Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINGGUAN

BIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

STERILISASI

Disusun oleh:

Nama : Arif Alwanatha Denta

Nim : 1209065041

Kelompok : 5

Asisten : Indra Sanjaya

LABORATORIUM REKAYASA LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan bertujuan untuk membebaskan,
membersihkan, mensterilkan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk
kehidupan terutama mikroba. Bertujuan agar mikroba tidak menghambat aktivitas dari
mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan keselamatan dari pelaksana kegiatan
tersebut. namun tidak semua proses sterilisasi bertujuan untuk membersihkan seluruh
mikroba tanpa menyisakan apapun, ada juga proses sterilisasi yang bertujuan hanya untuk
menghambat pertumbuhan mikroba, tidak memusnahkan seluruhnya. Sterilisasi pun terbagi
menjadi 3, yaitu sterilisasi secara mekanik, kimia, dan fisika. Dimana sterilisasi secara
mekanik itu adalah sterilisasi dengan pemanasan,radiasi sinar ultraviolet, sinar x,
penyaringan, sterilisasi kimia adalah sterilisasi dengan menggunakan bahan atau zat kimia
seperti alcohol, fenol, formaldehida, iodium, hipoklorit, dan juga detergen dan sterilisasi
secara fisik yang dilakukan dengan pemanasan baik itu meliputi panas kering,panas lembab
dan panas basah. Tujuan dari praktikum sterilisasi ini adalah, agar kita dapat mengetahui
tata cara dan bahan-bahan serta alat-alat yang digunakan untuk proses sterilisasi. Serta
menambah pengetahuan dan keterampilan kita tentang teknik atau tata cara sterilisasi dalam
mikrobiologi.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam proses sterilisasi
b. Mengetahui alat-alat dan fungsinya dalam proses sterilisasi
c. Mengetahui cara mensterilisasi media atau alat-alat yang digunakan
d. Mengetahui berbagai macam teknik mensterilisasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses yang dilakukan bertujuan
untuk mematikan semua mikrooragnisme yang ada di sebuah benda. Pensterilan terbagi
menjadi 3 cara yaitu, secara mekanik, secara kimia dan secara fisika, sterilisasi secara
mekanik adalah sterilisasi menggunakan alat, sterilisasi secara kimia adalah sterilisasi
menggunakan bahan kimia seperti alkohol dan lain lain, dan terakhir sterilisasi secara fisika
adalah sterilisasi dengan menggunakan saringan. Bila panas digunakan bersama-sama
dengan uap air maka biasa disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dilain
pihak sterilisasi kimiawi dapat dilakukuan dengan cara menggunakan gas atau radiasi
pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilisasi ( Hadioetomo, 1990 ).

Beberapa cara untuk mensterilkan medium :


a. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut
selama beberapa jam. Dengan cara ini maka matilah semua benih kehidupan cara yang
demikian ini dilakukan oleh spala zani (1779-1799) untuk membuktikan tidak mungkinya
abiogenesis.
b. Tyndallisasi media ini berupa dengan cara mendidihkan medium dengan uap untuk
beberapa menit saja. Sehabis didiamkan satu hari, selama itu spora spora sempat tumbuh
menjadi bakteri fegetatif maka bakteri itu didihkan lagi selama beberapa menit akhirnya
pada hari ketiga medium tersebut didihkan lagi, dengan jalan demikian diperoleh medium
yang steril dan lagi pula zat-zat organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami
perubahan seperti halnya pada (1) (Dwi joseputro, 1990).
c. Sterilisasi basah biasanya dilakukan dalam autoclave (pada hakikatnya autoclave adalah
pressure cooker berukurann besar atau sterilisator uap yang mudah diangkat dengan
menggunakan uap air jenuh bertekana pada suhu 171C. Panas lembab sangat efekti
meskipun pada suhu yangtidak terlalu tingi. Karena ketika uap baoir berkondensasi
padabahan-bahan yang disterilkan. Dilepas panas sebanyak 686 kalori pergram uap air
pada suhu 121C. Panas ini mendenaturasikan atau mensterilisasikan protein pada
organisme hidup dan kemudian mematikanya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan
untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air dan tidak rusak apabila
dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110C sampai 121C Bahan-bahan yang
biasa disterilisasikan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling,
peralatan laboraturium, biakan yang akan dibuang, medium tercemar dan bahan-bahan dari
karet.
d. Sterilisasi panas kering, kurang efesien dibandingkan dengan sterilisasi basa karena
membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal ini
disebabkan karena tanpa kelembapan tidak tidak ada panas lain. Sebagai contoh albumin
telur dengan kelembapan 50 menggumpal pada suhu 560C sedangkan tanpa kelembapan
baru menggumpal pada suhu 160C 175C. Karena bentuk kehidupan yang paling panas
yaitu endospora bakteri tidak berperilaku seakan-akan tidak mengandung kelembapan.
Maka panas kering harus mencapai suhu 160C-175C untuk dapat mematikanya
pemanasan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang dipanaskan pada oven
akan mencapai suhu 160C-175C selama sekurang-kurangnya 10 menit ( Hadi oetomo,
1990).
e. Dengan penyaringan (filtrasi), Medium disaring dengan saringan protein atau dengan
tanah diatome. Kekurangan dari cara ini adalah virus tak dapat terpisah dengan penyaringan
semacam ini. Oleh karena itu sehabis penyaringan medium masih perlu dipanaskan dengan
autoclave, meskipun tidak selama 15 menit temperatur 1210C penyaringan dapat dilakukan
juga dengan saringan yang dibuat dari asbes saringan ini lebih murah dan lebih mudah
penggunaanya dari padsa saringan porselin terlalu mahal untuk dibuang dan terlalu sulit
untuk dibersihkan ( Dwi djoseputro, 1990).

Selain itu, ada pula cara sterilisasi yang dapat digunakan antara lain:
1.Sterilisasi Uap (Panas Lembab)
Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air
dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121, tekanan yang
biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi
tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi untuk
media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media
yang terlalu lama menyebabkan :
1.Penguraian gula.
2.Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3.Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4.Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.

Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri
oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensialorganisme.

Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoclave adalah :
1.Suhu 115,5, waktu 30 menit
2.Suhu 121,5, waktu 20 menit
3.Suhu 126,5, waktu 15 menit

Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-
bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap
penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah,
penutup karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi.
1.Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat,
sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh.
Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert,
dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya
thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen
oksida. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan
kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum
etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85C dan 50% kelembaban relatif
dibutuhkan 4-5 jam pemaparan.
Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan
digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid,
propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan
untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik.
Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus SH, -OH, -COOH,-NH2
dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas,
suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada
adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus
pada bahan pengemas.
2.Sterilisasi dengan Radiasi
Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka
terhadap panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran
presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor
kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan waktu radiasi. Monitoring dan kotrol proses
sangat sederhana, tetapi kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator
sterilisasi. Prinsip sterilisasi radiasi adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung
mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Ada dua macam radiasi
yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar ) dan arus partikel kecil
(sinar dan ).
3.Sterilisasi dengan penambahan bahan kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu
yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang
sering digunakan antara lain :
a. Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum
digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih
rendah kurang efektif.
b. Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan
mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
c. Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim
atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada
sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
d. Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian
besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein
mikrobia. Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative
sekitar 70%. Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide
dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
e. Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada
formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif
melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang
tidak.
f. Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari
plastik.
h. Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada
tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit
baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
i. Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan
ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada
konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor.
j. Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan
aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
k. Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun
tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan
Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik.
l. Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga
dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
m. Hidrogen peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang
berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkungan daripada
klor.
Media adalah suatu bahan yang terdiri daricampuran zat-bermacam-macam cara hara
(nutrein) yangberguna untuk membiakan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-
macam medium dapat dilakukan isolasi.
Perbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikrobah supaya
mikroba dapat tumbuh lebih baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus
memenuhi syarat-syarat antara lain:
1. Harus mengandung semua zat hara yang mudahdigunakan olehmikroba.
2. Harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan PH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang dibiakan.
3. Tidak mengandung zat-zat yangdapatmemperhambat pertumbuhanmikroba.
4. Harus berada dalam keadan steril sebelum digunakan agar mikroba yang diinginkan
dapat tumbuhdengan baik.

Penggolongan kimia berdasarkan susunan kimianya:


1. Media anorganik yaitu media yangtersusun atas bahan-bahan anorganik.
2. Media organik yaitumedia yang tersusundaribahan-bahan organik.
3. Media sintetik (meia buatan) yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti,
medium ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan suatu mikroba.
4. Medium non sintetik yaitu media yang susunan kimianya tidajk dapat ditentukan secara
pasti. Media ini umumnya digunakan dan mempelajari taksonomi mikroba ( Sutedjo,
1996 ).
Media untuk karakterisasi bakteri adalah media yang digunakan untuk mengetahui spesifik
suatu mikroba.Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya
perubahan warna, contohnya adalah nitrate broth, lactose broth, arginine.
Penggolongan media berdasarkan sifad wujudnya:
1. Media cair, yaitu media yang berbentuk cair.
2. Media padat yaitu media yang berbentuk padat, media dapat berupa bahan organik
alamiyah misalnya dari kental wortel dan lain-lain ada juga berupa bahan anorganik
misalnya silika gel.
3. Media padat yang dicairkan (semi solid) yaituyang pabila dalam keadaan panas
berbentuk cair dalam keadan dingin berbentuk padat, misalnya media agar (Sutedjo, 1996).

Penggolongan media berdasarkan pada media:


1. Media diperkaya, yaitu media yang ditambahi zat-zat tertentu misalnya serum dara
ekstrak tanaman dan selain sebagainya.
2. Media selektif yaitu media yang ditambahi zat kimia tertentu untuk mencegah
pertumbuhan mikroba lain ( bersifat selektif ), misalnya media yang mengandung kristal
violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertubuhan bakteri gram positif tanpa
mempengaruhi pertumbuhan bakteri gram negatif.
3. Media diferensial, yaitu media yang ditambahi zat kimia tertentu yang menyebabkan
suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga
dapat dibedakan tipe-tipenya, misalnya media darah agar dapat digunakan membedakan
bakteri hemolitik ( pemecah darah ) dan bakteri non hemolitik.
4. Media penguji, yaitu media dengan susunan tertentu digunakan untuk pengujian
vitamin, asam amino, antibiotik dan lain sebagainya.
5. Media untuk perhitungan jumlah mikroba, yaitu media spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan.
6. Media khusus, yaitu media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu ( Sutedjo,
1996).
Bahan dasar untuk medium pertubuhan mikroba meliputi air, agar yang bersifat tidak dapat
diuraikan oleh mikroba, gelatin yang dapat diuraikan oleh mikroba dan silika gel yaitu
bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikrobia yang
bersifat obligatautotrof.unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam meliputi
karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup protein,
pepton dan garam-garam kimia, vitamin dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu serta
bahahn-bahan lain yang ditambahkan kedalam medium untuk tujuan tertentu seperti
indikator maupun antibiotik.
Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni
dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
1. Bahan dasar
a. air (H2O) sebagai pelarut.
b. agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh
mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45 oC.
c. gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino
yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang
mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa
unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace
element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik
esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik
antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan
untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan.

4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media


a. Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari
beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang
pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika
dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver,
darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada
bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta
dan daging sapi.
d. Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast
extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino
dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum,
glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk
analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Autoclave
2. Labu Erlenmeyer
3. tabung Reaksi
4. Pipet Hisap
5. Cawan Petri
6. Hot Plate
7. Timbangan
8. Kapas
9. Alumunium Foil
10. Spatula
11. Batang Pengaduk
12. Stirer
13. Botol sample gelap
14. kawat ose
15. medical sterilizer
16. kertas saring
17. corong

3.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. PDA ( Potato Dextrose Agar)
3. NA ( Nutrient Agar )
4. Kertas
5. Dexstrose
6. Agar
7. Pepton

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Sterilisasi
1. pertama semua alat seperti labu erlenmeyer, cawan petri, yang akan disterilkan
dicuci dulu dengan sabun sampai bersih
2. setelah itu dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan, dan setelah itu untuk cawan petri,
keseluruhannya dibungkus dengan alumunium foil, sedangkan untuk labu erlenmeyer,
cukup pada bagian mulutnya saja
3. lalu labu dan cawan petri dimasukkan kedalam oven/inkubator dengan suhu 180C
selama 3 jam

3.2.2 PDA (Potato Dextrose Agar)


1. Pertama siapkan 500 ml ekstract kentang
2. timbang Dextrose seberat 5 gram dan Agar 7,5 gram
3. Lalu, semua bahan dituang ke dalam labu erlenmeyer
4. Kemudian labu erlenmeyer dimiringkan lalu dimasukkan stirer kedalam labu dan mulut
labu ditutup dengan aluminium foil.
5. Lalu labu dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih
3.2.3 NA (Nutrient Agar)
1. Pertama siapkan 500 ml ekstrak daging,
2. timbang 2,5 gram pepton dan 7,5 gram agar.
3. masukan ekstract daging ke dalam labu erlenmeyer
4. masukan pepton dan agar kedalam tabung
5. Kemudian labu erlenmeyer dimiringkan lalu dimasukkan stirer kedalam labu dan mulut
labu ditutup dengan aluminium foil.
6. Lalu labu dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel pengamatan Peralatan dan Sterilisasi


No Nama alat Fungsi
1 Autoclave Memanaskan Media
2 Labu Erlenmeyer Wadah Larutan/tempat larutan
3 Pipet Hisap Mengambil dan memindahkan larutan
4 Cawan Petri Wadah sample
5 Hot Plate Memanaskan bahan
6 Timbangan Menimbang sample
7 Kapas Mengeringkan sisa air yang menempel di bahan
8 Alumunium Foil Membungkus/membalut/menutupi media
9 Spatula Mengambil memindahkan sample
10 Batang Pengaduk Mengaduk sample
11 Stirer Mengaduk sample
12 Botol Sample Gelap Menjaga agar larutan tidak terpengaruh cahaya
13 Kawat Ose Untuk inokulasi
14 Medical Sterilizer Mensterilkan media
15 Kertas Saring Menyaring bahan yang tidak larut
16 corong Mebantu agar larutan mudah dimasukan

4.2 Pembahasan

4.2.1 Autoclave
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang akan digunakan
Untuk proses kimia. Alat ini terbentuk dari dari baja tebal biasanya berlapis stainless steel
atau galvanis. Autoclave dirancang dengan tutup yang sangat rapat. Kegunaan utama dari
alat ini yaitu untuk membunuh mikroorganisme yang bandel diatasi dengan pemanasan,
penurunan kadar air dan antibiotik biasa.
4.2.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat ini sama dengan prinsip kerja kukusan (alat sederhana untuk menanak
nasi) hanya saja memiliki tekanan sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi. Hal ini
bertujuan untuk lebih menyempurnakan proses sterilisasi. Tahap sterilisasi sebenarnya
cukup singkat yaitu dengan suhu 121C selama 15 menit. Namun waktu keseluruhan mulai
dari pemanasan awal (kenaikan suhu) sampai pendinginan (penurunan suhu) bisa mencapai
kurang lebih 2 jam-an. Yang perlu diperhatikan selama mengoperasikan alat ini adalah: tulis
siapa pengguna (nama, waktu dan lab.) sebelum memulai, selalu memakai sarung tangan
tahan panas, isilah air sesuai ukuran yang ditentukan sebelum memulai, jangan membuka
autoclave sebelum suhu dingin (dibawah 60C).
4.2.3 Fungsi Autoclave
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan Untuk proses kimia atau membebaskan media
yang ingin dipakai dari pengaruh dan kontaminasi mikroba. Sehingga mikroba tidak
mengkontaminasi/mempengaruhi proses kimia yang akan dilakukan berikutnya
4.2.4 jenis jenis Autoclave
gravity displacement autoclave
Udara dalam ruang autoclave dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi, prinsipnya adalah
memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara, sehingga udara terletak
dibawwah uap.

Prevacuum / High Vacuum Autoclave


Autoclave ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir ssemua udara dari dalam
autoclave. Cara kerjanya dengan pengeluaran udara. Proses ini berlangsung selama 8-10
menit.
Steam flush Pressure-pulse Autocave
Autoclave ini mengggunakan aliran uap dan dorongan tekanan diatas tekanan atmosfer
dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoclave ini bergantung pada benda yang
disterilisasi.
4.2.5 Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat hara yang berguna untuk
membiakan mikroba. Pembiakan sel memerlukan suatu media sebagai tempat hidupnya
yang disebut dengan medium kultur dan media biakan Suatu medium kultur yang baik
harus memiliki komposisi yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta memiliki
kondisi lingkungan yang mendukung dan sesuai kondisi in vivo sel yang akan dikultur.
Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media, dan konsistensinya
sehingga dalam kultur yang dilakukan sel dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan
yang diharapkan. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak
jumlah, menguji sifat sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam
proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapka metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media (Tortora, 2001).
4.2.6 praktikum
Dalam percobaan Praktikum, hasil pembuatan NA pertama disiapkan 500 ml ekstrak
daging, 2,5 gram pepton dan 7,5 gram agar. Lalu, semua bahan dituang kedalam labu
Erlenmeyer,Kemudian labu erlenmeyer dimiringkan lalu dimasukkan stirer kedalam labu
dan mulut labu ditutup dengan aluminium foil.Lalu labu dipanaskan di atas hot plate hingga
mendidih.Medium yang telah disterilkan, tidak terdapat mikroba dan tidak terjadi
perubahan fisik seperti perubahan warna, tidak berbau, tidak terlihat permukaan medium
yang tidak ditumbuhi oleh koloni mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa medium yang telah
disterilisasi tidak terjadi kontaminasi mikroba. Dan pembuatan PDA (Potato dextrose
Agar) pertama disiapkan 500 ml ekstrak daging, 2,5 gram pepton dan 7,5 gram agar.Lalu,
semua bahan dituang kedalam labu Erlenmeyer,Kemudian labu erlenmeyer dimiringkan
lalu dimasukkan stirer kedalam labu dan mulut labu ditutup dengan aluminium foil, Lalu
labu dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih.
4.2.7 Kendala dan Faktor Kesalahan
Dalam melakukan praktikum, kendalanya adalah dibutuhkan waktu yang sangat lama
dalam proses sterilisasi yang mencapai 3 jam .dan Kurangnya fasilitas alat seperti
autoclave, dan sebagai gantinya kita menggunakan inkubator/oven sehingga kita belum
mengetahui secara pasti proses pemanasan sterilisasi tersebut.
Faktor kesalahan dalam praktikum seperti saat melakukan pelapisan alat-alat menggunakan
alumunium foil biasanya kita kurang teliti dalam melapisinya sehingga, terjadi kebocoran,
dan menggagalkan proses sterilisasi.
4.2.8 Faktor-Faktor yang mempengaruhi sterilisasi
a. kelembapan udara saat sterilisasi
b. konsentrasi gas
c. suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

a. sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses yang dilakukan bertujuan untuk
mematikan semua mikroorganisme yang ada di sebuah benda. Pensterilan terbagi
menjadi 3 cara yaitu, secara mekanik, secara kimia dan secara fisika, sterilisasi secara
mekanik adalah sterilisasi menggunakan alat, sterilisasi secara kimia adalah sterilisasi
menggunakan bahan kmia seperti alkohol dll, dan terakhir sterilisasi secra fisika adalah
sterilisasi dengan menggunakan saringan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan
uap air maka disebutsterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dilain pihak
sterilisasi kimiawi dapat dilakukuan dengan cara menggunakan gas atau radiasi
pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilisasi ( Hadioetomo,
1990 ).

b. Didalam percobaan yang dilakukan, terdapat alat-alat sebagai berikut, yaitu Autoclave,
Labu Erlenmeyer, pipet hisap, cawan petri, Hot plate, Timbangan, Kapas, Alumunium
Foil, Spatula, Batang Pengaduk, Stirer, Botol Sample Gelap, Kawat Ose, Medical
Sterilizer, Kertas Saring, dan corong

c. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara, pertama alat dicuci hingga bersih dan dibilas
dengan aquades, lalu alat di bungkus dengan alumunium foil, dan dimasukan dalam
oven, dengan suhu 180C selama 3 jam.

d. proses pembuatan PDA adalah, pertama timbang dekstrose seberat 5 gram dan agar
seberat 7,5 gram, lalu masukan extract kentang kedalam labu erlenmeyer, dan lalu
masukan Dextrose dan agar, kedalam labu, selanjutnya masukan stirrer, tutup mulut labu
erlenmeyer dengan alumunium foil, dan terakhir taruh labu erlenmeyer yang sudah
berisi bahan-bahan, diatas hotplate

e. proses pembuatan NA adalah, pertama timbang pepton seberat 2,5 gram dan agar seberat
7,5 gram, lalu masukan extract daging kedalam labu erlenmeyer, dan lalu masukan
pepton dan agar, ke dalam labu, selanjutnya masukan stirrer, tutup mulut labu
erlenmeyer dengan alumunium foil dan terakhir taruh labu erlenmeyer yang sudah berisi
bahan-bahan, diatas hotplate

5.2 Saran

Sebaiknya dalam proses sterilisasi dan pembuatan media harus diperhatikan kebersihannya
baik itu alat-alat, bahan-bahan yang digunakan dan juga untuk praktikan yang melakukan
percobaan, untuk mengurangi kontaminasi. Kelompok dibagi menjadi dua, untuk membuat
PDA (Potato Dextrose Agar) dan Membuat NA (Natrium Agar), agar lebih cepat selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro.1990.Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan:Jakarta.

Hadioetomo, Ratna Sri.1990.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.Gramedia:Jakarta.

Sutedjo, Mul Muliani.1996.Mikrobiologi tanah .Rineka Cipta:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai