Anda di halaman 1dari 5

Minimasi Limbah

Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah,


PENGELOLAAN SAMPAH khususnya limbah padat, ada 2 (dua) pendekatan
yang dpt dilakukan untuk mengendalikan akibat
adanya limbah, yaitu:
a. Pendekatan proaktif: upaya agar dlm proses
penggunaan bahan akan dihasilkan limbah yg
seminimal mungkin, dgn tingkat bahaya yg
Universitas Wiralodra, Indramayu serendah mungkin.
b. Pendekatan reaktif: penanganan limbah yg
dilakukan setelah limbah tsb terbentuk.

Pendekatan Proaktif Pendekatan Reaktif


Dikenal sbg proses bersih atau teknologi bersih yang bersasaran Konsep yg dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep
pada pengendalian/ atau reduksi terjadinya limbah melalui dengan upaya pengendalian yg dilakukan setelah limbah
penggunaan teknologi yg lebih bersih dan yg ramah lingkungan.
Konsep ini secara sederhana meliputi:
terbentuk, dikenal sbg pendekatan end-of-pipe.
Pengaturan yg lebih baik dlm manajemen penggunaan bahan dan enersi Konsep ini mengandalkan pd teknologi pengolahan dan
serta limbahnya. pengurugan limbah, agar emisi dan residu yg dihasilkan
Melalui good house keeping. aman dilepas kembali ke lingkungan.
Penghematan bahan baku, fluida dan enersi yg digunakan.
Pemakaian kembali bahan baku tercecer yg masih bisa dimanfaatkan.
Konsep pengendalian limbah secara reaktif tsb
Penggantian bahan baku, fluida dan enesi kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan
Pemodifikasian proses bahkan kalau perlu penggantian proses dan kembali residu/ limbah secara langsung (reuse),
teknologi yg digunakan agar emisi atau limbah yg dihasilkan seminimal dan/atau melalui sebuah proses terlebih dahulu
mungkin dan dgn tingkat bahaya yg serendah mungkin.
sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle) terhadap
Pemisahan limbah yg terbentuk berdasarkan jenisnya agar lebih mudah
penanganannya. limbah tsb.

Konsep hierarki urutan prioritas


penanganan limbah secara umum
melalui Pendekatan Proaktif
Langkah 1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yg dihasilkan
sesedikit mungkin
Langkah 2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan
memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yg tersisa atau tidak dpt
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dpt
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi
Langkah 4 Treatment (olah): residu yg dihasilkan atau yg tidak dpt dimanfaatkan
kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar dpt
secara aman dilepas ke lingkungan
Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah yg tidak dpt diolah perlu dilepas ke
lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yg baik dan aman seperti
menyingkirkan pd sebuah lahan-urug (landfill) yg dirancang dan disiapkan
secara baik.
Langkah 6 Remediasi: media lingkungan (khusunya media air dan tanah) yg
sudah tercemar akibat limbah yg tidak terkelola secara baik, perlu
direhabilitasi atau diperbaiki melalui upaya rekayasa yg sesuai, seperti
bioremediasi dan sebagainya.
Konsep Sound Material-cycle society

1
Konsep Pengurangan dlm Pengelolaan Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah
Sampah menurut UU-
UU-18/2008 yg akan terbentuk dpt dilakukan melalui:
Terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
a. Pengurangan sampah (waste minimization), terdiri dari a. Efisiensi Penggunaan SDA
pembatasan terjadinya sampah (R1), guna-ulang (R2) dan daur-ulang b. Rancangan produk yg mengarah pd penggunaan
(R3)
bahan atau proses yg lebih sedikit menghasilkan
b. Penanganan sampah (waste handling), terdiri dari:
sampah, dan sampahnya mudah untuk diguna-
Pemilahan: dlm bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dgn jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. ulang dan didaur-ulang
Pengumpulan: dlm bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dr c. Menggunakan bahan yg berasal dari hasil daur-
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
ulang limbah
Pengangkutan: dlm bentuk membawa sampah dr sumber dan/atau dari d. Mengurangi penggunaan bahan berbahaya
tempat penampungan sampah sementara atau dr tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
e. Menggunakan eco-labeling
Pengolahan: dlm bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah.
Pemrosesan akhir sampah: dlm bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Beberapa hal yang diatur dlm UU-


UU-18/2008
Reuse dan Recycle terkait dgn upaya minimasi (pembatasan)
timbulan sampah
Konsep guna-ulang (reuse) mengandung pengertian a. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan:
menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dlm jangka waktu
bukan saja mengupayakan penggunaan residu/ sampah tertentu
terbentuk secara langsung, tetapi jg upaya yg sebetulnya memfasilitasi penerapan teknologi yg ramah lingkungan
biasa diterapkan sehari-hari di Indonesia, yaitu memfasilitasi penerapan label produk yg ramah lingkungan
memperbaiki barang yg rusak agar dpt dimanfaatkan memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang
kembali. memfasilitasi pemasaran produk2 daur ulang.
b. Pelaku usaha dlm melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yg
Konsep daur-ulang (recycle) mengandung pengertian menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dpt diguna ulang, dpt didaur ulang,
pemanfaatan semaksimal mungkin residu melalui proses, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
baik sbg bahan baku untuk produk sejenis seperti c. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yg
dpt diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam
asalnya/ sbg bahan baku untuk produk yg berbeda/ d. Pemerintah memberikan:
memanfaatkan enersi yg dihasilkan dari proses recycling insentif kepada setiap orang yg melakukan pengurangan sampah
tsb disinsentif kepada setiap orang yg tidak melakukan pengurangan sampah
Ketentuan tsb di atas masih perlu diatur lebih lanjut dlm bentuk Peraturan Pemerintah
agar dpt dilaksanakan secara baik dan tepat sasaran.

Pembatasan (Reduce) Terdapat berbagai tingkat fungsi pengemasan, yaitu :


1. Produk yg tanpa pengemas sama sekali
Timbulan Sampah 2. Pengemas level-1 (primary packaging): pengemas yg
Di Eropa dan USA, sekitar 30 % sampah kota kontak langsung dgn produk
merupakan bahan pengemas (packaging). 3. Pengemas level-2 (secondary packaging): pengemas
Di estimasi pula bahwa 1/3 dari seluruh produk plastik suplementar dari primary packaging
adalah untuk penggunaan jangka pendek, yaitu sbg 4. Pengemas level-3 (tertiary packaging): pengemas yg
pengemas produk. Pengemas untuk mknn merupakan dibutuhkan untuk pengiriman.
residu yg paling banyak dijumpai di tingkat
konsumen. Tidak semua pengemas otomatis akan menghasilkan
Beberapa negara industri telah menerapkan program limbah yang harus ditangani, karena beberapa di
kemasan yg ramah lingkungan, yg mensyaratkan antaranya berupa kemasan yg dapat dipakai
penggunaan kemasan yang kandungan terdaur- berulang-ulang, seperti botol minuman.
ulangnya maksimum, tidak mengandung bahan
berbahaya, serta volume/massanya yg sesedikit
mungkin.

2
Seni Furoshiki dalam Pembatasan
Sampah melalui 3R di Jepang
Di Jepang, terdapat seni membuat kantong dari kain biasa
untuk membawa barang keperluan sehari-hari termasuk
barang yg dibeli dari toko/pasar, yaitu Furoshiki.
Kain tsb sebelum digunakan, biasanya dilipat secara
rapi, dan disimpan dalam tas tangan yg digunakan
sehari-hari.
Jepang termasuk negara dengan kebijakan.
Pemerintahnya yg sangat mendorong upaya 3R,
termasuk upaya pembatasan limbah, bukan saja
terhadap penghasil sampah rumah tangga, juga
terhadap kegiatan industri dan pengusaha lainnya.

Extended Producer Kaitan 3R dengan Extended


Responsibility (EPR) Producer Responsibility (EPR)
Strategi yg dirancang dgn menginternalkan biaya lingkungan kdlm
biaya produksi sebuah produk, tdk terbatas pd produk
utamanya, tetapi termasuk pula pengemas dr produk utama
tsb.
Dgn demikian biaya lingkungan, seperti biaya penangan residu/ limbah yg
muncul akibat penggunaan produk tsb menjadi bagian dari komponen
harga produk yg dipasarkan tsb.
Langkah EPR yg diterapkan di Jepang, melalui beberapa langkah:
Langkah 1: penghematan bahan baku di proses produksi.
Langkah 2: memproduksi barang yg berumur panjang, mendorong reparasi
pada barang yg rusak, termasuk servis bergaransi.
Langkah 3: menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas,
menggunakan bahan baku/menghasilkan produk yg berasal dari hasil daur-
ulang serta mengupayakan penggunaan dan pengembangan teknologi
daur-ulang

Bila di Indonesia baru tersedia sebuah UU yg mengatur


pengelolaan sampah, maka di Jepang tersedia paling
tidak 9 (sembilan) UU yg terkait dgn sampah

1. Masyarakat bebasis daur-bahan (material-cycle 60% sampah kota di Jepang merupakan wadah
society) dan pembungkus. Berdasarkan UU-tentang
2. Pengelolaan limbah dan kebersihan Recycling Wadah dan Pengemas, maka yg
3. Penggunaan secara efektif sumberdaya diatur untuk didaur-ulang adalah:
4. Recycling wadah dan pengemas
1. Gelas/botol (tidak berwarna, coklat dan hijau)
5. Recycling peralatan rumah tangga
2. Botol PET (untuk minuman beralkohol dan non
6. Recycling sisa makanan
alkohol, serta botol saus kedele)
7. Recycling puing bangunan
8. Recycling end-of-life Kendaraan 3. Wadah dan pembungkus dari kertas
9. Promosi produk hijau 4. Wadah dan pembungkus dari plastik

3
Mekanisme EPR di Jepang
Dalam hal alat2 elektronik rumah tangga, berdasarkan UU-
untuk wadah dan pengemas tentang peralatan rumah tangga, maka setiap pengusaha yg
memproduksi/menjual mempunyai kewajiban untuk mendaur-
Pemerintah kota bertanggung jawab untuk membiaya ulang paling tidak 60% AC, 55% TV set, 50% refrigerataor
pengumpulan, pemilahan dan penyimpanan, sedang dan 50% mesin cuci untuk di-reproduksi.
pengusaha bertanggung jawab untuk biaya recycling
Mekanisme yg diterapkan adalah sebagai berikut :
dan pemrosesan.
Konsumen membayar biaya pengumpulan barang bekasnya:
Pengusaha bertanggung jawab terhadap TV (2.835 Yen), AC (3.675 Yen), kulkas (4.830 Yen) dan
pengemas/wadah yg mereka buat/mereka jual bersama mesin cuci (2.520 Y). Kurs 1 Yen = Rp. 85
produknya. Pengusaha retailer yg menjual barang tsb sebelumnya
Untuk melaksanakan kewajiban tsb, Pemerintah Jepang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengangkut
menugaskan Japan Containers and Packaging menuju titik pengumpulan yg telah ditentukan.
Recycling Association (JCPRA) untuk melaksanakan Pabrik dan importir bertanggung jawab mendaur-ulang
aktivitas daur-ulang atas nama pengusaha yg membayar barang yg mereka buat atau import yg telah dikumpulkan oleh
recycling-fee kepada JCPRA retailer.

Sebelum terminologi 3R menjadi acuan umum dlm penanganan sampah


dikenal beragam terminologi yg menggunakan R. Berikut ini yg intinya
adalah upaya pemanfaatan limbah, dgn penekanan pd :
1. Reduce: upaya mengurangi terbentuknya limbah, termasuk
penghematan/ pemilihan bahan yg dapat mengurangi kuantitas limbah
serta sifat bahaya dari limbah
2. Recovery: upaya untuk memberikan nilai kembali limbah yg terbuang,
shg bisa dimanfaatkan kembali dlm berbagai bentuk, melalui upaya
pengumpulan dan pemisahan yang baik.
3. Reuse: upaya yg dilakukan bila limbah tsb dimanfaatkan kembali tanpa
mengalami proses atau tanpa transformasi baru, misalnya botol minuman
kembali menjadi botol minuman
4. Recycle: misalnya botol minuman dilebur namun tetap dijadikan produk
yg berbasis pada gelas. Bisa saja terjadi bahwa kualitas produk yg baru
sudah mengalami penurunan dibanding produk asalnya. Kosa kata inilah
yang paling sering digunakan. Mungkin dalam bahasa Indonesia kosa
kata yang sepadan adalah daur-ulang.
5. Reclamation: bila limbah tsb dikembalikan menjadi bahan baku baru,

Secara sederhana, daur-ulang adalah upaya untuk mendapatkan sesuatu yg


berharga dari sampah, seperti kertas koran diproses agar tinta-nya
disingkirkan (deink), atau repulping yg akan dihasilkan bahan kertas
baru.
Dikenal terminologi lain, seperti reuse, direct recycling, indirect recycling:
Reuse: contoh botol minuman, dipakai berulang dari produsen minuman ke
konsumen setelah melalui proses pencucian dan pengisian minuman. Reuse adalah
opsi yang paling diinginkan, karena enersi dan biaya yg dibutuhkan paling
sedikit
Direct recycling: contoh botol minuman, suatu ketika botol tsb setelah tiba di
produsen minuman dianggap kurang layak untuk diteruskan, lalu botol tsb dikirim ke
pabrik pembuat botol untuk dilebur untuk dijadikan bahan pembuat botol baru.
Biaya yang dibutuhkan akan lebih tinggi dibandingkan reuse. Bila bahan cullet
(bahan kaca) ini ternyata lebih mahal dibandingkan biaya dari bahan baku murni,
misalnya karena adanya biaya pengangkutan, maka opsi ini jelas kurang
menguntungkan untuk diteruskan.
Bahan yang diproses dengan cara ini kemungkinan mengalami degradasi dari segi
Konsep daur-
daur-ulang sampah kualitas, misalnya kertas atau plastik. Serat kertas yg diproses berulang-ulang akan
mengalami penurunan kualitas, ukurannya akan tambah lama tambah memendek.
Jadi aspek biaya dan kualitas perlu menjadi perhatian utama pada saat
memutuskan apakah perlu dilakukan direct recycling.

4
Indirect recycling: misalnya botol minuman di atas, ternyata dari sudut
kualitas bahan kurang baik, sudah pecah dan bercampur dengan gelas
warna lain yang, serta pengotor lain. Untuk memisahkan dibutuhkan
upaya yg mengakibatkan biayanya menjadi mahal. Maka pemanfaatan
lanjut adalah bahan ini digunakan sbg campuran bahan pelapais
dasar pembuatan jalan.
Plastik yg ternyata tidak dapat digunakan sbg bahan baku pembuatan
wadah yg baik, akan mengalami penurunan derajat, misalnya
digunakan untuk bahan baku barang yg tidak membutuhkan
persyaratan estetika (warna, dsb) atau sifat-sifat lain. Atau SEKIAN DAN TERIMA KASIH
dimanfaatkan sebagai sumber enersi (a) memproduksi gas bahan
bakar dalam prirolisis atau (b) bahan bakar langsung dalam pabrik
semen dalam eco-cement.
Proses indirect recycling ini dinilai mempunyai level yang terendah,
Biasanya, bila sebuah bahan telah mengalami proses indirect
recycling, akan sulit dan mahal biayanya bila hendak didaur-ulang
kembali, apalagi bila hendak dikembalikan pada posisi sebagai raw-
material aslinya. Penanganan akhir dari bahan yg demikian adalah
biasanya landfilling atau insinerasi.
Jadi sebetulnya landfilling atau insinerasi adalah digunakan sebagai
upaya menangani limbah yg telah tidak mempunyai nilai lagi untuk
didaur-ulang.

Anda mungkin juga menyukai