Anggota Kelompok :
NAMA KELOMPOK :
Tetapi para ahli strukturalisme percaya bahwa kehidupan sosial itu hanya dari luarnya
saja terlihat semrawut (chaotic), tak terduga (unpredictable) dan beraneka ragam (diverse).
Namun, di bawah level kejadian-kejadian yang membingungkan dan unik tersebut terdapat
suatu mekanisme yang generatif. Oleh karena itu, untuk memahami apa yang terjadi di
permukaan, maka level yang lebih dalam harus dilihat juga. Selain bagian yang lebih dalam
yang mampu menghasilkan mekanisme-mekanisme tersebut memang ada dan sangat
berpengaruh, bagian dalam tersebut juga teratur dan berpola. Adapun menurut Marx,
sebagaimana menurut Levi Strauss, struktur bukanlahn sebuah realitas yang terlihat secara
langsung dan dapat diamati secara langsung, tetapi tingkat realitas yang ada di luar hubungan
yang tampak antara manusia dan merupakan logika yang mendasari system dan
melaluinyacaturan yang tampak dapat dijelaskan (Godelier, 1972 :XIX)
B. Posisi Strukturalisme
a. Ontologi
Dalam memahami strukturalis dapat dilihat melalui trend metodologis ilmiah, dengan
menetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek. Strukturalisme
dikembangkan oleh beberapa ahli humanoria (linguistik, kritik sastra, psikologi dll). Pada
awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan
metode-metode riset struktural yang dihasilakan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu alam
lainnya. Gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan
studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu
kemanusiaan dengan ilmu-ilmua alam. Akan tetapi introduksi metode struktural dalam
bermacam macam bidang pengetahuan menimbulkan upaya yang sia-sia untuk mengangkat
strukturalisme pada status sistem filosofis.
b. Epistimologi
Ciri khas strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek
melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat intriknya yang tidak terikat oleh waktu dan
penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan.
Berangkat dari seperangkat fakta yang diamati pada permulaanya, strukturalisme
menyingkapi dan melukiskan struktur inti dari suatu objek (hirarkinya, kaitan timbal balik
antara unsure - unsur pada setiap tingkat), dan lebih lanjut menciptakan suatu model teoritis
dari objek tersebut. Ferdinand de Saussure dengan pemikiran strukturalismenya mampu
memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dizaman modern ini, hal ini terasa dalam
bidang akademik, walaupun karyanya sedikit dipublikasikan. Namun dengan karya yang
sedikit dipublikasikan, ia mampu memberikan pengaruh yang luar biasa.
2. Tokoh lainnya lagi adalah C.Levi Strauss, Levi-Strauss dilahirkan pada 28 November
1905 di Brussles, Belgia. Ia adalah keturunan Yahudi. Ia seorang antropologi Perancis ia
adalah Bapak Strukturalisme, dia juga mengambil ide dari De Saussure yaitu struktur
bahasa ke struktur Antropologi. Minat utama Levi-Strauss sebenarnya adalah ilmu hukum.
Ia mempelajari hukum di fakultas hukum Paris pada tahun 1927. Fokus strukturalisme
Levi-Strauss sebenarnya bukan pada makna kata, tetapi lebih menekankan pada bentuk
(pattern) dari kata itu. Bentuk-bentuk kata ini menurut Levi-Strauss berkaitan erat dengan
bentuk atau susunan sosial masyarakat.
D. Teori-teori strukturalis
Ilustrasi dari pemikiran levi-strauss (1967) dengan contoh berupa kemiripan antara
sistem linguistik dengan sistem kekerabatan. Pertama, istilah yang digunakan untuk
mendesripsikan kekerabatan, seperti fonem dalam bahasa, adalah unit analisis dasar bagi
antropolog struktural. Kedua, istilah kekerabatan maupun fonem tidak memiliki makna di
dalam dirinya. Keduanya hanya mendapatkan makna ketika menjadi bagian integral dari
sistem yang lebih besar. Levi strauss bahkan menggunakan sistem oposisi biner dalam
antropologinya ( sebagai contoh,makanan mentah dan makanan yang dimasak ) mirip
dengan yang digunakan saussure dalam linguistik. Ketiga, terdapat variasi empiris dari 1
setting ke setting yang lain dalam sistem fonemik dan sistem kekerabatan namun variasi
ini dapat ditelusuri pada beroperasinya hukum umum namun emplisit.
Pada hakikatnya levi bertolak belakang dengan peralihan tersebut. Yang penting ia
berargumen bahwa sistem fonemik dan sistem kekerabatan merupakan produk dari
struktur pikiran. Sebagian besar mereka yang mengikuti peralihan linguistik tidak
mengikuti levi strauss dalam mendefinisikan struktur paling fundamental.
2. Marxisme struktural
Diawali dari karya karl marx: ketika marx berasumsi bahwa struktur tidak dapat
dicampuradukan dengan relasi yang tampak dan tidak dapat dijelaskan dengan logika-
logika tersembunyinya,ia sebenarnya telah mengawali tradisi struktualis modern
(godelier,1972b:336). Godelier mengatakan logika internal sistem harus dianalisis
,sebelum asal usulnya dianalisis, kesamaan pandangan lain antara strukturalis dengan
marxis struktural adalah bahwa struktural adalah bahwa strukturalisme sehrusnya
memusatkanperhatiannya pada struktur atau sistem yang dibangun dari relasi sosial.
Keduanya melihat struktur secara riil meskipun tidak tampak,meskipun mereka memiliki
perbedaan menonjol dalam soal hakikat struktur. Bagi levi fokusnya adalah struktur
pikiran sementara bagi marxis struktural fokusnya adalah struktur yang mendasari
masyarakat. Strukturalisme dan marxisme menolak empirisme dan menerima pokok
perhatian terhadap struktur yang tampak. Godelier berargumen yang ditolak adlah definisi
kalangan empiris atas apa yang disebut struktur sosial. Bagi marx dan levi struktur
bukanlah realitas yang tampak secara langsung dan dapat diamati secara langsung
melainkan level realitas yang berada diluar relasi yang tampak antar manusia dan
berfungsinya hal hal yang mendasari legika sistem ini, tatanan bersembunyi yang
digunakan untuk menjelaskan tatanan yang nampak.
Logika ini lah yang kemudian menempatkan para pemikir barat pada pencarian
kebenaran tunggal, umum, dan mutlak. Derrida berasumsi bahwa modernisasi dengan adanya
strukturalisme bukan lah satu-satunya cara memanusiakan manusia. Sehingga dalam posisi
ini Derrida memerankan dirinya sebagai juru bicara bagi mereka yang dipinggirkan,
diasingkan, dan mereka yang menginginkan pluralitas, kebenaran relatif dan keunikan dalam
memperoleh tempat bernaung.
Selanjutnya, karya Foucault terkait dengan kuasa dalam Genealogy of Power yang
menilai kuasa sebagai hal yang negatif yang membatasi diskursus tersebut dengan adanya
control, seleksi, organisasi dan retribusi menurut sebuah prosedur pasti terhadap diskursus
tersebut dengan tujuan mempertahankan kuasa. Misalnya dalam sebuah masyarakat tertentu,
terdapat sejumlah prosedur dan aturan yang secara jelas memberikan batasan terhadap
masyarakat tersebut (yang secara radikal dapat diistilahkan sebagai larangan-larangan
tertentu). Aplikasi aturan tersebut misalnya ritual dalam suatu tempat yang mempengaruhi
dalam sebuah masyarakat. Kemudian aturan antara yang benar dan yang salah, dimana benar
dan kuasa dari diskursus (dalam hal ini bahasa) lebih diletakkan pada siapa yang mengatakan
dan bagaimana itu dikatakan.
Foucault dengan karya yang lain seperti Discipline and Punish dan History of
Sexuality memaparkan tentang isolasi dari tubuh (manusia) dalam pelaksanaan kuasa dalam
masyarakat modern. Dalam konteks isolasi tersebut, dijelaskan bukan pada cara berfungsi
dan kekuasaan atas kekuatan (manusia) namun lebih kepada kemampuan untuk menaklukan
mereka.
F. Penelitian
Dari penjelasan tentang strukturalis diatas maka penelitian yang cocok untuk
strukturalis adalah dengan pendekatan kulitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong,
2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan
kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah
mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat
mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti
subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk
sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau
menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu
saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu
peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang
berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.
peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses,
etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana
dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari
berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
Sumber:
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007
Ritzer, George. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2010
Santoso, Listiyono. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007
M. Poloma, Margareth. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia, 2000
Sumber lain:
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/172-kualitatif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika