Di sini kita melihat investor melakukan open position dengan membeli 1 lot GBP
(USD 10,000) dimana harga GBP adalah USD 1,8850. Dengan demikian, dana
yang dibutuhkan adalah USD 18,850, atau investor harus menyetor dana
sebesar itu sebagai modal transaksi 1 lot GBP. Tapi, karena perdagangan
dilakukan dengan sistem margin, dan margin yang ditetapkan adalah 1% dari
nilai kontrak, maka investor cukup menyetor modal USD 100 (1% x USD 10,000).
Lalu dari mana dana yang USD 9,900? Karena dalam future trading tidak ada
penyerahan maka tidak diperlukan kekurangan dana tersebut. Jadi untuk
membeli GBP senilai USD 10,000 itu, investor cukup menyediakan dana USD
100. Sedang dalam perdagangan saham, untuk bisa bertransaksi saham senilai
USD 100,000, investor harus menyetor margin USD 50,000. Kekurangannya USD
50,000 akan dipinjam dari perusahaan pialang saham.
Jenis-Jenis Margin
Meskipun dikatakan margin merupakan dana yang harus disetor oleh investor,
namun jumlah setoran tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis margin. Kalau
begitu, ada banyak jenis margin? Memang demikianlah adanya. Berikut akan
dibahas satu per satu jenis-jenis margin tersebut.
Variation margin. Dalam bahasa Indonesia istilah yang digunakan adalah margin
sela, yaitu merupakan tambahan margin yang disetor karena besaran margin
selanjutnya telah berada dibawah besaran margin awal, sebagai akibat
pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula.
Margin Call. Jenis margin ini mirip dengan margin sela, yaitu Jumlah dana yang
harus disetor kembali oleh investor. Hanya saja, dalam margin call setoran dana
harus dilakukan jika dana yang outstanding sudah berada di bawah maintenance
margin, bukan initial margin. Jika investor mendapat margin call berarti investor
harus menambah dananya sampai ke level initial margin, kalau tidak dilakukan,
posisinya akan ditutup oleh perusahaan pialang.
Untuk menjelaskan perhitungan itu, baiklah kita lanjutkan saja contoh yang
sudah kita miliki itu dengan menambah data berikut:
1. Sehari kemudian GBP meningkat harganya menjadi USD 1.8950 dan investor
menjual (berarti overnight/menginap)
2. Perusahaan pialang berjangka mengenakan fee USD5 per lot, untuk transaksi
open buy saja
3. Bunga untuk GBP dengan posisi open buy adalah Rp. 5.612 per hari
Apa yang terjadi? Kini aset investor menjadi USD 18,950 (USD 10,000 x USD
1.8950). Namun, transaksi dengan margin trading menghasilkan keuntungan dan
kerugian yang berbeda dengan transaksi cash trading. Pada transaksi margin
trading keuntungan bersih yang diterima investor adalah USD 89,44, Sedang
dengan sistem cash trading USD 100. Mana yang harus dipilih. Transaksi margin
atau transaksi cash?
Dalam teori keuangan terdapat indikator penting yang disebut rate of return on
equity (ROE), yaitu seberapa besar pengembalian yang didapat dengan
penanaman modal tertentu, yang dirumuskan sebagai keuntungan bersih dibagi
modal. Dalam contoh kita, dengan margin trading investor akan mendapatkan
ROE 94,44%, sedang dengan cash trading hanya mendapat ROE 0.53%. Jadi ROE
margin trading lebih besar dari ROE cash trading, dengan demikian sangat
menguntungkan kalau investor memilih transaksi dengan margin trading.
Apa yang terjadi, seandainya temyata nilai tukar GBP tidak menguat terhadap
USD, sebaliknya malah melemah? Apakah masih menguntungkan melakukan
transaksi dengan sistem margin trading? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita
lanjutkan lagi contoh kita di atas.
Misalnya, setelah posisi beli diambil temyata GBP turun menjadi USD 1.8800.
Dan setelah ditunggu satu hari (overnight), temyata GBP tetap saja di posisi itu.
Dengan demikian kini aset investor tinggal USD 18,800. Bagaimana, dengan
modal investor? Karena asetnya sudah menurun sebesar USD 50, maka modal
investor tinggal USD 50 (USD 100 - USD 50). Bila seluruh biaya, fee dan bunga
diperhitungkan, maka modal investor tinggal USD 44.44.
Apa yang terjadi dengan keadaan demikian? Bila investor ingin mempertahankan
portfolionya, berarti investor harus menyetor modal lagi kepada perusahaan
pialang berjangka, sebab perusahaan pialang berjangka memberikan fasilitas
initial margin 1 % dari kontrak. Dengan demikian, dengan total nilai kontrak 1 lot
(USD 10,000), maka modal investor harus USD 100. Karena modal yang tersisa
tinggal USD 44,44, maka investor harus menyetor USD 55,56 (USD 100 - USD
44,44).
Kapan investor harus menyetor tambahan modal itu? Tergantung peraturan yang
ada, dan juga ketentuan masing-masing perusahaan pialang berjangka. Ada
perusahaan pialang berjangka yang mengirim tagihan tambahan modal (ini yang
dimaksud ,margin call) setelah modal di bawah 30% dari initial margin. Ada pula
perusahaan pialang yang baru mengirim tagihan tambahan modal setelah modal
di bawah 25% dari initial margin. Dalam contoh kita, modal investor tinggal
44.44% (USD 44.44/USD 100 x 100%) dari initial margin untuk transaksi 1 lot.
Jadi ada kemungkinan akan menerima surat tagihan tambahan modal atau
terkena margin call, jika ketentuan perusahaan pialang tempatnya berinvestasi
menetapkan margin call 50% dari nilai initial margin. Tapi jika margin call
ditetapkan 30%, investor masih bisa mempertahankan posisinya, meskipun
harus membayar bunga overnight. Namun, bila investor tidak bersedia lagi
mempertahankan posisinya, dengan sendirinya perusahaan pialang berjangka
akan melikuidasi posisi beli tersebut, yaitu menjual GBP milik investor.
Keputusan apa yang harus diambil investor? Memang tidak ada yang
merencanakan investasi untuk mendapat kerugian, tetapi bila ini terjadi temyata
yang melakukan transaksi dengan cash trading menderita kerugian lebih kecil,
yaitu 0.27% dibanding yang melalui transaksi dengan margin trading, yang
menderita kerugian 55.56%.
Jadi bila kondisi mata uang yang kita beli cenderung melemah, akan lebih aman
melakukan transaksi dengan cash trading. Tapi ini tetap rugi. Jika tetap ingin
mendapatkan keuntungan harus melakukan strategi short selling, mengambil
posisi jual lebih dulu baru melikuidasinya dengan posisi beli.
Dalam kasus posisi GBP menguat menjadi USD 1,8950, apa yang harus dilakukan
investor? Melikuidasi? Menahan? Atau adakah keputusan lain? Dalam posisi
demikian sebenarnya ada tiga strategi yang bisa diambil, yaitu :
Bila keputusan kedua yang diambil investor, berarti dia cukup puas dengan
keuntungan USD 95 (tanpa menginap). Dengan keputusan ini investor menikmati
ROE 95%. Keputusan ini cukup menguntungkan bila investor mempunyai cukup
informasi bahwa GBP sulit untuk menguat lagi.
Untuk memperjelas strategi ini, baiklah kita lanjutkan saja kasus yang dihadapi
investor kita. Pada strategi ini berarti investor akan terus menginvestasikan
keuntungannya. Pada saat awalnya, misalnya pada pukul 10.00 pagi, investor
membeli 1 lot (USD 10,000) GBP, dengan harga USD 1,8850. Dengan demikian
total aset investor adalah USD 18,850. Dengan margin trading 1%, berarti modal
yang dibutuhkan USD 100.
Selanjutnya, pada pukul 13.00, harga GBP naik menjadi USD 1.8950. Pada posisi
ini investor mengambil strategi menginvestasikan kembali keuntungannya, yaitu
USD 95 (melikuidasi dengan menjual GBP, kemudian membeli kembali pada
harga baru). Untuk memudahkan, hasil perdagangan ini kita sebut saja trade I.
Laba dari trade I inilah yang digunakan untuk membeli GBP, yang sekarang
harganya sudah USD 1,8950. Jadi investor menambah kepemilikan GBP sejumlah
1 lot lagi, menjadi 2 lot. Dengan demikian, total aset yang dimiliki investor
sekarang adalah USD 37,900 (USD 20,000 x USD 1,8950).
Berikutnya, misalnya, pada pukul 15.00, kurs GBP meningkat lagi menjadi USD
1,9000. Apa yang terjadi jika investor tetap mempertahankan strategi
menginvestasikan kembali keuntungannya?
Kali ini, dengan naiknya GBP sebesar USD 0.005 total aset meningkat menjadi
USD 38,000. Jika investor melakukan likuidasi pada trade II ini keuntungan yang
diterima investor adalah USD 100 (USD 38,000 - USD 37,900). Keuntungan pada
trade II dinvestasikan kembali untuk membeli 1 lot GBP dengan harga USD
1.9000. Dengan demikian aset investor kini menjadi 3 lot (USD 30,000) dengan
nilai USD 57,000 (USD 30,000 x 1.9000).
Misalnya, setelah ditunggu sampai penutupan pasar, kurs GBP tidak naik. Tapi
investor tetap menahan posisinya, sehingga harus menginap (overnight) dan
dikenakan bunga 0.56%. Tapi pada pukul ll.00 hari berikutnya, investor
mendapati kurs GBP naik menjadi USD 1,9050. Karena sudah mendapati GBP
naik terus-menerus, investor kita berpendapat GBP akan segera melemah, dan
menurut hasil analisisnya memang menunjukkan demikian. Untuk
mengantisipasi kondisi itu, investor melikuidasi posisinya dengan menjual
seluruh 3 lot GBP pada trade III. Trade III ini memberi keuntungan USD150.
Short Selling
Salah satu kelebihan investasi perdagangan forex adalah adanya leverage atau
two way opportunity, yaitu kesempatan mencetak keuntungan baik dalam
kondisi harga sedang naik maupun sedang menurun. Dalam kondisi harga
sedang naik, strategi yang digunakan adalah perdagangan konvensional, yaitu
membeli dahulu dengan harga murah baru kemudian menjualnya. Inilah yang
dilakukan pada transaksi sektor riil. Dalam perdagangan forex, jika kondisi harga
sedang menurun, investor bisa melakukan strategi short selling, yaitu melakukan
penjualan lebih dulu -dengan harga yang masih tinggi baru membeli ketika harga
sudah murah / menurun. Pada investasi forex, short selling menjadi pengetahuan
wajib dan pekerjaahui seluk beluk short selling ini.
Apa dan bagaimana perdagangan forex dengan short selling itu? Pada
prinsipnya, short selling adalah melakukan penjualan suatu barang atau jasa
yang tidak dimiliki oleh penjual. Mengapa bisa terjadi, seseorang yang tidak
memiliki suatu barang atau jasa untuk dijual dapat melakukan penjualan?
Bagaimana seandainya pembeli menuntut penjual untuk segera menyerahkan
barang atau jasanya? Di sinilah perbedaan berinvestasi di sektor riil dengan
berinvestaii di perdagangan forex.
Di pasar barang misalnya sektor riil, pedagang kambing, tidak mungkin bisa
menjual kambing yang tidak dimilikinya kepada pembeli. Alasannya? Pertama,
tentu pembeli ingin melihat dulu wujud kambing yang akan dibelinya, apakah
gemuk, sehat, kurus atau bagaimana? Kedua, kalaupun penjual berhasil
mendapatkan kambing yang akan dijualnya, dia harus membelinya terlebih
dahulu. Ketiga, di pasar barang perdagangan terjadi secara spot atau tunai,
artinya pembayaran dilakukan begitu terjadi transaksi.
Sedang di pasar forex, penjual dan pembeli tidak bisa langsung saling bertemu
dan menyaksikan barang yang akan diperdagangkan. Untuk mempermudah
pemahaman mengenai mekanisme short selling barangkali lebih baik
diilustrasikan dengan contoh.
Misalnya ada tiga investor, sebut saja A, B dan C. Sedang mata uang yang
dijadikan ajang short selling adalah GBP. Misalnya A bertindak sebagai pelaku
short selling, dengan menjual GBP kepada C. Mengapa A berani melakukan
tindakan itu?
Pertama, perdagangan forex terjadi secara future, artinya penyerahan dilakukan
kemudian malah dalam praktik commodity future trading/bursa komoditi
berjangka penyerahan ini tidak pernah ada-sehingga A tidak harus segera
menyerahkan GBP kepada C.
Kedua, A berkeyakinan bahwa harga GBP akan menurun di waktu kemudian
(setelah A menjual GBP kepada C). Informasi penurunan harga GBP di waktu
kemudian itu merupakan kunci sukses short-selling.
Kita lanjutkan contoh diatas, katakan A melakukan short selling dengan menjual
1 lot (USD 10,000) GBP dengan kurs USD 1.8850 pada pukul 11.00. A berani
menjual GBP dengan harga 1,8850, karena dari analisis tehnikal A mendapatkan
hasil GBP akan melemah terhadap dollar AS menjadi USD 1,8700 pada pukul
15.00 (setelah penjualan terjadi). Jika C bersedia membeli 1 lot GBP yang di jual
A, maka kelak C akan menyerahkan uang sejumlah USD 1.8850 kepada A.
Apa yang terjadi selanjutnya? Misalnya, analisis yang dilakukan A tepat, pada
pukul 15.00 kurs GBP menunjuk angka USD 1,8700 Dengan segera A melakukan
order beli. Kebetulan B bersedia menjual 1lot GBP kepada A pada kurs USD
1,8700. Jadi kelak A harus menyerahkan uang kepada B sejumlah USD 187,000.
Dengan strategi short selling yang dilakukan A itu, dihasilkan keuntungan USD
1,500. .
Apakah short selling selalu menguntungkan? Tentu saja tidak. Bagaimana ini bisa
terjadi? lni terjadi jika : Pertama, Analisis A salah, misalnya perhitungan analisis
teknikal yang dilakukan A tidak akurat sehingga keputusan short selling yang
diambil A tidak tepat. Katakan pada pukul 15.00 dan sesudahnya ternyata kurs
GBP justru menguat menjadi USD 1,8950. Dengan demikian, ketika A harus
menunaikan kewajibannya meyerahkan 1 lot GBP kepada C, A harus membeli
GBP pada harga USD 1,8950. Kalau kebetulan,B bersedia menjual 1 lot GBP pada
harga USD 1,8950, maka kelak A harus menyerahkan uang sejumlah USD
189,500 kepada B.
Kedua, kerugian bisa terjadi kalau A tidak berhasil mendapatkan 1 lot GBP.
Artinya, tidak ada satupun investor yang bersedia mejual GBP, dengan berbagai
alasan. Dalam perdagangan forex keadaan itu tidak akan pernah terjadi, sebab
semua transaksi dijamin penyerahannya oleh KBI.
Dari pengalaman A itu, ada pelajaran berharga yang bisa dijadikan referensi bagi
investor, di antaranya :
1. Short selling merupakan tindakan spekulasi, sehingga tidak semua investor
sanggup melakukannya. Short selling cocok bagi investor yang mengharapkan
pendapatan dalam jangka pendek, dan memiliki sikap berani mengambil risiko.
2. Faktor informasi dan ketepatan analisis memegang peranan penting dalam
mendukung ketepatan pengambilan keputusan. lnformasi yang akurat dan
analisis yang tajam menjamin ketepatan perkiraan, sehingga memungkinkan
investor bisa mendapat keuntungan. SebaIiknya, bila informasi tidak akurat,
demikian pula dengan analisis yang tidak mendalam, akan menyebabkan
perkiraan tidak tepat, sehingga investor berpotensi menderita kerugian.
3. Dalam praktik perdagangan forex di BBJ, pihak-pihak yang terlibat dalam short
selling yakni investor A, B dan C, tidak pernah saling kenal, apalagi bertemu. Dan
gagal serah maupun gagal bayar tidak akan pernah terjadi. Sebab semua
transaksi dijamin keberhasilannya oleh KBI. Jadi tidak perlu khawatir melakukan
short selling dalam investasi forex.
Dasar Hukum Perdagangan Forex
Dengan jaminan pasal 51 UU No. 32 Tahun 1997 ini, investor tidak perlu khawatir
dana yang disetornya ke perusahaan pialang akan disalahgunakan. Meski
demikian, bukan berarti investor boleh memilih sembarang pialang, harus
dicermati juga kapabilitas dan kredibilitasnya.
Seperti telah disebut sebelumnya, dalam perdagangan forex ada dua sistem,
yaitu sistem fisik dan sistem margin. Dalam contoh perdagangan forex yang
menggunakan sistem margin, kita bisa mengetahui dengan setoran modal yang
relatif kecil, investor dapat melakukan transaksi dengan kontrak yang besarnya
beberapa kali lipat dari nilai dana yang diinvestasikan.
Perdagangan forex sistem margin ini memakai harga spot, dimana para peserta
pasar memiliki keleluasaan untuk mengambil posisi tertentu, untuk membeli
atau menjual suatu mata uang tertentu dan melikuidasi posisinya (menjual) pada
batas jatuh tempo tertentu. Namun, sekalipun memakai harga spot, tetapi
karena jenis investasi ini memungut margin nasabah, maka perdagangan forex
dengan sistem margin masuk dalam wilayah UU No. 32 Tahun 1997.
Badan Pengawas
Bursa Berjangka
Lembaga kliring perjangka atau biasa disebut lembaga kliring adalah lembaga
pelengkap dari bursa berjangka yang harus ada dalam sistem perdagangan
berjangka. Berdasarkan UU No. 32/1997, lembaga kliring terpisah dari bursa
berjangka dan merupakan institusi tersendiri.
Untuk itu lembaga kliring wajib memiliki kemampuan keuangan yang kuat.
Selanjutnya untuk menjamin terlaksananya kegiatan menjaminan dan
penyelesaian transaksi secara lancar dan baik, lembaga kliring diberi wewenang
membuat peraturan tata tertib sendiri, termasuk pelaporan, pemantauan dan
pemeriksaan terhadap anggotanya.
Pialang Berjangka
Pialang berjangka merupakan unsur utama dan berada di garis terdepan dalam
kegiatan perdagangan berjangka. Kegiatan utamanya adalah sebagai perantara
bahasa sehari-harinya disebut makelar antara investor jual dan investor beli
yang melakukan transaksi di perdagangan berjangka. Tindakan pialang
berjangka ini untuk dan atas perintah/amanat dari pihak investor.
Jadi jelasnya, jika kita ingin membeli atau menjual forex di BBJ, kita tidak boleh
langsung ke BBJ, melainkan harus meminta jasa pialang berjangka. Untuk
perdagangan forex yang menganut sistem margin, pialang berjangka berhak
menarik margin (uang jaminan) atas setiap transaksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Pialang berjangka harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT). Selain itu
supaya legal, pialang berjangka harus mejadi anggota bursa dan mendapatkan
izin usaha terlebih dahulu dari Bapebti sebelum beroperasi. Untuk melindungi
investor, pialang berjangka diwajibkan memiliki pedoman perilaku sebagaimana
yang tertulis didalam pasal 49 s/d 56 dari UU No.32/1997.
Persiapan Investasi
Kini tibalah saatnya kita membahas bagian terpenting dari buku ini, yaitu
bagaimana melakukan investasi di forex margin on-line trading. Menu ini
disajikan agar kita bisa melakukan investasi dengan benar dan bila harus
menghadapi risiko kerugian, itu bukan disebabkan oleh ketidakmengertian kita,
melainkan kondisi ekternal yang memang diluar kontrol kita.
Lalu bagaimana caranya memilih pialang berjangka yang begitu banyak itu?
Yang pertama dan utama tentu tergantung bagaimana kita menyikapinya
dengan baik. Namun, ada prinsip yang baik untuk dipegang dalam memilih
pialang berjangka, terutama untuk penilaian awal, yaitu makin murah fee yang
ditawarkan perusahaan pialang biasanya pelayanan yang diberikan tidak
lengkap, sebaliknya perusahaan pialang berjangka mengenakan fee yang mahal,
biasanya memberikan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik.
Di samping prinsip dasar tersebut, ada beberapa kriteria lain yang harus dilihat
untuk disikapi dalam menilai baik tidaknya sebuah perusahaan pialang berjangka
di antaranya:
a. Legalitas : Ini adalah faktor utama untuk disikapi dalam memilih perusahaan
pialang. Perusahaan pialang berjangka yang baik itu bukan dilihat dari besar dan
mewahnya kantor perusahaan itu. Tetapi dilihat dari perizinan atas
keterlibatannya di dalam kegiatan pialang yang diterbitkan oleh Bappebti, dan
sekaligus sebagai anggota BBJ serta KBI. Dengan legalitas ini dana nasabah
dilindungi oleh lembaga tersebut. Sehingga, jika terjadi kesalahan yang
merugikan, investor bisa mengadukan masalah tersebut kepada lembaga-
lembaga yang terkait.
b. Domisili : Alamat perusahaan pialang jelas, dan terdaftar di BAPPEBTI. Kalau
bisa kita mendapatkan informasi, bahwa alamat perusahaan tersebut tidak
sering berpindah-pindah.
c. Transparan : Perusahaan pialang yang baik adalah dapat dipercaya dan jujur
dalam mengemban amanat investor, terutama menyangkut penempatan,
pengelolaan dan penggunaan dana nasabah dalam suatu rekening terpisah
(segregated account). Ini memang agak sulit dideteksi secara dini, kita
memerlukan waktu dan pengalaman berhubungan dengan perusahaan pialang
untuk mengetahui tingkat transparansi ini.
d. Komplain : Di perusahaan pialang berjangka yang besar biasanya dilengkapi
divisi komplain. Divisi ini melayani semua permasalahan-permasalahan yang
berkenaan dengan nasabah. Apabila terjadi kesalahan-kesalahan menyangkut
pengelolaan dana kita dapat menanyakan langsung kepada divisi ini.
2. Menentukan Margin
Seperti telah dijelaskan pada bab mengenai initial margin, bahwa besarnya initial
margin pada perdagangan forex adalah 1% dari nilai kontrak, yaitu USD 1,000
untuk nilai kontrak USD 100,000 dan USD 100 untuk nilai kontrak USD 10,000.
Jika dirupiahkan tinggal mengalikan kurs yang berlaku. Masing-masing
perusahaan pialang berjangka mempunyai kebijaksanaan sendiri dalam
menentukan kurs rupiah.
Ada yang menentukan rate nilai tukar (kurs) mata uang rupiah sebagai sarana
transaksi secara tetap (fixed rate) dan ada juga yang mengikuti kurs pasar
(floating rate). Sebagai contoh, jika perusahaan menggunakan kurs tetap berarti
kita akan mendapatkan kurs yang sama atas rupiah kita saat kita mendeposit
modal dengan saat mencairkannya.
Kuncinya, apakah initial margin dan kurs yang ditetapkan tersebut sesuai dengan
kemampuan kita untuk memulai investasi. Prinsipnya, semakin banyak nilai
investasi (semakin tinggi initial margin) semakin tinggi juga tingkat risiko yang
akan dihadapi. Untuk itu kita harus pintar-pintar memillh perusahaan pialang
berjangka yang akan kita gunakan untuk memfasilitasi investasi kita.
3. Memahami Agreement
Untuk menggunakan perusahaan pialang berjangka lazimnya dimulai dengan
suatu kesepakatan atau perjanjian yang disebut juga dengan agreement. Dalam
menyikapi kesepakatan itu kita harus membaca dan mengerti betul apa yang
menjadi hak dan kewajiban kita sebagai nasabah. Resiko-resiko apa saja yang
akan kita hadapi dikemudian hari? Apabila ada yang belum dipahami sebaiknya
ditanyakan dulu kepada pihak yang berkompeten. Sehingga kita betul-betul
mengerti, supaya tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. Apabila kita
sudah menanda tangani agreement tersebut berarti kita dianggap telah
memahami pasal demi pasal dari agreement tersebut.