Secara umum wanda wayang merupakan kesatuan dari berbagai unsur yang
terdiri dari posisi menunduk atau tengadahnya muka/wajah wayang, ukuran
dan bentuk sanggul, ukuran dan bentuk mata, kondisi badan, yaitu ukuran
dan posisinya, ukuran dan keseimbangan leher, sikap dan keseimbangan
bahu, ukuran bentuk perut, dan busana yang dipakai.
Dari hal yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
setiap satu tokoh wayang dapat memiliki bermacam-macam wanda dan
bentuk serta ukuran untuk mendukung disetiap suasana adegan yang
dibutuhkan. Memang ada beberapa perbedaan tentang wanda
dari gaya pedalangan tiap-tiap daerah, misalnya antara pedalangan gaya
Surakarta dengan pedalangan gaya Jawatimuran. Muka/wajah tokoh wayang
Bima atau Wrekodara pada gaya Surakarta berwarna hitam, namun pada gaya
Jawatimuran berwarna merah, dan lain-lain. Perbedaan tersebut tidak berarti
ada yang salah dari salah satu daerah, namun justru menunjukkan kekayaan
karakter budaya dari daerah yang bersangkutan.
Berikut ini akan disampaikan beberapa contoh dari wanda tokoh-tokoh wayang
beserta ciri-cirinya, antara lain Batara Guru wanda Karna. Ciri-ciri dari Batara
Guru wanda Karna adalah muka lebar agak menunduk, mata tegak, leher lebih
condong ke depan, tangan 4 (empat) buah yang 2 memegang cis, dan yang 2
lagi bersilang, dada tegak, mahkota topongan, praba kecil, busana bagian
bawah menggunakan sarung dengan penutup ukiran daun patran.
Fungsi dari tokoh wayang Batara Guru Wanda Karna adalah untuk adegan
dalam pathet Manyura, adegan Srambahan, artinya dapat digunakan untuk
segala suasana, adegan tidak dalam tahta/singgasana, adegan jaman Prabu
Parikesit.
Batara Guru wanda Rama, ciri-cirinya sebagai berikut muka menunduk, leher
panjang, menggunakan mahkota tinggi seperti yang digunakan Prabu Kresna,
posisi pundak tegak, posisi dada tegak, busana bagian bawah menggunakan
celana panjang, bersepatu dan dipenuhi dengan ukiran daun patran. Fungsi
dari Batara Guru wanda Rama digunakan untuk adegan Jejer Kahyangan, atau
adegan batara guru duduk di singgasana.
Durga wanda Wewe disebut juga wanda Belis yang gunanya untuk adegan-
adegan srambahan. Sedangkan ciri-cirinya adalah, muka menunduk, mata 2
(dua) buah berbentuk bulat, badan gemuk seksi (bentrok), sanggul kelingan,
pundak condong ke depan, pundak bagian belakang lebih tinggi, busana
bagian bawah dilingkari daun patran.
Durga Wanda Surak sama seperti Durga wanda Wewe. Durga Wanda Surak
juga digunakan untuk adegan srambahan. Perbedaan keduanya terletak pada
bentuk tubuh, busana serta pemunculan dan pembedaan karakter pada
suasana adegan yang berbeda. Sedangkan ciri-cirinya adalah muka tegak,
pundak tegak, mata satu buah berbentuk bulat, memakai praba, sanggul
gembelan, busana bagian bawah dilingkari daun patran.
Kresna Wanda Rondon digunakan untuk adegan jejer kerajaan dalam pathet
Nem. Sedangkan ciri-cirinya adalah wajah agak menunduk, posisi mata agak
tegak, posisi leher condong memanjang, dada tegak, pundak tegak, badan
berwarna prada emas dengan bentuk agak gemuk.
Tokoh wayang yang banyak digemari dan memiliki peranan yang juga banyak
dalam mendukung suasana adegan memiliki wanda yang banyak pula.
Mungkin Bimasena dan Arjuna memiliki wanda yang paling banyak
dibandingkan dengan tokoh wayang yang lain. Namun ada juga wayang yang
tidak memiliki wanda karena tidak populer.