BAB I
PENDAHULUAN
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang
warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau . Hak akan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar
pelayanan kesehatan yang layak. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk
(Muninjaya, 2004).
Persaingan yang semakin ketat dengan fasilitas pelayanan primer lainnya juga
1
2
(Muninjaya, 2004).
petugas kesehatan yang meliputi lima dimensi yaitu bukti fisik (tangible)
kesehatan yang bermutu diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar
masyarakat.
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu dari enam
mutu pelayanan upaya kuratif daripada program lain seperti upaya promotif, dan
Program pengobatan dasar di puskesmas saat ini juga mendapat perhatian dari
dalam penerapan pelayanan rujukan berjenjang pada program JKN. Ada beberapa
diagnosa pasien peserta JKN yang tidak dapat dirujuk langsung, namun harus
lingkungan dan proses (Azwar, 1994 dalam Endarwati, 2012). Untuk dapat
manajemen puskesmas yang baik dan tenaga yang profesional (Kemenkes, 2012).
penelitian yang dilakukan oleh Ramsar dkk. (2012) tentang penerapan fungsi
dan penetapan tujuan kegiatan, pembagian tugas dan wewenang, koordinasi dan
pengarahan serta penilaian. Hal tersebut menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Berkenaan dengan hal ini, maka sumber daya
merupakan tidak hanya terbatas pada pekerja yang mempunyai pendidikan dan
keahlian saja, melainkan juga yang memiliki motivasi dan komitmen pada
(Robbins, 2006). Suatu puskesmas akan efektif bila memiliki pegawai yang
mempunyai komitmen kerja yang kuat. Petugas dengan komitmen yang kuat akan
2010). Komitmen kerja juga berpengaruh terhadap prestasi kerja (Sudiro, 2011).
perilaku caring profesional. Karyawan yang memiliki komitmen kerja akan lebih
oleh petugas yang memiliki waktu kontak lebih lama dengan pasien seperti dokter
dan perawat. Petugas ini sangat berpotensi untuk pengembangan mutu dalam
karena itu komitmen kerja dokter dan perawat harus ditingkatkan. Dalam upaya
(Kemenkes, 2012), di Propinsi Bali sebanyak 120 buah (Dinkes Propinsi Bali,
Kabupaten Karangasem yang terletak diujung timur Pulau Bali. Upaya program
Karangasem, 2014).
dalam tiga tahun terakhir, maka perlu diketahui bagaimana mutu pelayanan
beberapa keluhan seperti 1) jam pelayanan belum tepat waktu sehingga pasien
alat kesehatan yang sering digunakan seperti tensimeter masih kurang. Beberapa
mencari surat rujukan untuk ke rumah sakit. Hal ini kemungkinan disebabkan
yaitu sebesar 15%. Angka rujukan khususnya untuk puskesmas yang lokasinya
dekat dengan rumah sakit umum daerah, rata-rata sebesar 20% (Dinkes
Karangasem, 2014).
komitmen kerja dari pegawai di puskesmas. Hal ini dilihat dari beberapa hal
terutama pada siang hari, 3) petugas tidak memiliki inisiatif dalam pengembangan
bekerja hanya melanjutkan yang sudah berjalan dan menjadi rutinitas. Beberapa
petugas juga mempunyai keinginan pindah tugas dari puskesmas terutama yang
Karangasem belum berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat dalam pembuatan
optimal, hal ini terlihat dari 12 puskesmas yang ada di Kabupaten Karangasem
hanya tiga puskemas yang menyusun laporan kinerja secara rutin. Pembinaan dan
8
pengukuran kinerja puskesmas. Kepala puskesmas saat ini sebagian besar belum
manajemen puskesmas.
Dilihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
hubungan dan ada pula penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan
Kabupaten Gerobogan. Terdapat pula hasil penelitian lain oleh Ningrum, S.F
(2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan fungsi manajemen dengan
Kabupaten Karangasem.
9
berikut:
Karangasem?
dengan mutu pelayanan pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten
Karangasem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
pelanggan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang dirasakan (Kui Son Cui et al,
2014).
Supardi (2008) berpendapat hampir sama dengan teori tersebut yaitu bahwa
mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sudut pandang pengguna layanan,
11
12
Azwar, 1994 dalam Endarwati, 2012) adalah unsur masukan, lingkungan dan
proses.
1. Unsur Masukan
Unsur masukan meliputi sumber daya manusia, dana dan sarana. Jika sumber
daya manusia dan sarana tidak sesuai dengan standar dan kebutuhan, maka
2. Unsur Lingkungan
3. Unsur Proses
Yang termasuk dalam unsur proses meliputi proses pelayanan baik tindakan
Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Muninjaya (2014) bahwa
mutu yaitu :
1. Input
melaksanakan kegiatan berupa sumber daya manusia, dana dan sarana. Input
diberikan.
2. Proses
kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan
pasien, meliputi metode atau tata cara pelayanan kesehatan dan pelaksanaan
fungsi manajemen.
3. Output
dokter, perawat yang dapat dirasakan oleh pasien dan memberikan perubahan
lingkungan yaitu iklim kerja organisasi dan komitmen organisasi dapat menjadi
dimensi mutu jasa berdasarkan lima aspek komponen mutu. Lima aspek
Babakus, 1992). Dimensi mutu menurut Parasuraman dkk. terdiri dari lima
dimensi.
pelanggan.
nyaman.
15
serta kenyamanan bagi pasien dan pengunjung lainya. Dukungan dan komitmen
petugas menjadi faktor pendorong yang sangat efektif dalam tahap-tahap menuju
kesehatan lebih terfokus pada dimensi daya tanggap petugas. Pasien lebih
perhatian tenaga kesehatan sangat diharapkan oleh pemakai jasa atau pasien.
mutu, monitoring dan evaluasinya. Rangkaian ini disingkat PDCA (Plan, Do,
berkesinambungan.
atau ciri produk, merumuskan tujuan mutu, dan merancang bangun proses untuk
proses tersebut, melakukan diagnosis dan analisis untuk mencari penyebab dan
kegiatan korektif dan preventif serta melakukan uji coba dan berikan rekomendasi
mutu tercapai. Dalam memilih metode dan menyusun instumen pengukuran yaitu
dan mampu memberikan layanan secara tepat waktu, karyawan mudah didekati
dan mudah untuk dihubungi, sopan, hormat dapat dipercaya, dan jujur. Dalam
lingkungan yang bebas dari bahaya, risiko, atau keraguan (Joseph, C. 2000).
dalam penelitian ini terdiri atas lima sub variabel yaitu bukti fisik (tangible)
18
empati (emphaty).
berada dalam organisasinya (Mathis dan Jakson, 2001 dalam Wijaya, 2012).
2006).
dipilihnya. Seseorang yang berkomitmen terhadap karir tidak akan mudah kalah
Penelitian tentang pengaruh komitmen anggota dan budaya kerja terhadap kinerja
Tim Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Nasional yang dilakukan oleh Rois
19
Tim Kormonev Nasional dengan nilai uji t 2,3 dan uji f 0,637. Penelitian lain
secara nyata berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian lain oleh Karsh et
layanan yang optimal. Karyawan yang mempunyai komitmen tinggi selalu akan
berpihak dan memberikan yang terbaik kepada organisasi (Robbins dan Judge,
meningkatkan mutu pelayanan dengan cara sebagai berikut (Djati dalam Wijaya,
2012) .
1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi
secara reguler.
perencanaan karier agar perawat dan bidan merasa mantap dalam pencapaian
kariernya.
20
terhadap nilai dan tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian visi dan misi.
komitmen kerja adalah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi,
kemauan berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, keyakinan
Komitmen kerja ini sangat dipengaruhi oleh faktor lain seperti yang
oleh iklim kerja dan pengembangan karir. Kiesler dalam Siswanto (2012)
untuk bertindak lebih jauh, karena sifat ikatannya akan berpengaruh terhadap
Menurut (Lokce et all, 1988 dalam Wijaya, 2012) tiga kategori utama penentu
1. Inisiatif
perawat dan bidan dalam melakukan tugas tanpa menunggu perintah. Hal ini
melaksanakan asuhan pelayanan dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Visi merupakan suatu pernyataan yang berisi tentang cita-cita dari organisasi,
sedangkan misi mencakup kegiatan jangka panjang dan jangka pendek yang
Wijaya, 2012). Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan
3. Peraturan-peraturan
Mereka harus mematuhi karena ada sanksi yang melanggar. Peraturan dapat
puskesmas.
variabel komitmen kerja dalam penelitian ini, terdiri dari tiga sub variabel yaitu
sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektifitas puskesmas, sebagai proses
pada 77 perawat RSUP Dr. Sardjito, diketahui bahwa penerapan lima fungsi
fungsi pengarahan.
(Kemenkes, 2012).
2.3.1 Perencanaan
alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas
1. Menyusun usulan kegiatan pada program pengobatan sesuai kondisi yang ada
tenaga, dana, obat-obatan, bahan habis pakai dan sarana dan prasarana
mendapatkan persetujuan.
perencanaan pada delapan bagian unit di puskesmas Minasa Upa Kota Makasar,
kegiatan, biaya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ningrum (2006) bahwa
1. Pengorganisasian
2. Penyelenggaraan
3. Pemantauan
telaahan eksternal terkait hasil yang dicapai oleh fasilitas dan sektor lain yang
4. Penilaian
puskesmas.
kesehatan.
Hasil penelitian di Puskesmas Minasa Upa Kota Makasar oleh Ramsar dkk.
tugas dilakukan agar rencana kegiatan akan lebih terarah pada tujuan. Dalam
pergerakan dan pelaksanaan ada tiga komponen yang saling berhubungan yaitu
ini sejalan dengan hasil penelitian Ridwan (2010) dalam Ramsar dkk. (2012),
1. Pengawasan
institusi lainnya).
2. Pertanggungjawaban
perawat dan obat berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Sedangkan sarana
gedung dan rawat jalan maupun rawat inap. Adapun unit-unit pelayanan
pengobatan yang ada di puskesmas seperti pelayanan poli umum, Unit Gawat
Darurat (UGD), poli gigi dan mulut, pelayanan rawat inap maupun puskesmas
keliling.
28
Karangasem adalah dokter dan perawat. Petugas tersebut selain bertugas pada
tersebut juga mempunyai tugas sebagai pengelola program promotif dan preventif,
berkualitas. Umur diatas 30 tahun mempunyai motivasi kerja lebih tinggi daripada
petugas lebih dari 30 tahun, dan masa kerja yang lebih lama menggambarkan
29
kerjanya juga tinggi, serta jika berdasarkan jenis kelamin jenis petugas juga
Kabupaten Grobogan.
(PMT) pada balita gizi buruk di Puskesmas Kabupaten Tegal yang dilakukan oleh
Ningrum (2006). Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa penerapan fungsi
penelitian oleh Irmawati (2007) yaitu pada kegiatan Stimulasi Deteksi dan
Komitmen kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus
pelayanan diantaranya dokter, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
2004). Penelitian lain tentang pengaruh komitmen dengan prestasi kerja dilakukan
puskesmas (Wijaya, 2012). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Fawzy
bahwa sikap karyawan yang merasa memiliki dan menjadi bagian organisasi,
merasa bahwa organisasi memiliki arti tersendiri bagi pribadi karyawan, sikap
organisasi.
31
BAB III
tingginya. Puskesmas merupakan salah satu unit pemberi layanan kesehatan yang
Program pengobatan merupakan salah satu upaya program wajib puskesmas yang
mempengaruhi mutu pelayanan meliputi unsur masukan (input) dan proses atau
aktivitas. Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan dalam
dari komitmen kerja petugas dalam hal ini dokter dan perawat. Komitmen kerja
merupakan kekuatan dokter dan perawat secara menyeluruh terhadap tugas dan
penghargaan yang diterima baik finansial maupun non finansial maupun status
31
32
kegiatan dalam bentuk RUK dan RPK. Usulan ini dituangkan dalam perencanaan
yang dilakukan adalah menyusun penanggung jawab dan pelaksana di setiap unit
berikut :
INPUT
SDM
Karakteristik (Umur Jenis
Kelamin, Profesi, Masa
Kerja
PROSES
PELAYANAN MEDIS
PENERAPAN MANAJEMEN
PUSKESMAS
ini.
Kabupaten Karangasem.
2. Ada hubungan yang signifikan antara komitmen kerja petugas dengan mutu
Karangasem.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
waktu yang sama dan hanya dilakukan satu kali saja (Sudigdo, 2011). Penelitian
Tempat yang diambil sebagai lokasi penelitian ini adalah salah satu unit
2015.
35
36
terhadap masyarakat. Penelitian ini terbatas pada upaya program pengobatan yang
4.4.1 Populasi
Populasi target penelitian ini adalah seluruh dokter dan perawat yang
adalah dokter dan perawat yang terlibat dalam pelayanan pengobatan pada Poli
4.4.2 Sampel
Sampel diambil dari suatu populasi untuk menjadi subjek dalam penelitian.
1. Kriteria inklusi
a. Dokter dan perawat yang bertugas pada Poli Umum di Puskesmas se-
b. Dokter dan perawat di poli umum yang berstatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
2. Kriteria ekslusi
a. Dokter dan perawat di poli umum yang sedang mengikuti tugas belajar
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
Z1- /2 = Standar deviasi dengan confidence level 95 % adalah 1,96
P = Proporsi mutu pelayanan di puskesmas baik (65%)
(Naya, 2014)
d = Degree of precision yaitu sebesar 10 %
N = Jumlah populasi dokter dan perawat di puskesmas Kabupaten
Karangasem
Z12. P.(1P).N
n=
d2 (N1)+Z 12.P(1P)
n= 1,96.0,5.0,5.191
(0,1. (191-1))+ 1,96. 0,65.0,35
n = 60,17
Random Sampling. Jumlah sampel setiap profesi dokter dan perawat dihitung pula
Tabel 4.1
Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Puskesmas dan Jenis Petugas
di Kabupaten Karangasem
Populasi
Jumlah
Puskesmas Dokter Perawat
P S P S P S
Manggis I 6 2 12 4 18 6
Manggis II 3 1 9 3 12 4
Sidemen 3 1 11 3 14 4
Selat 4 1 16 5 20 6
Rendang 5 1 10 3 15 5
Bebandem 2 1 15 5 17 6
Karangasem I 3 1 11 3 14 4
Karangasem II 4 1 14 4 18 5
Abang I 4 1 14 5 18 6
Abang II 2 1 12 4 14 4
Kubu I 7 2 14 5 21 7
Kubu II 2 1 8 3 10 4
Jumlah 45 14 146 47 191 61
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
sehingga dokter dan perawat yang sedang bertugas pada saat waktu pengumpulan
data akan dijadikan sampel penelitian. Waktu pengumpulan data dilakukan secara
dari tiga sub variabel yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
dari tiga sub variabel yaitu inisiatif, penghayatan visi misi dan ketaatan terhadap
peraturan puskesmas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah mutu pelayanan kesehatan pada
program pengobatan di poli umum yang terdiri dari lima sub variabel yaitu bukti
Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah seperti berikut ini.
40
Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Skala Cara dan Catatan tentang rencana analisis
Penguku Alat
ran Ukur
1 2 3 4 5 6
Umur Umur dalam tahun responden saat wawancara mengenai Interval Wawanca Dalam analisis dikelompokkan
usia (dalam ra dengan dalam dua kategori yaitu:
Karakteris tahun) kuesioner 1=Umur 20 -39 tahun
tik 2=Umur 39 tahun
Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis Nominal Wawanca Diberikan skor
dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki- ra dengan 1 = laki-laki
laki dan jenis kelamin perempuan. kuesioner 2 = perempuan
Profesi Profesi sesuai dengan ijazah dan jabatan fungsional di Ordinal Wawanca Diberikan skor
puskesmas Kabupaten Karangasem. ra dengan 1= Perawat
kuesioner 2= Dokter
Masa Kerja Lamanya bekerja di puskesmas diukur dalam tahun Interval Wawanca Dalam analisis dikelompokkan ke
ra dengan dalam dua kategori yaitu:
kuesioner 1= Masa Kerja <15tahun
2= Masa Kerja 15 tahun
41
1 2 3 4 5 6
Penerapan Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan 2
Manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan ra dengan kategori:
Puskesmas dan pertanggungjawaban yang dipersepsikan oleh petugas kuesioner 1= Baik (jika terdapat 2 atau 3 sub
pada poli umum di puskesmas se-Kabupaten Karangasem variabel penerapan manajemen
puskesmas dalam kategori baik.
2 = Kurang (jika terdapat 0 atau 1
subvariabel penerapan
manajemen puskesmas dalam
kategori baik.
Rencana kegiatan yang disusun oleh penanggungjawab Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
program pengobatan pada puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Karangasem yang meliputi perencanaan dalam hal target kuesioner 1= Baik (55% dari skor total)
kunjungan, kebutuhan dana, tenaga, obat dan alat 2= Kurang (dibawah 55% dari skor
Perencanaan
kesehatan, pembuatan rencana usulan kegiatan dan total)
rencana pelaksanaan kegiatan.
Penilaian menggunakan 7 item pertanyaan diukur dengan
2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0).
Pelaksanaan kegiatan program pengobatan di puskesmas Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
Kabupaten Karangasem dengan pelaksanaan kegiatan loka ra dengan persentase skor penilaian
karya mini, penyusunan tim pelaksana, dan penyusunan kuesioner 1= Baik (55% dari skor total)
Pelaksanaan dan jadwal jaga. Penilaian menggunakan 6 item pertanyaan 2= Kurang (dibawah 55% dari skor
Pengendalian diukur dengan 2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan total)
tidak (skor 0).
Kegiatan evaluasi dan pelaporan yang dilaksanakan oleh Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pihak internal dan eksternal puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Pengawasan dan Karangasem yang meliputi pengawasan kepala kuesioner 1= Baik (55% dari skor total)
Pertanggung puskesmas, dinas kesehatan, pembuatan laporan kinerja. 2= Kurang (dibawah 55% dari skor
jawaban Penilaian menggunakan 5 item pertanyaan diukur dengan total)
2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0).
42
1 2 3 4 5 6
Komitmen Komitmen dari petugas poli umum di Puskesmas se- Nominal Wawanca Dikelompokkan menjadi 2 kategori
Kerja Kabupaten Karangasem dalam memberikan pelayanan ra dengan yaitu :
pengobatan yang meliputi subvariabel inisiatif, kuesioner 1= Baik (jika terdapat 2 atau 3 sub
penghayatan visi misi dan ketaatan terhadap peraturan variabel komitmen kerja
puskesmas. petugas dalam kategori baik).
2 = Kurang (jika terdapat 0 atau 1
subvariabel komitmen kerja
petugas dalam kategori baik).
Kreatifitas dokter dan perawat untuk mengembangkan Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
potensinya dalam memberikan pelayanan pengobatan di ra dengan persentase skor penilaian
puskesmas Kabupaten Karangasem yang meliputi inovasi kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
untuk mengembangkan pelayanan, pengembangan 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
kompetensi dan semangat dalam dalam memberi kepuasan total)
pasien.
Insiatif
Penilaian menggunakan 4 item pertanyaan diukur dengan
2 tingkatan skala yaitu Ya, dan tidak , skor dilakukan
sebagai berikut:
pertanyaan positif : Ya (skor 1) dan tidak (skor 0).
pertanyaan negatif: Ya (skor 0) dan tidak (skor 1).
Pemahaman dan pelaksanaan cita-cita bersama untuk Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pengembangan program pengobatan di puskesmas ra dengan persentase skor penilaian
Kabupaten Karangasem yang meliputi pengetahuan visi kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
Penghayatan misi, sosialisasi visi misi, dan melakukan pelayanan 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Visi Misi sesuai visi misi. total)
Penilaian menggunakan 3 item pertanyaan diukur dengan
2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0)
43
1 2 3 4 5 6
Ketaatan terhadap pelaksanaan dari peraturan yang dibuat Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
di puskesmas untuk mengatur pelaksanaan kegiatan ra dengan persentase skor penilaian sub
Ketaatan program pengobatan dan untuk kepentingan petugas di kuesioner variabel :
terhadap puskesmas Kabupaten Karangasem yang meliputi 1= Baik (65% dari skor total)
Peraturan kepatuhan terhadap jam pelayanan, tata tertib pembagian 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Puskesmas tugas dan pembagian jasa pelayanan. Penilaian total)
menggunakan 4 item pertanyaan diukur dengan 2
tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0).
Mutu Persepsi dokter dan perawat terhadap pelayanan Nominal Wawanca Dikelompokkan menjadi 2 kategori
Pelayanan pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten ra dengan yaitu :
Pengobatan Karangasem yang meliputi lima dimensi yaitu bukti fisik, kuesioner 1=Baik (jika terdapat 4 atau 5
kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati subvariabel mutu pelayanan
pengobatan dalam kategori baik.
2 =Kurang (jika terdapat 0 sampai 3
subvariabel mutu pelayanan
pengobatan dalam kategori baik.
Persepsi dokter dan perawat terhadap pelayanan Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Karangasem yang meliputi kesediaan dokumen kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
perencanaan kegiatan, uraian tugas dan jadwal jaga 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Bukti Fisik/
petugas, ketersediaan SOP dan tempat cuci tangan, total)
Tangible
ketersediaan alat kesehatan dan obat, ruang tunggu pasien
dan parkir yang cukup. Penilaian menggunakan 9 item
pertanyaan diukur dengan 2 tingkatan skala yaitu Ya (skor
1), dan tidak (skor 0).
Persepsi dokter dan perawat terhadap pelayanan Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Karangasem yang meliputi ketepatan waktu pelayanan, kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
Kehandalan/ tanggung jawab, pemberian informasi dan pelatihan 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Reliability terkait program pengobatan.Penilaian menggunakan 4 total)
item pertanyaan diukur dengan 2 tingkatan skala yaitu Ya
(skor 1), dan tidak (skor 0).
44
1 2 3 4 5 6
Persepsi dokter dan perawat dalam melayani pasien pada Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
Poli Umum di Puskesmas Kabupaten Karangasem yang ra dengan persentase skor penilaian
meliputi pelayanan sesuai prosedur, kecepatan pelayanan. kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
Penilaian menggunakan 4 item pertanyaan diukur dengan 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
DayaTanggap/
2 tingkatan skala yaitu Ya, dan tidak , skor dilakukan total)
Responsiveness
sebagai berikut:
pertanyaan positif : Ya (skor 1) dan tidak (skor 0).
pertanyaan negatif: Ya (skor 0) dan tidak (skor 1).
Persepsi dokter dan perawat terhadap pelayanan Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Karangasem yang meliputi bekerja berpedoman pada kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
SOP, kesopanan, keramahan, dan keselamatan yang 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Jaminan/
meliputi informed consent dan penggunaan alat pelindung total)
Assurance
diri.
Penilaian menggunakan 4 item pertanyaan diukur dengan
2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0).
Persepsi dokter dan perawat terhadap pelayanan Nominal Wawanca Dikelompokkan berdasarkan
pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten ra dengan persentase skor penilaian
Karangasem yang meliputi waktu untuk mendengarkan kuesioner 1= Baik (65% dari skor total)
Empati/ keluhan, pemahaman terhadap kebutuhan, kemudahan 2= Kurang (dibawah 65% dari skor
Empathy untuk dihubungi dan fokus dalam memberikan pelayanan. total)
Penilaian menggunakan 4 item pertanyaan diukur dengan
2 tingkatan skala yaitu Ya (skor 1), dan tidak (skor 0).
45
instrumen yang digunakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang berkaitan dengan
penerapan manajemen puskesmas, komitmen kerja petugas dan lima dimensi mutu
responden, kuesioner ini telah dilakukan uji coba kepada perawat dan bidan yang
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer
Cara pengambilan dan pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah dengan
peneliti sendiri. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah seperti di bawah ini.
1. Peneliti meminta izin kepada kepala puskesmas dan responden agar dapat melakukan
dan surat ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan
Clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor
manfaat penelitian serta informasi yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Dalam penelitian ini tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data namun hanya berisi kode-kode tertentu untuk menjamin kerahasiaan responden.
setelah selesai pengumpulan data tentang kelengkapan dan kebenaran data. Tahapan-
1. Editing Data
Data yang dilakukan editing adalah data berdasarkan jawaban responden tentang
2. Coding Data
Data yang dilakukan koding adalah data berdasarkan jawaban responden tentang
3. Entry Data
Entry data yaitu memasukan data dalam variabel sheet dengan menggunakan
computer.
4. Cleaning Data
Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin
terjadi.
5. Scoring
analisis. Penilaian pada penelitian ini menggunakan 2 tingkatan jawaban yaitu Ya dan
Tidak. Pemberian skor untuk masing-masing pertanyaan adalah sama untuk semua
pertanyaan pada masing-masing sub variabel yaitu untuk pertanyaan positif jawaban
Ya diberi skor 1, dan untuk jawaban Tidak diberi skor 0. Sedangkan untuk
pertanyaan negatif jawaban Ya diberi skor 0, dan untuk jawaban Tidakdiberi skor 1.
puskesmas dan komitmen kerja petugas, serta variabel terikat yaitu mutu pelayanan
kesehatan.
puskesmas dengan mutu pelayanan pengobatan dan komitmen kerja dengan mutu
antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat serta mencari manakah variabel
independen yang mempunyai hubungan paling besar dengan variabel dependen dengan
uji analisis regresi logistik. Analisa multivariat dapat dilihat dari nilai p dimana
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bali. Batas wilayah Kabupaten Karangasem adalah di sebelah timur adalah Selat
Lombok, di sebelah selatan adalah Samudra Indonesia dan sebelah barat adalah
Amlapura yang terletak 84 km dari ibu kota Provinsi Bali (Denpasar). Secara
desa/kelurahan yang terdiri dari 75 desa dan tiga kelurahan. Luas wilayah Kabupaten
Karangasem adalah 839,54 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 406.600 jiwa
rawat inap. Selain puskesmas induk terdapat juga puskesmas pembantu sebanyak 70
Kedua upaya tersebut jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Salah satu upaya program wajib puskesmas adalah Program
Pengobatan.
49
50
dipandang perlu. Upaya pengobatan pasien meliputi seperti menggali riwayat penyakit,
memberikan pengobatan yang tepat dan melakukan rujukan bila diperlukan. Upaya
dalam gedung, terdiri dari rawat jalan maupun rawat inap. Adapun unit-unit pelayanan
pengobatan yang ada di puskesmas seperti Poli Umum, Unit Gawat Darurat (UGD),
Poli Gigi dan Mulut, Poli KIA, Pelayanan Rawat Inap maupun Puskesmas Keliling.
Penelitian ini dilakukan pada salah satu unit pelayanan dalam gedung yaitu pada
Poli Umum. Poli Umum puskesmas di Kabupaten Karangasem di koordinir oleh salah
oleh dokter dan perawat, namun ada juga sebagian puskesmas yang melibatkan bidan.
Pasien yang berkunjung ke puskemas terdiri dari pasien umum, maupun pasien sebagai
peserta jaminan kesehatan seperti JKBM maupun JKN. Kunjungan pasien baru ke
puskesmas pada tahun 2014 sebesar 20,14% dari jumlah penduduk, dengan diagnosa
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari dokter dan
Tabel 5.1
Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Karakteristik n=61 %
Umur, Median (IQR) 39 (31-45)
20 - 39 tahun 26 42,6
39 tahun 35 57,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 47,5
Perempuan 32 52,5
Profesi
Perawat 47 77,1
Dokter 14 22,9
Masa Kerja, Median (IQR) 15 (5-18)
<15 tahun 26 42,6
15 tahun 35 57,4
terlihat bahwa sebagian besar berada pada kelompok umur 39 tahun yaitu sebanyak 35
orang (57,4%), berdasarkan distribusi jenis kelamin terdapat lebih banyak perempuan
(52,5%). Dilihat dari jenis profesi responden sebagian besar berprofesi sebagai perawat
(77,1%), dan dilihat dari masa kerja, responden lebih banyak berada pada kelompok
Distribusi dari variabel penelitian ini yang terdiri dari penerapan manajemen
puskesmas, komitmen kerja petugas dan mutu pelayanan pengobatan diketahui bahwa
kurang sebesar 50,8 % dan mutu pelayanan pengobatan kategori kurang sebesar 75,4%.
Tabel 5.2
Distribusi Frekwensi Variabel Penelitian
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Variabel n=61 %
Penerapan Manajemen Puskesmas
Kurang 32 52,5
Baik 29 47,5
Komitmen Kerja Petugas
Kurang 31 50,8
Baik 30 49,2
Mutu Pelayanan Pengobatan
Kurang 46 75,4
Baik 15 24,6
Variabel penerapan manajemen puskesmas pada penelitian ini terdiri dari tiga sub
Tabel 5.3
Distribusi Frekwensi Penerapan Manajemen Puskesmas
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Sub variabel f %
Perencanaan
Kurang 31 50,8
Baik 30 49,2
Pelaksanaan dan Pengendalian
Kurang 33 54,1
Baik 28 45,9
Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Kurang 33 54,1
Baik 28 45,9
53
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari tiga sub variabel dari penerapan manajemen
puskesmas terlihat dominan termasuk dalam kategori kurang yaitu perencanaan kurang
sebesar 50,8%, pelaksanaan dan pengendalian kurang sebesar 54,1% dan pengawasan
berkaitan dengan penyusunan rencana target kunjungan, kebutuhan dana, tenaga, obat
habis pakai, alat kesehatan maupun penyusunan RUK dan RPK. Hasil penilaian
terhadap perencanaan secara rinci diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4
Distribusi Penerapan Manajemen Puskesmas (Perencanaan)
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Penilaian Perencanaan f %
dan kebutuan dana tidak ada (0%). Perencanaan tenaga, obat dan bahan habis pakai
serta alat kesehatan 100%. Rencana usulan kegiatan program pengobatan di puskesmas
54
Penilaian terhadap sub variabel pelaksanaan dan pengendalian diukur dengan enam
pelaksanaan survei kepuasan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Secara rinci
Tabel 5.5
Distribusi Manajemen Puskesmas (Pelaksanaan dan Pengendalian)
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
pengendalian sebagian besar termasuk kategori kurang yaitu sebesar 54,1 % (33 orang),
sedangkan pelaksanaan dan pengendalian baik sebesar 45,9% (28 orang). Berdasarkan
diketahui bahwa semua responden menjawab bahwa dilakukan lokakarya mini lintas
55
lintas sektor yang dilaksanakan telah membahas program pengobatan sebesar 57,4%.
Jadwal petugas jaga lebih banyak dibuat yaitu sebesar 75,4%. Hampir semua puskesmas
kurang melakukan survei kepuasan yaitu dilakukan survei kepuasan oleh pihak internal
yang berkaitan dengan pengawasan oleh kepala puskesmas dan pihak dinas kesehatan.
Tabel 5.6
Distribusi Penerapan Manajemen Puskesmas (Pengawasan dan
Pertanggungjawaban) pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem
Tahun 2015
puskesmas terkait ketepatan waktu pelayanan, sebesar 98,4% ada monitoring dinas
56
Karangasem
Variabel komitmen kerja terdiri dari tiga sub variabel yaitu inisiatif, penghayatan
visi misi dan peraturan puskesmas. Distribusi komitmen kerja petugas di puskesmas se-
Tabel 5.7
Distribusi Komitmen Kerja Petugas
pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Inisiatif
Kurang 33 54,1
Baik 28 45,9
Penghayatan Visi Misi
Kurang 41 67,2
Baik 20 32,8
Ketaatan terhadap Peraturan Puskesmas
Kurang 21 34,4
Baik 40 65,6
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sub variabel inisiatif dan penghayatan
visi misi puskesmas lebih besar termasuk kategori kurang. Inisiatif kurang sebesar
54,1% sedangkan inisiatif baik 45,9%. Penghayatan visi misi kurang sebesar 67,2% dan
penghayatan visi misi baik sebesar 32,8%. Ketaatan terhadap peraturan puskesmas
sebagian besar termasuk kategori baik yaitu 65,6% sedangkan ketaatan terhadap
5.4.1 Komitmen Kerja Petugas (Inisiatif) pada Poli Umum di Puskesmas se-
Kabupaten Karangasem
Tabel 5.8
Distribusi Komitmen Kerja Petugas (Inisiatif)
pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
sebanyak 28 orang (54,1%). Sebagian besar dari responden memiliki keinginan untuk
kerjasama yang baik di Poli Umum dalam melaksanakan tugas. Responden yang
5.4.2 Komitmen Kerja Petugas (Penghayatan Visi Misi) (pada Poli Umum di
Puskesmas se- Kabupaten Karangasem
Hasil penilaian untuk penghayatan visi misi diketahui dari hasil jawaban responden
terhadap tiga pertanyaan yang meliputi pengetahuan terhadap visi misi, sosialisasi visi
misi dan pelayanan berdasarkan visi misi seperti pada tabel di bawah ini.
58
Tabel 5.9
Distribusi Komitmen Kerja Petugas (Penghayatan Visi Misi) pada Poli Umum di
Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, hanya 31,2% yang mengetahui visi misi puskesmasnya
menyatakan bahwa visi misi puskemas disosialisasikan ke seluruh staf. Hanya 18 orang
atau 29,5% responden yang melaksanakan pelayanan pengobatan berdasarkan visi misi.
Hasil penilaian untuk ketaatan terhadap peraturan puskesmas diukur dengan empat
Tabel 5.10
Distribusi Komitmen Kerja Petugas (Ketaatan terhadap Peraturan Puskesmas)
pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, hampir sebagian besar dari jumlah responden mengikuti
aturan jam pelayanan yaitu sebesar 51 orang (83,6%). Menurut jawaban responden
yaitu sebesar 47 responden (77,1%) menyatakan bahwa puas dengan aturan tata tertib
diperoleh dari hasil penilaian terhadap lima dimensi mutu pelayanan. Mutu pelayanan
pengobatan secara umum termasuk kategori kurang yaitu sebesar 75,4% dan mutu
dimensi dari mutu pelayanan yang meliputi bukti fisik, kehandalan, daya tanggap,
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pengobatan
di Puskesmas Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Bukti Fisik
Kurang 46 75,4
Baik 15 24,6
Kehandalan
Kurang 12 19,7
Baik 49 80,3
Daya Tanggap
Kurang 40 65,6
Baik 21 34,4
Jaminan
Kurang 31 50,8
Baik 30 49,2
Empati
Kurang 12 19,7
Baik 49 80,3
60
Tabel 5.11 dari masing-masing dimensi, bukti fisik kurang sebesar 75,4 %, bukti
fisik baik sebesar 24,6 %. Dimensi kehandalan lebih besar termasuk dalam katagori baik
yaitu 80,3%, dan sisanya kategori kurang yaitu sebesar 21,3%. Penilaian dimensi daya
tanggap yang termasuk kategori kurang lebih besar dari daya tanggap baik, yaitu daya
tanggap kurang sebesar 65,6%, dan daya tanggap baik 34,4%. Dimensi yang keempat
yaitu jaminan, pada penelitian ini diperoleh hasil untuk kategori kurang sebesar 50,8%
dan baik sebesar 49,2%, sedangkan dimensi empati lebih besar kategori baik yaitu
Hasil uji bivariat pada penelitian hubungan karakteristik responden dengan mutu
Tabel 5.12
Hubungan Karakteristik Responden dengan Mutu Pelayanan Pengobatan
pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
umur, jenis kelamin, profesi dan masa kerja dengan mutu pelayanan pengobatan secara
statistik tidak berhubungan secara bermakna dengan mutu pelayanan pengobatan pada
poli umum di Puskesmas Kabupaten Karangasem. Hal tersebut terlihat dari nilai p
seluruhnya lebih dari 0,05 dan 95%CI dari masing-masing variabel mencakup angka 1
di dalamnya.
dengan mutu pelayanan pengobatan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5.13
Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas dengan Mutu Pelayanan Pengobatan
pada Poli Umum di Puskesmas Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Mutu Pelayanan
Pengobatan
Variabel Kategori OR 95%CI Nilai p
Baik Kurang
f (%) f (%)
11 18
Baik
Penerapan (73,3)) (39,1)
Manajemen 4,3 1,03-20,81 0,02
Puskesmas 4 28
Kurang
(26,7) (60,9)
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa pada mutu pelayanan pengobatan baik
73,3% memiliki penerapan manajemen yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan
pengobatan yang kurang hanya 39,1% memiliki penerapan manajemen puskesmas yang
memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada penerapan manajemen baik 4,3 kali
62
hubungan tersebut bermakna dengan 95% CI dari OR: 1,03-20,81 dan nilai p =0,02.
Tabel 5.14
Hubungan Sub Variabel Penerapan Manajemen Puskesmas dengan Mutu Pelayanan
Pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Mutu Pelayanan
Sub Variabel Penerapan Pengobatan Nilai
OR 95% CI
Manajemen Puskesmas p
Baik f (%) Kurang f (%)
Perencanaan
Baik 11 (73,3) 19 (41,3) 3,9 0,94-19,0 0,03
Kurang 4 (26,7) 27 (58,7)
Pelaksanaan dan Pengendalian
Baik 9 (60,0) 19 (41,3)
2,1 0,55-8,51 0,20
Kurang 6 (40,0) 27 (58,7)
Pengawasan dan
Pertanggungjawaban
Baik 11 (73,3) 17 (36,9) 4,7 1,13-22,86 0,01
Kurang 4 (26,7) 29 (63,0)
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa pada mutu pelayanan pengobatan baik 73,3%
memiliki perencanaan yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang
kurang hanya 41,3% memiliki perencanaan yang baik. Perbedaan tersebut menghasilkan
OR sebesar 3,9 yang artinya peluang memberikan mutu pelayanan pengobatan baik
pada perencanaan baik 3,9 kali dibandingkan perencanaan yang kurang. Setelah diuji
statistik hubungan tersebut tidak bermakna karena ada angka 1 dalam nilai 95% CI dari
OR yaitu 0,94-19,0 dan walaupun nilai p lebih kecil dari 0,05 (p = 0,03).
Dilihat dari pelaksanaan dan pengendalian, diketahui bahwa pada mutu pelayanan
pengobatan baik 60,0% memiliki pelaksanaan dan pengendalian yang baik, sedangkan
pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 41,3% memiliki pelaksanaan dan
63
pengendalian yang baik. Perbedaan tersebut menghasilkan OR sebesar 2,1 yang artinya
pengendalian baik 2,1 kali dibandingkan pelaksanaan dan pengendalian yang kurang.
Setelah diuji statistik hubungan tersebut tidak bermakna dengan 95% CI dari OR:
baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 36,9% memiliki
sebesar 4,7 yang artinya peluang memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada
Hasil analisis untuk mengetahui hubungan komitmen kerja petugas dengan mutu
Tabel 5.15 Hubungan Komitmen Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan Pengobatan
pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Mutu Pelayanan
Pengobatan
Variabel Kategori OR 95%CI Nilai p
Baik Kurang
f (%) f (%)
13 17
Baik
Komitmen (86,7) (36,9)
Kerja 11,1 2,04-108,5 0,001
Petugas 2 29
Kurang
(13,3) (63,0)
64
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa pada mutu pelayanan pengobatan baik
86,7% memiliki komitmen kerja petugas yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan
pengobatan yang kurang hanya 36,9% memiliki komitmen kerja petugas yang baik.
mutu pelayanan pengobatan baik pada komitmen kerja petugas baik 11,1 kali
dibandingkan komitmen kerja yang kurang. Setelah diuji statistik hubungan tersebut
Hubungan masing-masing sub variabel komitmen kerja petugas yang terdiri dari
inisiatif, penghayatan visi misi dan ketaatan terhadap peraturan puskesmas dengan
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pada mutu pelayanan pengobatan baik
73,3% memiliki inisiatif yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang
kurang hanya 36,9% memiliki inisiatif yang baik. Perbedaan tersebut menghasilkan OR
sebesar 4,7 yang artinya peluang memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada
65
inisiatif baik 4,7 kali dibandingkan inisiatif yang kurang. Setelah diuji statistik
hubungan tersebut bermakna dengan 95% CI dari OR: 1,13-22,86 dan nilai p= 0,01.
Dilihat dari penghayatan visi misi, menunjukkan bahwa pada mutu pelayanan
pengobatan baik 53,3% memiliki penghayatan visi misi yang baik, sedangkan pada
mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 26,1% memiliki penghayatan visi misi
yang baik. Perbedaan tersebut menghasilkan OR sebesar 3,2 yang artinya peluang
memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada penghayatan visi misi baik 3,2 kali
dibandingkan penghayatan visi misi yang kurang. Setelah diuji statistik hubungan
tersebut tidak bermakna dengan nilai 95% CI dari OR: 0,81-12,89 dan nilai p= 0,05.
Dilihat dari ketaatan terhadap peraturan puskesmas menunjukkan bahwa pada mutu
yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 58,7%
pengobatan baik pada ketaatan terhadap peraturan puskesmas baik 4,5 kali
dibandingkan ketaatan terhadap peraturan puskesmas yang kurang. Namun setelah diuji
statistik hubungan tersebut tidak bermakna dengan 95% CI: 0,85-45,3 dan nilai p= 0,05.
Analisis mutivariat yang di gunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik yang
dengan variabel terikat. Metode eleminasi yang digunakan dalam analisis ini adalah
66
Enter yaitu memasukkan semua variabel sekaligus ke dalam model. Variabel yang
dimasukkan adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna secara statitik
dan variabel karakteristik responden yang mempunyai nilai p hasil uji Chi square <
Tabel 5.17
Hasil Analisis Multivariat Variabel Penerapan Manajemen Puskesmas
Komitmen Kerja Petugas dan Karakteristik Responden
di Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Penerapan
Manajemen 0,9 0,18 5,24 0,98
Puskesmas
Komitmen Kerja 11,3 1,75 73,06 0,01
petugas. Komitmen kerja petugas yang baik akan meningkatkan peluang memberikan
mutu pelayanan pengobatan baik sebesar 11,3 kali dibandingkan komitmen kerja
petugas yang kurang dan secara statistik hubungan tersebut bermakna dengan 95% CI
hasil penelitian dengan mengidentifikasi apakah ada hubungan antar variabel yang
67
membentuk suatu mekanisme tertentu. Analisis lanjutan ini bertujuan untuk mencoba
manajemen puskesmas . Hasil analisis lanjutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.18
Hubungan Komitmen Kerja Petugas dengan Penerapan Manajemen Puskesmas pada
Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem Tahun 2015
Penerapan
Manajemen
Variabel Kategori Puskesmas OR 95%CI Nilai p
Baik Kurang
f (%) f (%)
23 7
Baik
Komitmen (79,31) (21,88)
Kerja 13,7 3,5-56,6 <0,001
Petugas 6 25
Kurang
(20,69) (78,13)
Tabel 5.18 merupakan hasil analisis hubungan variabel komitmen kerja petugas
13,7 dan secara statistik dinyatakan bermakna dengan 95% CI dari OR 3,5-56,6 dan
nilai p<0,001.
68
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Mutu Pelayanan Pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten
Karangasem
Mutu pelayanan memegang peranan penting untuk meningkatkan daya saing dari
pelayanan yang diberikan dengan kebutuhan yang diharapkan. Mutu pelayanan juga
mengandung arti kesesuaian dengan standar pelayanan yang dapat dilihat dari dimensi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan pengobatan pada poli umum
puskesmas di Kabupaten Karangasem masih kurang yaitu sebesar 75,41 % dan sudah
baik sebesar 24,59%. Mutu pelayanan pengobatan diperoleh dari penilaian terhadap
lima dimensi mutu yaitu bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan kepastian dan
empati. Dimensi mutu yang dominan masih kurang pada hasil penelitian ini adalah
Bukti fisik yang terlihat masih kurang berdasarkan jawaban responden adalah
mengenai keterbatasan ruang tunggu pasien dan tempat parkir. Hampir semua
puskesmas memiliki keterbatasan ruang tunggu dan tempat parkir karena kondisi lahan
puskesmas yang masih kurang luas. Dokumen perencanaan untuk program pengobatan
hampir tidak ada pada penanggungjawab program namun menurut keterangan yang
dokumen Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP). Dalam PTP yang dibuat puskesmas
68
69
program pengobatan hanya yang dibuat adalah rencana tenaga, obat dan alat kesehatan
yang dituangkan. PTP puskesmas lebih banyak memuat program preventif dan
promotif. Program inovasi untuk pengobatan tidak ada dituangkan dalam PTP. Jadwal
terlihat lebih banyak sudah tertempel dan mudah dilihat. Puskesmas yang tidak
membuat dan menempel jadwal jaga petugas di poli umum, berdasarkan keterangan
responden karena hanya satu sampai dua orang yang ditunjuk untuk bertugas di poli
umum dan lebih banyak terlibat di pelayanan pengobatan. Tempat cuci tangan sudah
tersedia di poli umum, tetapi saat ini ada beberapa yang sedang rusak. Alat kesehatan
dan obat sebagian besar sudah terpenuhi walaupun ada beberapa obat yang masih
kurang karena tidak masuk dalam perencanaan. Bukti fisik merupakan hal yang sangat
yang disampaikan oleh Hala, S. (2013) yaitu salah satu indikator penilaian pelayanan
yang berkualitas adalah kenyamanan pelayanan, ruangan yang nyaman serta peralatan
yang lengkap.
diketahui sudah baik. Kehandalan dalam hal ini meliputi pelayanan tepat waktu,
responden karena kurang adanya penyelenggaraan dari dinas kesehatan dan karena
keterbatasan dana. Kehandalan berkaitan dengan kepuasan pasien, seperti hasil dari
penelitian dari Dwidyaniti (2014) bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi
kehandalan dengan kepuasan pasien dan penelitian dari Ester (2009) bahwa kehandalan
Dilihat dari dimensi daya tanggap yang dominan masih kurang dan perlu mendapat
kecepatan dan ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan. Daya tanggap yang
kurang terlihat dari hasil jawaban responden yang mengatakan pasien sering mengeluh
karena lama menunggu petugas sedang keluar atau istirahat makan. Pasien juga sering
sesuai dengan pendapat James (2013) yang menyatakan bahwa ketanggapan dan
(2011) juga berpendapat berdasarkan sudut pandang pengguna jasa pelayanan, mutu
pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dapat memenuhi segala kebutuhan pasien
Dilihat dari dimensi jaminan, menurut Wathek (2012) jaminan pada mutu
kepercayaan dan keyakinan dari pelanggan. Jaminan pada penelitian ini yang perlu
mendapat perhatian adalah terkait dengan penggunaan alat pelindung diri dan
kepada pasien. Penggunaan alat pelindung diri dan penggunaan informed consent adalah
memuaskan pelanggan. Sesuai dengan hasil penelitian oleh yang menyatakan bahwa
(2012) juga menunjukkan pengaruh signifikan dengan kepuasan dan serupa dengan
71
Dilihat dari dimensi empati yang meliputi kesediaan petugas dalam meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluhan pasien dan kemudahan untuk dihubungi jika ada
memberikan pelayanan. Penilaian terhadap empati pada penelitian ini diketahui petugas
pada poli umum di puskesmas Kabupaten Karangasem sudah termasuk dalam kategori
baik. Menurut asumsi peneliti bahwa dengan empati yang baik akan meningkatkan
kepuasan pasien pada Poli Umum di puskesmas Kabupaten Karangasem, sesuai dengan
hasil penelitian oleh Dwidyantini (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara persepsi empati dengan kepuasan pasien. Sejalan dengan hasil
penelitian oleh Manimaran (2010) di Rumah Sakit Dindigul India, bahwa empati
mempunyai hubungan signifikan dengan kepuasan pasien. Senada pula apa yang
dinyatakan oleh Wathek dkk (2012) bahwa empati berhubungan dengan kepuasan
pasien. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Chendkk.(2007) yaitu respon atau
daya tanggap dan empati merupakan faktor yang sangat penting dalam kualitas asuhan
berdasarkan hasil analisis bivariat dalam penelitian ini adalah komitmen kerja dan
Hasil penelitian ini sesuai jika dikaitkan dengan konsep dari Azwar (1994) dalam
pelayanan adalah unsur masukan, lingkungan dan proses. Serupa dengan yang
disampaikan oleh Muninjaya (2014) bahwa output dari sistem pelayanan dipengaruhi
oleh input, proses dan lingkungan. Hal tersebut dikatakan sesuai karena dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa unsur masukan salah satunya yang berpengaruh
adalah unsur input dalam hal ini sumber daya manusia. Hasil penelitian ini didukung
dengan hasil penelitian oleh Rai (2005) yang dilaksanakan di Puskesmas Kabupaten
Penelitian ini juga sejalan yang disampaikan oleh Irawan (2004) dalam Naya (2013)
faktor karyawan. Penelitian ini mengambil dari sisi petugas dengan meneliti salah satu
unsur yang mempengaruhi petugas yaitu komitmen kerja. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa salah satu dari sub variabel komitmen kerja petugas yaitu inisiatif
Kabupaten Karangasem.
Penelitian ini juga meneliti dari unsur proses, dalam hal ini yang dilihat dalam
unsur proses dari mutu salah satunya adalah penerapan manajemen puskesmas yang
termasuk dalam kegiatan non medis yang dilakukan oleh puskesmas. Penerapan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naya, A. tahun
2013 bahwa umur dan masa kerja mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas Mengwi I Badung, dimana umur petugas diatas 30 tahun dan masa kerja
yang lebih lama memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
termasuk dalam kategori kurang yaitu sebesar 52,5% dan penerapan manajemen
kurang (54,1%) dan pengawasan dan pertanggung jawaban juga kurang (54,1%).
membuat target dari jumlah kunjungan dan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan
pengobatan. Target kunjungan tidak dibuat, karena menurut alasan responden adalah
ada yang menyatakan bahwa tidak tahu cara menghitung target. Dana tidak
dan obat yang dibutuhkan oleh puskesmas. Perencanaan terkait dengan program
pengobatan tidak semua dimasukkan dalam rencana usulan kegiatan dan rencana
perencanaan khusus di program pengobatan masih kurang, karena sampai saat ini yang
kegiatan yang termasuk dalam program promotif dan preventif. Program pengobatan di
Seluruh program yang ada di puskesmas baik program pengobatan maupun program
mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang berkaitan
Minasa Upa Kota Makassar tersebut selalu dimulai dengan penentuan program kegiatan
yang akan dilakukan selama kegiatan akan berjalan. Hasil penelitian tersebut
rencana tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan, jadwal kegiatan, biaya, manajemen
pelaksanaan kegiatannya bagaimana dan semua hal yang menyangkut dari perencanaan
pelaksanaan kegiatan. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ningrum (2006) yaitu
Menurut hasil penelitian Ramsar dkk. (2012), menunjukkan bahwa langkah awal
dilaksanakan dengan lebih terarah, seperti dalam melaksanakan perencanaan UKGS hal
yang dilakukan yaitu mengetahui jumlah sekolah, meminta data murid dari tiap sekolah,
mengatur tenaga dan mengatur jadwal pelaksanaan UKGS. Petugas juga melaksanakan
penyusunan RKO seperti mengatur tenaga, jadwal pelaksanaan UKGS, dan penentuan
sumber dana yang berasal dari BOK. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Richard, B.
dkk. (2006) bahwa perencanaan strategis dalam suatu organisasi adalah untuk
Dilihat dari sub variabel pelaksanaan dan pengendalian, hasil penelitian ini
dan telah membahas kegiatan program pengobatan. Sebagian besar puskesmas membuat
jadwal petugas jaga di Poli Umum dan ditempel pada tempat yang mudah dilihat
seperti ditempel pada tembok dekat pintu masuk Poli Umum. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan melihat petugas yang sedang bertugas di poli umum dan memudahkan
koordinator dalam berkoordinasi. Survei kepuasan kepada pelanggan baik oleh pihak
internal dan eksternal sampai saat ini hampir tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian
tidak ada format kuesioner yang akan diberikan kepada pelanggan dan tidak ada yang
puskesmas maupun oleh dinas kesehatan. Menurut asumsi peneliti bahwa dengan tidak
Kabupaten Karangasem belum dapat mengevaluasi sejauh mana mutu pelayanan dan
76
kepuasan pasien terhadap pelayanan di puskesmas. Hal ini dapat menjadi kendala dalam
semua komponen dapat menjalankan tugas mereka sesuai dengan perannya masing-
masing demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa pada dasarnya suatu kegiatan yang tanpa diikut sertakan dengan
adanya koordinasi, komunikasi dan pengarahan akan mengalami hambatan dalam hal
Dilihat dari sub variabel pengawasan dan pertanggungjawaban pada penelitian ini,
diketahui hasil penilaian terhadap pertanyaan terkait ada tidaknya pengawasan dari
kepala puskesmas baik terhadap keberadaan petugas, ketepatan waktu pelayanan dan
pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan di Poli Umum, sebagian besar diketahui tidak
adanya pengawasan secara rutin dari kepala puskesmas terhadap pelayanan di Poli
Umum. Kegiatan monitoring dari dinas kesehatan terhadap ketersediaan SOP terkait
sebagian besar puskesmas. SOP yang ada masih terlihat terbatas, hanya monitoring
terkait ketersediaan obat dan bahan habis pakai hampir semua (93,4%) telah
terjadi. Hasil penelitian oleh Murifah (2012) tentang analisis kinerja pelayanan
diperbaiki dalam rangka mewujudkan tujuan . Hasil penelitian lain oleh Ramsar ,U. dkk
tahun 2012 menyatakan bahwa dari serangkaian kegiatan yang telah disusun dan
direncanakan yang kemudian berakhir pada tahap pengawasan yang akan menjadi
6.3 Komitmen Kerja Petugas pada Poli Umum di Puskesmas se- Kabupaten
Karangasem
yang lebih baik dengan terlibat aktif melakukan asuhan pelayanan kesehatan termasuk
di puskesmas (Luthans, 2006). Berdasarkan hasil penilaian pada penelitian ini diketahui
Karangasem masih termasuk kategori kurang yaitu sebesar 50,8% dan komitmen kerja
baik sebesar 49,2%. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian terhadap tiga sub
pengobatan masih kurang yaitu sebesar 54,1%. Inisiatif kurang ditunjukkan dengan
jawaban responden lebih sedikit yang menjawab terkait dengan adanya keinginan
dibandingkan dengan responden yang sudah merasa cukup atau hanya melanjutkan
pelayanan pengobatan yang sudah ada. Keinginan untuk pindah tugas dari tempat
sekarang juga banyak yaitu sebesar 50,8%. Keinginan pindah tugas lebih banyak
karena ingin kembali ke daerah tempat tinggal atau tempat asal. Menurut asumsi
78
peneliti hal ini akan dapat mempengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan yang
pengembangan kegiatan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan, hal ini
sesuai dengan yang disampaikan Kotler dkk. (2010) dalam Kumalasari, C. (2013) yaitu
untuk dapat berhasil suatu perusahaan perlu memahami konsumen dengan terus
Dilihat dari penghayatan visi misi, diketahui juga bahwa petugas yang memiliki
penghayatan visi misi dalam pelaksanaan program pengobatan masih kurang yaitu
sebesar 67,2%. Penghayatan visi misi kurang ditunjukkan dengan jawaban responden
mempunyai alasan tidak mengetahui visi misi puskesmas karena tidak pernah
disosialisasikan atau memang responden tidak memperhatikan visi misi yang tertempel
puskesmas tidak pernah mengacu kepada visi misi. Ada tidaknya visi misi terkesan
hanya merupakan sebuah kalimat yang harus ada sebagai persyaratan dari sebuah
kepada visi misi puskesmas sehingga dapat meningkatkan kinerja atau kualitas dari
pelayanan yang akan diberikan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Mangkuprawira,
(2009) dalam Wijaya, G. (2012) bahwa dalam peningkatan komitmen kerja memerlukan
penghayatan visi dan misi puskesmas. Visi merupakan suatu pernyataan yang berisi
79
tentang cita-cita dari organisasi, sedangkan misi mencakup kegiatan jangka panjang dan
Dilihat dari sub variabel yang ketiga yang mempengaruhi komitmen kerja petugas
peraturan puskesmas. Peraturan puskesmas dalam hal ini berupa tata tertib yang
kategori baik yaitu sebesar 65,6%. Hasil dari sub variabel ketaatan terhadap peraturan
puskesmas baik diperoleh dari pertanyaan terkait dengan adanya ketepatan waktu
dalam memberikan pelayanan, kepuasan terhadap aturan tata tertib dan kepuasan
terhadap pembagian tugas oleh kepala puskesmas. Menurut asumsi peneliti bahwa
terkait dengan ketepatan terhadap jam pelayanan karena saat ini puskesmas di
Kabupaten Karangasem telah menerapkan absen dengan sidik jari dan akan digunakan
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan (Alamsyah, 2011). Penelitian ini
Kabupaten Karangasem.
80
73,3% memiliki penerapan manajemen yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan
pengobatan yang kurang hanya 39,1% memiliki penerapan manajemen puskesmas yang
baik. Penerapan manajemen puskesmas yang baik dapat berpeluang memberikan mutu
pelayanan pengobatan yang baik sebesar 4,3 kali dari penerapan manajemen puskesmas
independen hanya sebesar 1,1 dan secara statistik tidak bermakna. Hal ini berarti
setelah memperhitungkan variabel lain dalam hal ini komitmen kerja petugas pengaruh
karena adanya hubungan komitmen kerja petugas dengan mutu pelayanan pengobatan
yang sangat kuat. Setelah dilakukan analisis tambahan ternyata secara statistik terlihat
pelayanan pengobatan adalah komitmen kerja petugas. Jika ingin memperbaiki mutu
pelayanan pengobatan maka yang perlu ditingkatkan adalah komitmen kerja petugas
sehingga dengan komitmen kerja yang baik, penerapan manajemen puskesmas akan
hubungan dengan mutu pelayanan pengobatan namun tidak secara independent, tetapi
bersama-sama dengan faktor lain. Hasil ini diperoleh karena dipengaruhi oleh data yang
pada poli umum sehingga hanya berdasarkan persepsi petugas terkait dengan penerapan
manajemen yang dilaksanakan oleh koordinator poli umum dan pihak manajemen
puskesmas lainnya.
81
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Ningrum,
S.F tahun 2006 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara perencanaan
program PMT di Puskesmas Kabupaten Tegal. Berbeda dengan hasil penelitian oleh
Dewi S.C (2011) pada 77 perawat di RSUP Dr. Sardjito, diketahui bahwa penerapan
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustiawan
RB tahun 2014 menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara masing-
yang signifikan. Hasil analisis bivariat terhadap perencanaan dengan mutu pelayanan
mutu pelayanan pengobatan baik 73,3% memiliki perencanaan yang baik, sedangkan
pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 36,9% memiliki perencanaan yang
baik, namun secara statistik tidak berhubungan secara signifikan dalam memberikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum,
S.F tahun 2006 yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten Tegal, yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara perencanaan dengan keberhasilan program PMT di
Puskesmas Kabupaten Tegal. Sejalan juga dengan hasil penelitian Ratnasih tahun 2001
82
yang menyatakan bahwa kualitas kerja perawat tidak dipengaruhi oleh fungsi
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Dewi, S.C tahun 2011 di
Irna I RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa ada hubungan fungsi
ini berbeda juga dengan hasil penelitian oleh Fenny tahun 2007 yang menunjukkan
adanya hubungan perencanaan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUP Fatmawati.
tidak adanya hubungan antara pelaksanaan dan pengendalian dengan mutu pelayanan
terlihat dari mutu pelayanan pengobatan baik 60,0% memiliki pelaksanaan dan
pengendalian yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang
hanya 41,3% memiliki pelaksanaan dan pengendalian yang baik, perbedaan yang
pengobatan baik pada pelaksanaan dan pengendalian baik 2,1 kali dibandingkan
pelaksanaan dan pengendalian yang kurang, namun secara statistik hubungan tersebut
tidak bermakna.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, S.F
tahun 2006 yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten Tegal, yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara pergerakan termasuk dalam fungsi pelaksanaan dan
Dewi, S.C (2011) bahwa fungsi pengaturan staf yang termasuk dalam pelaksanaan dan
persepsi baik terhadap pengaturan staf akan menerapkan keselamatan lebih tinggi dari
perawat yang memiliki persepsi tidak baik dengan OR= 3,84. Hasil ini juga berbeda
dengan penelitian oleh Irmawati (2008) yang meneliti tentang Hubungan Fungsi
variabel penggerakan dengan variabel cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah
terlihat yaitu mutu pelayanan pengobatan baik 73,3% memiliki pengawasan dan
kurang hanya 36,9% memiliki pengawasan dan pertanggungjawaban yang baik, yang
menghasilkan odds ratio (OR) sebesar 4,7 dengan 95%CI : 1,13-22,86 dan nilai p =
0,01. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Irmawati (2008) yang
SDIDTK balita dan anak prasekolah puskesmas di Kota Semarang. Kekuatan hubungan
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Koontz dan
Donnell dalam Dewi S.C, 2011 menyatakan bahwa perencanaan tanpa pengawasan,
pekerjaan tersebut akan sia-sia. Hasil ini juga sesuai dengan teori tentang pengawasan
oleh Terry dalam Ningrum, S. F (2008) yang menyatakan pengawasan itu menentukan
84
apa yang telah dicapai. Artinya dalam menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu untuk
Adiputri, A. 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nugroho (2004) yang
menjelaskan bahwa hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat pegawai daerah
supervisi mempunyai hubungan yang bermakna yaitu bidan desa yang supervisinya
6.5. Hubungan Komitmen Kerja dengan Mutu Pelayanan Pengobatan pada Poli
Umum di Puskesmas se- Kabupaten Karangasem
puskesmas (Luthans, 2006). Penelitian ini salah satu tujuannya adalah ingin
mengetahui hubungan komitmen kerja dengan mutu pelayanan pengobatan pada poli
yaitu mutu pelayanan pengobatan baik 86,7% memiliki komitmen kerja yang baik,
sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 36,9% memiliki
komitmen kerja yang baik. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa
komitmen kerja dengan mutu pelayanan pengobatan dengan adjusted odd ratio sebesar
85
10,5 artinya peluang untuk memberi mutu pelayanan pengobatan baik pada komitmen
kerja baik sebesar 11,3 kali daripada komitmen kurang baik dengan nilai 95% CI dari
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain oleh Malhotra dan Mukherjee
(2004) yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen akan memberikan
layanan yang optimal. Karyawan yang mempunyai komitmen tinggi selalu akan
berpihak dan memberikan yang terbaik kepada organisasi (Robbins dan Judge (2008),
Sopiah (2008)). Penelitian lain oleh Muchtar Hidayat (2010) menyatakan bahwa
yang memiliki komitmen yang tinggi akan memiliki kemauan secara sadar untuk
adanya instruksi melainkan termotivasi dari dalam diri sendiri sehingga pasien merasa
puas.
memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasi maka kualitas layanan yang diberikan
akan semakin meningkat. Menurut asumsi peneliti suatu organisasi dalam hal ini
memberikan layanan optimal memiliki komitmen yang tinggi untuk selalu memberikan
antara inisiatif dengan mutu pelayanan pengobatan pada Poli Umum Puskesmas di
86
Kabupaten Karangasem. Hubungan tersebut terlihat dari adanya perbedaan yang cukup
signifikan yaitu mutu pelayanan pengobatan baik memiliki inisiatif yang baik sebesar
73,3%, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 36,9%
memiliki inisiatif yang baik. Data tersebut memperlihatkan perbedaan yang jelas dan
menghasilkan odds ratio (OR) sebesar 4,7 dengan 95% CI : 1,13-22,86 dengan nilai p
memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada inisiatif yang baik sebesar 4,7 kali
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Ubaydillah, 2009
yang menyatakan bahwa inisiatif berkaitan dengan hasil pekerjaan, dan menghindari
peluang terjadinya masalah. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian oleh Wijaya,
G. 2012 bahwa terjadi peningkatan nilai inisiatif pada perawat dan bidan yang telah
diberi intervensi penerapan Manajemen Kinerja Klinik berbasis Tri Hita Karana
sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat dan bidan di RS. Menurut asumsi
peneliti bahwa petugas yang memiliki inisiatif akan dapat memberikan mutu pelayanan
yang baik kepada pelanggan. Dilihat dari tiga subvariabel komitmen kerja petugas
hanya inisiatif saja yang berhubungan dengan mutu pelayanan pengobatan, sehingga
dengan menumbuhkan inisiatif sehingga akan diikuti oleh ketaatan terhadap peraturan
Petugas yang memiliki komitmen kerja kurang yang ditandai dengan tingginya
keinginan untuk pindah tugas dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Karsh dkk.
(2005) yang menyatakan bahwa komitmen dan kepuasan kerja dipengaruhi oleh
87
pekerjaan dan faktor organisasinya dan dengan kurangnya komitmen dan kepuasan
Analisis bivariat terhadap sub variabel penghayatan visi misi dengan mutu
misi yang baik, sedangkan pada mutu pelayanan pengobatan yang kurang hanya 26,1%
memiliki penghayatan visi misi yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
peluang memberikan mutu pelayanan pengobatan baik pada penghayatan visi misi yang
baik sebesar 3,2 kali dibandingkan dengan penghayatan visi misi yang kurang namun
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Wijaya, G. tahun 2012
bahwa penerapan Manajemen Kinerja Klinik berbasis Tri Hita Karana telah dapat
menunjukkan kemampuan perawat bidan dalam menjabarkan visi misi RS dalam tugas
Penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian oleh Kumalasari, C. (2013) yang
menyatakan bahwa dengan memahami misi dan visi, pelaksana poli gigi akan memiliki
motivasi yang kuat untuk mengembangkan pelayanan menjadi lebih baik. Setiap
anggota organisasi harus mampu mengungkapkan misi secara verbal, dan setiap
karyawan harus menunjukkan pernyataan misi dalam tindakan. Misi juga akan
memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. (Healthfield dan Aditya
(2010) dalam Kumalasari, C. (2013)). Berdasarkan hal tersebut asumsi peneliti, bahwa
Upaya untuk menegakkan dan meningkatkan disiplin kerja para pegawai guna
mencapai hasil kerja yang maksimal. Untuk mendorong para pegawai untuk mematuhi
motivasi terhadap para pegawainya. Mematuhi peraturan merupakan salah satu alat ukur
dan pencerminan dari disiplin kerja (Delisa, 2013). Mematuhi peraturan meliputi
ketepatan waktu, taat jam kerja, taat pimpinan, taat prosedur kerja, melakukan
Hasil analisis bivariat terhadap sub variabel ketaatan terhadap peraturan puskesmas
pada penelitian diketahui adanya mutu pelayanan pengobatan baik memiliki ketaatan
terhadap peraturan puskesmas yang baik sebesar 86,7%, sedangkan pada mutu
pelayanan pengobatan yang kurang hanya 56,5% memiliki ketaatan terhadap peraturan
puskesmas yang baik, namun tidak mempunyai hubungan secara bermakna dengan
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Rosita (2007) bahwa
disiplin kerja mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap kinerja karyawan pada
Restoran Ichi Bento Bandung. Berbeda pula dengan hasil penelitian lain yang berkaitan
dengan kinerja yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan yaitu oleh Enjel (2006)
menghasilkan bahwa penerapan aturan etika memiliki hubungan yang positif dengan
Dalam setiap penelitian tentu tidak akan bisa sepenuhnya bisa terbebas dari
berbagai keterbatasan. Begitu pula dengan penelitian ini memiliki keterbatasan internal
yaitu saat proses pengumpulan data. Pengumpulan data saat wawancara tidak dapat
89
dilakukan secara rahasia pada semua responden karena beberapa responden berada
Pengumpulan data variabel komitmen kerja khusunya pada inisiatif dan ketaatan
terhadap peraturan puskesmas serta pada beberapa dimensi mutu pelayanan pengobatan
juga mengalami keterbatasan karena terjadi social desirable bias yaitu kecenderungan
terlihat positif sesuai dengan norma yang standar yang diakui banyak orang. Untuk
sehingga diharapkan kejujurannya dalam menjawab dan jawaban tersebut tidak akan
disampaikan kepada siapapun dan dijamin kerahasiaannya serta tidak akan berdampak
Keterbatasan eksternal juga terdapat dalam penelitian ini sebagai akibat dari
pemilihan rancangan penelitian ini adalah tidak mampu membuktikan tidak bisa
BAB VII
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dibuat beberapa simpulan
Karangasem.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, hasil pembahasan dan simpulan yang diambil maka
1) menciptakan rasa aman dan melakukan komunikasi yang baik dengan staf
terjadwal dan terimplementasi dengan baik serta memberikan dukungan baik secara
90
91
puskesmas.
penelitian ini.