Anda di halaman 1dari 10

KEJANG DEMAM

Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium ( = di luar
rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi ( demam ).
Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah
infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang
demam. (Price S.A 2000).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam menurut Lumban Tobing
(2005) :
1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati
toksik sepintas.
Kejang Demam adalah keadaan yang paling dikawatirkan para orang tua saat anak
mengalami demam yang tinggi. Kejang karena demam terebut seringkali terjadi pada usia
anak tertentu. Kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2
5%.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal
lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala).
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang
dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang
ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada
awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan

1
memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan
kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal
kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi
selama lebih dari 15 menit.
Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang
berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam.
2. Complex febrile seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) :
kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan
atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
Riwayat demam yang sering
Kejang pertama adalah complex febrile seizure
Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor
riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi
(kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko
rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperature yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga
epilepsi. Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka
besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam. Risiko berulangnya kejang
demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor
risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko.
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan
infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang kadang
demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum
mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai

2
akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang
pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita
tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkin
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di
dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut
kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang
disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada
amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15
menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya
terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),
gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
Spesialis anak, Prof. Darto Saharso SpA (K) mengatakan. Kejang bisa terjadi pada
bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada bayi yang baru lahir, kejang bisa terjadi
karena cedera saat persalinan, kekurangan oksigen, dan bayi kuning. Sedang pada anak-anak,
kejang bisa terjadi karena infeksi otak, trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau
muntaber, epilepsi atau ayan serta febris konvulsi atau kejang demam. Beliau juga
menjelaskan dampak kejang bisa mengakibatkan cacat fisik, cacat mental, gangguan perilaku,
gangguan belajar, epilepsi, bahkan meninggal. Beberapa penyakit yang bisa timbul akibat
kejang adalah cerebral palsy atau lumpuh otak, development delay (lambat pertumbuhan)
yang meliputi motoric delay (lambat motorik atau gerak), speech delay (lamban bicara) dan
cognitive delay (lamban kognitif), terjadi kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku hingga
keterlambatan mental.
Pada demam, kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi

3
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh
karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan
dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik.
dengan bantuan neurotransmitter, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat
menimbulkan kejang. (Ngastiyah,2005)

Gejala dan tanda


Dari anamnesis ditanyakan:
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam
keluarga
(kakak-adik, orangtua).
Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lain.

Dari pemeriksaan fisik dan neurologis


Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial,
dan tanda infeksi di luar SSP. Pada umumnya tidak dijumpai adanya kelainan neurologis,
termasuk tidak ada kelumpuhan nervi kranialis.

Diagnosa
Kriteria diagnosis kejang demam:
Kejang didahului oleh demam.
Pasca-kejang anak sadar kecuali kejang lebih dari 15 menit.
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,
atau keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan : Pemeriksaan darah perifer, elektrolit
dan gula darah

Pungsi lumbal

4
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis, dianjurkan pada:
Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi >18 bulan tidak rutin

Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan Pencitraan Foto X-ray kepala
dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema

Kemungkinan berulangnya kejang demam


Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang
demam adalah:
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam

Penatalaksanaan saat kejang:


- Beri Diazepam iv pelan-pelan dengan dosis 0,3-0,5 mg/menit dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20mg. Obat yang praktis
diberikan yaitu diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg. Atau:
diazepam rektal 5mg untuk anak dengan BB kurang dari 10kg;
diazepam rektal 10mg untuk BB lebih dari 10kg;
diazepam rektal 5mg untuk anak dibawah 3 tahun;
diazepam rektal 7,5mg untuk anak diatas 3 tahun
- Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulangi dengan cara
dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam

5
rektal masih kejang, dianjurkan ke RS, agar dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kg.
- Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara iv dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50mg/menit. Bila kejang
berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari,dimulai 12 jam setelah dosis awal.
- Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.

Antipiretik
Kejang demam terjadi akibat demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah
demam meningkat. Berikan asetaminofen 1015 mg/kg/hari setiap 46 jam atau ibuprofen 5
10 mg/kg/hari tiap 46 jam.

Anti kejang
Berikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5
mg/kg/kali setiap 12 jam bila demam di atas 38C.

Edukasi pada orang tua


Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi
dengan cara diantaranya:
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.

Pencegahan dan pendidikan


1. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
2. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
3. Usia kurang dari 18 bulan.
4. Tingginya suhu saat kejang.
5. Lamanya demam.
6. Riwayat epilepsi dalam keluarga.

6
Faktor risiko kemungkinan menjadi epilepsi adalah:
Gangguan neurodevelopmental.
Kejang demam kompleks.
Riwayat epilepsi dalam keluarga.
Lamanya demam.
Adanya lebih dari 1 gejala kejang demam kompleks.

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksana Medis
Menurut Livingston (2001) penatalaksanaan medis ada:
a) Menghentikan kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan rumah profilaksis intermitten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d) Monitor suhu tubuh,
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan
menurunkan suhu 1 sampai 1,5 C.
f) Berikan Kompres Hangat
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap atau lap khusus

7
badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30C) kemudian dilapkan seluruh badan.
Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak
jangan dibungkus dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena
penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi.
Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu
sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi
terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk
makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI atau atau susu formula) dan air harus tetap
diberikan atau bahkan lebih
sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak
mengandung air.
h) Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong
anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat
atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas
lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.(Nita,2004)

PENANGANAN DAN TINDAKAN YNG HARUS DILAKUKAN


Saat anak mengalami Kejang Demam, hal hal penting yang harus kita lakukan antara lain :
Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.
Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras
atau tajam
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat
mengalir keluar dari mulut
Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya
sendiri.
Segera datangi rumah sakit atau dokter, terutama bila kejang terjadi saat pertama
kali

8
DAFTAR PUSTAKA
Acute Management of Infants and Children with Seizures. December
2004. www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf

Anies.2001.Kejang Demam pada Anak.http.wikipedia.co.id 10-03-2010

Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 2 No.3, September 2009: 143-146
Hasan.2005.Askep pada Anak kejangdemamhttp.wikipedia. co. id 10-03-2010

Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures. Practice


Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures.
Pediatrics 1999;103:1307-1309Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the
Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86

Depkes RI. 2000. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat pendidikan Tenaga
Kesehatan.

Lumbantobing,SM.2003.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI


Sacharin, M Rossa. 2001. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Moyer VA. Evidence based management of seizures associated with fever. BMJ
2001;323:1111

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC Hidayat, aziz alimun. 2006.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures.


Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple
febrile seizure. AAP Policy 1996; 97:769-
775 http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Suriadi, dkk 2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

9
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai