LENTERA QALBU EPISODE 25 / 11 NOVEMBER 2016 DURASI 30
TEMA : PEMIMPIN YANG AMANAH
Oleh : Ust. Drs. H. Syafii Salim Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari pemimpin itu paling tidak adalah kepala keluarga atau ibu rumah tangga. Selanjutnya lebih luas ketua RT/RW, lurah/kepala desa, dan seterusnya hingga kepala negara/presiden. Kita perlu menyadari bahwa tanggung jawab terhadap suatu tugas dan tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada kita tidak saja harus dapat dipertanggungjawabkan di dunia kepada sesama manusia, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak di Mahkamah Ilahi Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Sekilas Arti Pemimpin dan Amanah Istilah pemimpin berasal dari kata asing leader dan kepemimpinan leadership, pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. Pemimpin juga diartikan sebagai orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan leadership sedangkan pimpinan adalah mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam suatu birokrasi formal maupun informal. Dalam kontek hablun min allah, amanah yang dibebankan Allah kepada manusia adalah Tauhid artinya pengakuan bahwa hanya Allah yang harus disembah, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan manusia dan hanya Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup manusia, sehingga pelanggaran terhadap tauhid adalah syirik dan orang musyrik adalah orang khianat kepada Allah. Termasuk dalam kontek ini pula adalah mengimani seluruh aspek yang termuat dalam rukun iman dan melaksanakan ubudiyah yang termaktub dalam rukun islam. Intinya amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa. Ketiga : Tanggung jawab amanah sebagai pemimpin Dalam hal amanah jabatan, bukan sesuatu yang diminta-minta atau dengan mengemis-ngemis, atau menjilat, apalagi dikejar dengan segala cara tanpa mempedulikan prinsip-prinsip agama. Sebab jabatan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya Di sinilah letak mengapa Nabi saw bersumpah tidak akan memberikan suatu jabatan itu kepada siapa yang tidak berhak atasnya, meskipun jujur dan saleh serta memiliki kedekatan dengan beliau. Seseorang yang memegang suatu jabatan tidak sesuai dengan haknya, lebih-lebih yang diraih dengan cara meminta-minta, ambisius, dan mengandalkan kedekatan, akan menuai kenistaan dan penyesalan terutama di akhirat nanti. Pemimpin yang Amanah Semua orang menginginkan pemimpin yang baik, jujur dan memiliki tanggung jawab dalam istilah lain amanah, semua orang pasti bisa mengatakan baik ataupun amanah, namun apa dan bagaimana menentukan kriteria seorang pemimpin tersebut? Apakah karena dia memilki keturunan yang banyak? Apakah karena dia memilki harta yang banyak? Atau mungkin dia memiliki banyak pengikut? Atau mungkin dia hanya memilki kejujuran, kemauan untuk merubah sesuatu?. Kesimpulan 1. Setiap pemimpin dalam semua tingkatannya merupakan orang-orang pilihan karena kelebihannya yang mengemban amanah yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. 2. Pemimpin yang amanah pada dasarnya dalam pandangan Islam adalah menunaikan tanggung jawab tentang keimanan, keamanan, kedamaian dan kemajuan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya, dan menepati janji dan sumpahnya.