbiah, Acep
menegaskan bahwa rekonsiliasi BMN Semester I Tahun 2014 akan dibantu dengan aplikasi Modul KN yang telah digunakan
selama ini, berbarengan/paralel dengan aplikasi SIMAN pada fitur Rekonsiliasi BMN. Kenapa harus paralel? Karena
aplikasi SIMAN masih dalam tahap pengembangan dan butuh penyempurnaan, sehingga agar tidak menggangu
pelaksanaan rekonsiliasi BMN tetap digunakan Modul KN, papar Acep.
Acep melanjutkan bahwa kegiatan stress test aplikasi SIMAN ini sangat penting untuk menguji dan memastikan seberapa
tangguh dan handal aplikasi SIMAN sebagai alat bantu rekonsiliasi BMN. Hal ini dikarenakan secara arsitektur aplikasi
SIMAN (menggunakan) database terpusat, kita ingin menguji ketangguhan aplikasi SIMAN ketika digunakan berbarengan
oleh banyak user, imbuh Acep. Pria yang sebelumnya menjabat Kasubdit Pengolahan Data dan Layanan Operasional
(PDLO) ini menyampaikan bahwa fitur-fitur aplikasi SIMAN Versi Beta yang dapat diakses adalah fitur Identitas User,
Master Aset, Penatausahaan BMN - Rekonsiliasi BMN, Penatausahaan BMN - Pelaporan Terkait Rekonsiliasi BMN,
Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) BMN - Perekaman Surat Keputusan (SK), dan Penelusuran Aset.
Usai pengantar dari Kasubdit PPSA, acarapun dilanjutkan dengan praktik langsung penggunaan aplikasi SIMAN yang
dipandu oleh Iling Saidah, staf Subdit PPSA. Para peserta tampak antusias mengikuti acara ini tahap demi tahap mulai dari
instalasi sampai dengan penggunaannya, dalam suasana yang rileks dan kebersamaan. Acara ini berjalan dengan
komunikatif dan interaktif, para pesertapun aktif dalam bertanya kepada narasumber terkait teknis aplikasi SIMAN dan
penggunaannya.(Teks/Foto: Harry Budiarto, Bidang KIHI)
Jangan Takut Hadapi MEA, SDM Berkualitas
Internasional Sudah Disiapkan!

Kamis, 24 Desember 2015 | 21:02 WIB

KOMPAS.com
Tinggal menghitung hari, tahun 2015 segera berlalu. Saat pergantian tahun, perayaan heboh
biasanya diadakan di berbagai tempat. Pesta kembang api disiapkan, jamuan santap bersama
orang tercinta juga masuk agenda.
Namun, ada yang berbeda di perayaan tahun baru kali ini. Tak hanya menyambut kedatangan
tahun 2016, masyarakat Indonesia pun harus mengucapkan selamat datang pada datangnya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan
diuji secara terbuka bersama sekitar 633 juta penduduk ASEAN lain.
Kabar buruknya, rapor sektor SDM berdasarkan survei yang diadakan Bisnis Indonesia pada
2014 masih di angka merah. Sekitar 60 persen dari 200 koresponden yang merupakan pelaku
bisnis setingkat direksi, direktur, dan komisaris di Indonesia menyatakan bahwa SDM dalam
negeri tidak kompetitif. (Kompas.com, Rabu (15/10/2014)
Tapi, jangan berkecil hati. Kabar baiknya, industri Indonesia berpeluang menghasilkan SDM
berkualitas asal kita terus melakukan perbaikan berkesinambungan atau dalam bahasa Jepang
dikenal sebagai "kaizen". Salah satu strategi yang menggunakan filosofi ini adalah Quality
Control Circle atau Gugus Kendali Mutu (GKM). GKM adalah suatu sistem dalam manajemen
usaha yang bertujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu produksi agar daya saing
produk meningkat. Sitem ini fleksibel diaplikasikan dalam sektor industri apapun.
Solusi "kilat"
Permasalannya, hingga kini masih ada kesenjangan antara standar kebutuhan SDM industri dan
kapabilitas para jebolan sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Alhasil, ketika terserap
industri, perusahaan masih harus melakukan serangkaian pelatihan demi meningkatkan
kompetensi mereka. "Selama ini pengembangan SDM menjadi rumit dan sulit karena ada gap
antara apa yang diajarkan dan dialami," jelas Bob Azam, Direktur Administrasi PT Toyota
Motor Manufacturing Indonesia(TMMIN) saat ditemui Kompas.com di kantornya, Jumat
(18/12/2015).

Menurutnya, GKM merupakan salah satu strategi cepat untuk mengembangkan SDM jika
perusahaan ingin menggenjot kualitas hasil produk. Kenapa begitu? Di dalam perusahaan, GKM
biasa dilakukan dalam kelompok kecil, terdiri dari 3-8 karyawan berasal dari unit sama.
Fokusnya adalah mengasah karyawan untuk proaktif mengidentifikasi, mengurai, lalu mencari
solusi dari permasalahan yang kerap dihadapi dalam keseharian kerja mereka.
"Selesai mendapat induksi (pelatihan awal), karyawan baru akan langsung bekerja dan terlibat
dalam GKM. Di sini dia mencontoh senior-seniornya. Bagaimana proses (GKM), mulai dari
menemukan tema (permasalahan) untuk diperbaiki, kemudian dari tema itu dia cari apa akar
permasalahannya," ucap Bob.
Bob menilai, solusi tersebut lebih efektif ketimbang harus melakukan pelatihan karyawan secara
individu ataupun kelompok di ruangan kelas dalam waktu tertentu. "Bayangkan, karyawan baru
Toyota (tiap tahun) ada 3000. kita harus siapkan berapa (kelas)? Berapa bulan kita harus
menyiapkan itu? Tapi dengan GKM, (pengembangan SDM) bisa dilakukan serentak. Senior
menularkan ilmunya kepada yang junior," tuturnya.
Fleksibel
Tak hanya TMMIN, GKM juga bisa diadopsi perusahaan lain yang jumlah karyawannya lebih
sedikit. Salah satu contohnya adalah PT Menara Terus Makmur. Perusahaan yang berdiri sejak
1986 ini telah lama menyokong kebutuhan komponen mobil dan sepeda motor industri otomotif
Indonesia, termasuk TMMIN. "Pengaruh luar, seperti pajak dan harga bahan baku, ada di luar
kendali kita. (Karena itu) yang bisa kita lakukan adalah bagaimana memperbaiki kondisi di
dalam perusahaan yang memang ada di bawah kendali kita," kata Siswijono, Presiden Direktur
PT Menara Terus Makmur. Kemudian, dia pun menantang para karyawan melakukan perbaikan
di area kerja mereka. Namun, menanamkan pola pikir kaizen, lanjut Siswijono, tidak mudah.
Butuh waktu sekitar satu tahun untuk mensosialisasikannya ke semua jajaran manajemen.
"Pertama-tama kita harus membuat perbaikan yang nilai tambahnya bisa dirasakan dulu oleh
karyawan. Setelah merasakan manfaat perbaikannya, baru ada keinginan dari mereka untuk
melakukan perbaikan lain," ucapnya. Bahkan, Siswijono merancang iklim kompetitif dengan
mengadakan kompetisi GKM untuk memotivasi karyawan mengeluarkan ide dan inovasi.
Apresiasi pun diberikan bagi mereka yang idenya paling cemerlang. "Tanpa motivasi, agak berat
menanamkan Kizen sebagai mindset," ujar Siswijono.
Percaya diri
Dilihat berdasarkan potensi yang ada saat ini, sebenarnya SDM Indonesia tidak kalah bersaing di
kancah internasional. Bob mengakui hal hal setelah melihat sendiri kemampuan tim didiknya
saat mengikuti kompetisi GKM bertaraf internasional. "(Selain kompetisi nasional) Kita kirim
juga (tim GKM) ke konvensi Toyota Regional se-ASEAN dan Toyota Global di Jepang.
Kelihatan memang kualitas orang kita (Indonesia) lebih baik daripada negara-negara lain seperti
Australia, India, atau Malaysia," kata Bob.
"Kalau menurut feedback dari petinggi-petinggi Toyota (di Jepang), kita ini one step ahead,"
tambahnya. Agar mampu unggul dalam persaingan global, pola pikir kompetitif perlu
ditanamkan sejak dini. Rasa tidak mudah puas juga wajib dipupuk agar perbaikan
berkesinambungan terus terjadi. Dengan begitu, Indonesia tak akan tenggelam, sederas apapun
tantangan arus persaingan global. Selamat datang era MEA!

http://edukasi.kompas.com/read/2015/12/24/21023351/Jangan.Takut.Hadapi.MEA.SDM.Berkual
itas.Internasional.Sudah.Disiapkan.
Wakapolri Sjafruddin Diharap Benahi SDM
Polri
Minggu, 11 September 2016 | 10:43 WIB

Wakapolri Komjen Sjafruddin (tengah) usai pelantikan, Sabtu (10/9/2016), diapit Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kiri)
dan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan.

JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemilihan Komisaris Jenderal Sjafruddin sebagai Wakil Kepala Kepolisian RI dinilai tepat
dilakukan. Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengapresiasi keputusan Kapolri
Jenderal Tito Karnavian memilih Sjafruddin. Ini dapat dilihat dari rekam jejak Sjafruddin yang
pernah menjadi Wakapolda Sumatera Utara, Kapolda Kalimantan Selatan, Kepala Divisi Profesi
dan Keamanan Polri, dan terakhir menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri.
"Di antara pilihan calon yang ada, Komjen Sjafruddin bisa dianggap tepat," ujar Bambang ketika
dihubungi Kompas.com di Jakarta, Minggu (11/9/2016).
Menurut Bambang, hal penting justru hadir setelah Sjafruddin diangkat sebagai Wakapolri.
Sjafruddin, kata dia, harus segera bergerak membantu Kapolri membenahi sistem dan
manajemen sumber daya manusia (SDM) di internal Polri. "Yang penting setelah pelantikan,
Wakapolri segera melangkah membenahi sistem dan aparat yang mengawaki manajemen
SDM Polri," lanjut Bambang.
Pasalnya, masalah SDM di Polri ini seringkali dikeluhkan oleh anggota Polri aktif dan
berdampak negatif kepada masyarakat. Hal ini disebabkan banyaknya perilaku menyimpang
anggota Polri di lapangan. "Bidang ini banyak dikeluhkan oleh anggota polisi yang masih aktif.
Publik juga melihat efeknya di masyarakat karena perilaku menyimpang polisi," ucap Bambang.
Menurut Bambang, pengalaman Sjafruddin sebagai Kadiv Propam dan Kalemdikpol dapat
digunakannya untuk membangun profesionalitas anggota Polri.
"Jika Kapolri dan Wakapolrinya tepat dan konsisten dalam membenahi bidang-bidang ini
diharapkan Polri akan ada kemajuan," tandas Bambang. Komisaris Jenderal Sjafruddin secara
resmi dilantik sebagai Wakil Kepala Polri, Sabtu (10/9/2016). Syafruddin menggantikan Budi
Gunawan yang telah dilantik sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jumat (9/9/2016).
Pelantikan itu dipimpin langsung oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Penunjukkan Syafruddin ini berdasarkan surat telegram Nomor: ST/2219/IX/2016 tertanggal 9
September 2016.

http://nasional.kompas.com/read/2016/09/11/10431511/wakapolri.sjafruddin.dihara
p.benahi.sdm.polri
Siapkan SDM, Mendobrak Persaingan Pasar
Bebas!
Rabu, 20 Mei 2015 | 14:38 WIB

Berdasarkan data World Bank, PDB paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) Indonesia tahun 2012
berada di peringkat 16 dunia, di antara Turki dan Australia. Pada 2014. Indonesia berhasil menyabet rangking ke-10
dengan share 2,3 persen, hanya berbeda 0,1 persen dengan Inggris di peringkat ke-9.

KOMPAS.com
Saat ini ekonomi dunia memang masih didominasi oleh negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Cina, India, Jepang, Jerman dan Rusia. Namun, ekonomi Indonesia juga mulai
menunjukkan taringnya.

Berdasarkan data World Bank, PDB paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP)
Indonesia tahun 2012 berada di peringkat 16 dunia, di antara Turki dan Australia. Lalu, prestasi
itu melonjak pada 2014. Indonesia berhasil menyabet rangking ke-10 dengan share 2,3 persen,
hanya berbeda 0,1 persen dengan Inggris di peringkat ke-9.

Berdasarkan prediksi PricewaterhouseCoopers (PWC), pada 2030 nanti Indonesia akan naik ke
peringkat lima dunia. Jika mampu mempertahankan perkembangan ekonominya, pada 2050
mendatang Indonesia bahkan akan mampu meraih posisi keempat.

Tak hanya PWC. McKinsey&Company juga memprediksikan hal sama. Melihat pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang kian pesat, Indonesia dapat bertengger di posisi ke-7 pada 2030 dengan
perkiraan GDP 878 miliar dollar AS.
Era pasar bebas
Pintu perdagangan dunia kian terbuka lebar. Di tingkat Asia Tenggara, Indonesia harus bersiap
menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun ini.

MEA menjanjikan kemudahan transaksi barang dan jasa antara negara-negara Asia Tenggara
sehingga kompetisi semakin ketat. Jaringan bisnis pun kian luas. Para pelaku usaha dituntut
fleksibel dan cepat merespon pasar. Standar barang dan jasa pun harus berbasis internasional.

Lalu, penanaman modal asing diperkirakan akan meningkat dan lapangan pekerjaan pun menjadi
semakin luas. Harapan dengan terbentuknya MEA, kesejahteraan masyarakat ASEAN pun akan
meningkat.

"Bagi banyak pihak yang menganut konsep globalisasi, MEA memang menjadi peluang," kata
Rektor Universitas Bina Nusantara, Prof Harjanto Prabowo, saat ditemui KOMPAS.com, Selasa
(19/5/2015).

Lalu, apa konsekuensinya? Harjanto mengatakan, MEA tidak hanya akan membuka keran arus
perdagangan, melainkan juga pasar tenaga kerja profesional.
Seperti diketahui, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengisyaratkan adanya
penghapusan peraturan yang sebelumnya menghalangi perekrutantan tenaga asing. Dampaknya,
persaingan di bursa kerja pun semakin ketat.

"Yang paling disoroti dari MEA adalah lalu lintas SDM ini. Kemudian, yang menjadi hambatan
sekarang adalah apakah SDM ini sudah memenuhi keriteria atau belum," tutur Harjanto.
www.shutterstock.comMempersiapkan SDM bangsa yang siap bersaing di pasar dunia

Menggenjot SDM
Meneropong perkembangan ekonomi tersebut, Indonesia perlu segera berbenah. Faktor utama
perlu segera dibenahi adalah SDM. Presiden RI ketiga, BJ Habibie, pernah mengamini
pentingnya pembangunan SDM bangsa. Dia mengatakan, daya saing bangsa tak akan
berkembang jika tak ditopang oleh ketersediaan SDM berkualitas. Hal itu dia sampaikan pada
acara malam inspiratif Kultum Supermentor 6: Leaders yang diadakan Foreign Policy
Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Minggu (17/5/2015) lalu.
Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan sinergi dari berbagai pihak terkait, yaitu pemerintah,
perguruan tinggi, dan pelaku bisnis. Semua itu kemudian disokong masyarakat untuk
memperkuat dan membangun lingkungan yang mendukung perkembangan SDM. "Pembagian
tugas sebenarnya sudah jelas kok. Kementerian tenaga kerja bantu mempermudah akses tenaga
kerja, kementerian pendidikan tinggi selain mengurusi riset juga mengurusi para mahasiswa ini
agar punya akses ke industri. Biar ada matching, ujar Harjanto.
Harjanto pun menjelaskan tugas perguruan tinggi untuk terus melakukan koordinasi dengan
industri agar mereka memahami karakter lulusan perguruan tinggi. Di sisi lain, industri pun harus
bertanggung jawab membantu membangun kesiapan para SDM, terutama potensi SDM berkaitan
dengan jenis industrinya. Pengembangan SDM oleh industri pun harus dilakukan secara intensif
dan berkesinambungan, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Contoh nyata pengembangan
SDM oleh industri adalah pembangunan fasilitas belajar seperti yang dilakukan PT Toyota Motor
Manufacturing Indonesia (TMMIN). Industri manufaktur otomotif ini memiliki Toyota
Learning Center (TLC)bertempat di Kawasan Industri Kota Industri Internasional Karawang
(KIIC), Jawa Barat.
M Latief/KOMPAS.comProgram pengembangan SDM internal sangat penting agar perusahaan dapat bersaing menghasilkan produk
berkualitas internasional. Misalnya, dengan program transfer karyawan

Program pengembangan SDM internal sangat penting agar perusahaan dapat bersaing
menghasilkan produk berkualitas internasional. Misalnya, dengan program transfer karyawan
yang dilakukan Toyota. Pada program tersebut, karyawan berkesempatan mencicipi lingkungan
kerja baru ke perusahaan Toyota di Jepang (Toyota Motor Corporation). Program Intra Company
Transferee (ICT) ini dilangsir Toyota dapat meningkatkan keahlian dan daya saing SDM Toyota
terutama untuk para engineer-nya. Lewat program tersebut diharapkan kerja keras semua pihak
dalam membangun SDM Indonesia akan menggerakkan perekonomian ke arah lebih baik.
Khususnya, untuk menyongsong pasar bebas dengan inovasi dan produktifitas bertaraf
internasional.

http://edukasi.kompas.com/read/2015/05/20/14382291/Siapkan.SDM.Mendobrak.Per
saingan.Pasar.Bebas.
Perkuat Daya Saing, SDM Bidang Industri
Harus Kuat
Minggu, 30 Oktober 2016 | 05:38 WIB

produsen mobil listrik merek nasional ELVI.

BANDUNG, KOMPAS.com - Guna memperkuat daya saing industri otomotif nasional


diperlukan penguatan sumberdaya manusia (SDM) industri di Indonesia.Hal ini dungkapkan oleh
Presiden Institut Otomotif Indonesia I Made Dana Tangkas dalam Workshop dan Familu
Gathering Forum Wartawan Industri (Forwin) di Hotel Grand Lembang, Bandung, Jumat malam
(28/10/2016).

"Sekarang ini kami lihat kedepan bagaimana perkembangan otomotif di Indonesia juga harus
diikuti perkembangan yang lebih kuat dari pelakunya termasuk sumber daya manusianya,"
ungkapnya. Menurut Made, tidak hanya pengembangan SDM, tetapi juga perlu teknologi produk
yang harus dikembangkan.

"Indonesia mendirikan Institut Otomotif Indonesia (IOI). di Thailand itu sudah dari 1988
sedangkan Malaysia tahun 2010. ini bagiamana untuk mendukung kegiatan industrinya termasuk
bagiamana mendukung pemerintah," tambahnya. Dia menjelaskan, untuk Indonesia institur
tersebut baru berdiri pada 20 Mei tahun ini. Sementara dalam pengembangan industri otomotif
nasional akan terbagi dalam beberapa bagian, seperti mengembangkan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Selain itu, IOI juga akan mengajukan dokumentasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bidang
otomotif kepada Badan Nasional Sertifiasi Profesi (BNSP) pada 2017. "Kami temukan benang
merah, kalau mau mandiri di industri otomotif yaitu SDM nya harus kita pintarkan,
keterampilannya ditingkatkan, tidak hanya soal produksi, tapi teknik hingga desain," kata Made.
Dia menambahkan, kedepan IOI juga akan mengembangkan kendaraan pedesaan dengan
melakukan studi kelaikan, membuat prototipe hingga memproduksinya. Dia menerangkan,
pengembangan kendaraan pedesaan ini bisa menjadi cikal bakal kemajuan industri otomotif
nasional. "Nanti pada saatnya kami sampaikan. Tapi, kami serius menggarap ini," jelasnya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/10/30/053852026/perkuat.daya.saing.sdm.bidang.i
ndustri.harus.kuat
Diperlukan SDM Handal untuk Tingkatkan
Daya Saing Industri Nasional

Sabtu, 24 September 2016 | 06:00 WIB


Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menprin) Airlangga Hartarto menegaskan,


saat ini perguruan tinggi di Indonesia juga perlu mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
industri. Hal itu dilakukan, untuk meningkatkan daya saing industri nasional dalam menghadapi
era baru industri dunia. Menurutnya, penyiapan SDM industri yang terampil dengan kompetensi
bersaing menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh industri dalam negeri, tentunya dengan
dukungan dari pemerintah, dunia akademis dan pihak lainnya.

"Tantangan bagi perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk membekali para mahasiswa dengan
kemampuan penemuan ilmiah, pengembangan rekayasa, kewirausahaan, serta manajemen dan
bisnis agar selanjutnya dapat berkontribusi pada sektor industri, papar Menperin, Jumat
(23/9/2016) di Jakarta. Saat ini, sebanyak 15,3 juta orang bekerja di sektor industri manufaktur.
Namun, mayoritas masih memiliki kualifikasi pendidikan resmi yang masih rendah atau 95,1
persen berpendidikan SMU/SMK bahkan ada yang lebih rendah, paparnya.

Atas hal tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyusun kebijakan dan
program operasional terkait pengembangan SDM industri berbasis kompetensi. Kebijakan
tersebut, antara lain penyusunan dan penetapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia
(SKKNI) bidang industri, peningkatan kapasitas dan fasilitasi pembentukan Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bidang industri dan Asessor Profesi, serta
penyusunan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.

Kami juga menjalankan pelatihan industri berbasis kompetensi yang dikembangkan dengan
sistem three in one (3 in 1), yaitu pelatihan berbasis kompetensi, sertifikasi kompetensi, dan
penempatan kerja pada perusahaan industri, ujar Airlangga.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/24/060000226/diperlukan.sdm.handal.untuk.tin
gkatkan.daya.saing.industri.nasional
Dorong Kualitas SDM, Investasi Penelitian dan
Pengembangan Penting Dilaksanakan
Minggu, 30 Oktober 2016 | 06:30 WIB

Menteri PPN Bambang Brodjonegoro di acara World Islamic Economic Forum (WIEF) 2016 di Jakarta

KOMPAS.com - Pemerintah memiliki komitmen untuk mempercepat pertumbuhan dengan


investasi dalam pembangunan manusia (human development), terutama di bidang pendidikan dan
kesehatan. Hal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara
Regional UnConference yang diadakan oleh Alumni Eisenhower Fellowship, di Nusa Dua, Bali,
Sabtu (28/10/2016).

Alumni Eisenhower Fellow 2002 itu mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
akan terwujud melalui adopsi sains, teknologi, dan promosi inovasi. Menurut Bambang,
tantangan inovasi ini yakni investasi dalam penelitian dan pengembangan. Sayangnya, Indonesia
masih tertinggal, dalam investasi penelitian dan pengembangan, dengan kisaran 0,1 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB).

"Salah satu inovasi yang tengah didorong untuk diberlakukan di ASEAN adalah
menerapkan single visa untuk pengunjung di luar kawasan ASEAN untuk masuk ke negara-
negara di kawasan ASEAN, semacam visa Schengen yang diterapkan oleh Uni Eropa," kata
Bambang, melalui keterangan pers ke Kompas.com.

Inovasi ini penting karena sektor pariwisata merupakan sumber pertumbuhan ekonomi di
kawasan, dengan kontribusi terhadap PDB juga besar. Sektor pariwisata menjadi sumber penting
yang mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai