Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PRODUKSI & OPERASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Komunikasi Bisnis

Dosen : Kornelis Ruben, SS, M.Pd

Disusun Oleh :

Mohamad Tardi

MA165044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

STIE TRIGUNA BOGOR

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan rahmatnya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini kami sampaikan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Komunikasi Bisnis untuk melengkapi persyaratan tugas kuliah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, penulis terbuka kepada setiap kritik
dan saran yang bersifat membangun, agar dapat menuliskan makalah yang lebih
baik lagi di waktu mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................


Daftar Isi .........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Produksi Atau operasi ..........................................................
2.2 Sistem Produksi/Operasi ............................................................................................
2.3 Penentuan Lokasi Perusahaan ....................................................................................
2.4 Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi .................................................................
2.5 Rancangan Pabrik Dan Sistem Produksi ....................................................................
2.6 Perencanaan Jumlah Produksi Dan Penentuan Standar .............................................
2.7 Pengelolaan Dalam Kegiatan Operasi ......................................................................
2.8 Pengawasan Kegiatan Produksi ...............................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................
3.2. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang diketahui, manajemen pada dasarnya adalah proses
pengambilan keputusan mengenai perencanaan pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian yang dilakukan sebagai pencapaian tujuan suatu organisasi.
Sejalan dengan hal tersebut, maka manajemen produksi atau operasi adalah
proses pengambilan keputusan dalam usaha untuk menghasilkan barang
maupun jasa sehingga menepati sasaran yang berupa tepat waktu, kualitas dan
tepat jumlah dengan biaya yang efisien. Maka dari itu, manajemen produksi
atau operasi mengkaji pengamblian keputusan dalam fungsi produksi maupun
operasi.
Melalui kegiatan produksi atau operasi seluruh sumber daya, masukkan
perusahaan diintergrasikan untuk menghasilkan keluaran yang mempunyai
nilai tambah. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk barang jadi, barang
setengah jadi dan jasa. Maka dari itu, kegiatan produksi atau operasi menjadi
salah satu fungsi prioritas perusahaan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai niat dan tujuan.
Adapun niat penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Bisnis. Sementara tujuan penulis adalah agar makalah ini dapat memberikan
wawasan tentang Manajemen Produksi dan Operasi kepada para pembaca.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian Manajemen Operasi?
2. Bagaimana Sistem Produksi/Operasi?
3. Bagaimana penentuan lokasi perusahaan/produksi?
4. Bagaimana pengaturan proses Produksi/Operasi?
5. Bagaimana rancangan pabrik dan sistem produksi?
6. Bagaimana perencanaan produksi dan penentuan standar?
7. Bagaimana pengelolaan dalam kegiatan operasi?
8. Bagaimana pengawasan kegiatan produksi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Manajemen Operasi
2. Mengetahui Sistem Produksi/Operasi
3. Mengetahui penentuan lokasi perusahaan/produksi

1
4. Mengetahui pengaturan proses Produksi/Operasi
5. Mengetahui perencanaan produksi dan penentuan standar
6. Mengetahui pengelolaan dalam kegiatan operasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Produksi & Operasi


Manajemen produksi merupakan salah satu cabang manajemen
yang kegiatannya mengatur, supaya dapat menciptakan dan menambah
kegunaan sebuah barang maupun jasa. Untuk mengatur kegiatan tersebut,
dibutuhkan pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
usaha-usaha mencapai tujuan, supaya barang dan jasa yang dihasilkan
sesuai dengan perencanaan.
Manajemen operasi merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen serta
untuk mengintegrasikan segala sumber daya dengan efisien sebagai rangka
pencapaian tujuan.
Terdapat 3 unsur manajemen, yaitu terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan diantaranya meliputi; penentuan strategi operasi,
penentuan lokasi pabrik, riset dan pengembangan produk, penentuan
jumlah produk, penentuan luas serta pola produksi, penyusunan layout
& job design dan pengentuan standar kerja.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi; pengaturan bahan baku, pengaturan
proses produksi, pemeliharaan dan penggantian fasilitas, perbaikan
lingkungan kerja dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
3. Tahap Pengawasan
Tahap pengawasan meliput; pengawasan kualitas dan kuantitas serta
pengawasan biaya produksi dan operasi.

2.2 Sistem Operasi


Sistem Operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem
transformasi yang menghasilkan barang dan jasa. Gambaran dari sistem ini

3
tak hanya menjadi acuan bagi definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem
transformasi, namun juga menjadi dasar yang kuat bagi rancangan serta
analisi operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan adalah energi,
material, tenaga kerja dan informasi. Sementara sistem operasi yang
disandarkan pada kendali syariat akan memastikan berjalannya proses
transformasi yang amanah, disamping jaminan halal atas seluruh masukan
yang digunakan serta semua keluaran barang yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga subsistem manajemen
operasi. Contohnya, lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja,
bahan mentah yang menjadi input. Perkembangan teknologi dapat
mengubah proses transformasi. Produk yang dihasilkan oleh organsiasi
dilempar ke lingkungan eksternal, tetapi lingkungan eksternal juga
mempengaruhi keluaran atau output yang dihasilkan. Misalnya, perubahan
preferensi konsumen tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan
membantu proses transformasi.

2.3 Penentuan Lokasi Produksi


2.3.1 Kriteria Penentuan Lokasi Produksi
1. Kriteria Subyektif, yakni keputusan lokasi produksi
berdasarkan pertimbangan subyektif pemilik perusahaan di
mana keputusan subyektif tersebut akan sangat mempengaruhi
tercapainya keberhasilan dalam bisnis, jika keputusan subyektif
tersebut didukung oleh berbagai faktor yang memperkuat
keputusan subyektif.
2. Kriteria Obyektif, yakni perimbangan atas berbagai faktor yang
akan mendukung tercapainya keberhasilan. Seperti halnya
regulasi pemerintah seputar bisnis yang dijalankan, budaya
masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat
persaingan, akses transportasi dan lain-lain.

4
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja
1. Biaya Ruang Kerja
Biaya untuk memenuhi kebutuhan ruang kerja dapat berbeda
dari satu lokasi ke lokasi yang lain, tegantung dari letak lahan.
2. Ketersediaan dan Biaya Tenaga Kerja
Perusahaan dapat menentukan lokasi di mana terdapat banyak
tersedia tenaga kerja dengan keahlian khusus yang dibutuhkan.
Biaya tenaga kerja sangat bervariasi, tergantung dari lokasi
perusahaan.
3. Insenttif Pajak
Insentif pajak diberikan sebagai penambahan lapangan kerja
maupun memperbaiki keadaan ekonomi di daerah-daerah yang
menawarkan kredit pajak.
4. Sumber Permintaan
Biaya transportasi dan jasa produk dapat diminimalisir dengan
memproduksi di lokasi yang dekat dengan sumber permintaan
dari konsumen.
5. Akses Transportasi
Perusahaan lebih mengutamakan lokasi dekat sumber utama
transportasi agar para konsumen lebih mudah mengakses
perusahaan dalam menentukan lokasi bisnis manufaktur dan
jasa.
2.3.3 Lokasi Bisnis Penghasil Barang (Manufaktur)
Terdapat 3 model penghitungannya, diantaranya :
1. Metode penghitungan biaya angkut dan jarak yang terendah;
contohnya, perusahaan konveksi, lebih memilih lokasi di
daerah Kudus yang dekat dengan Pasar Kliwon untuk
memasarkan produknya, dan untuk bahan bakunya pun banyak
tersedia.

5
2. Metode perbandingan biaya operasi; yakni memilih sejumlah
alternatif lokasi kemudian dibandingkan dan dipilih alternatif
lokasi dengan biaya operasi yang paling rendah.
3. Metode pendekatan kualitatif; contohnya, pabrik semen dan
muinyak, memilih lokasi yang berdekatan dari sumber bahan
baku.
2.3.4 Lokasi Bisnis Jasa
Bisnis jasa lebih diutamakan yang lokasinya strategis,
sebab tidak ada biaya angkut. Namun bisnis jasa yang mendatangi
konsumen seperti jasa sedot WC misalnya, tidak perlu strategis
karena yang terpenting adalah sarana komunikasi kepada
konsumen; dengan cara menempelkan nomor telepon di lokasi.

2.4 Pengaturan Proses Produksi dan Operasi


Keputusan terkait proses produksi merupakan keputusan yang
penting dalam melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur
sesuai dengan keinginan dan keadaan perusahaan, yaitu dengan memilih
dari berbagai alternatif proses produksi sebagai berikut :
1. Sistem Produksi Intermiten
Sistem produksi intermiten merupakan kegiatan pengelolaan produksi
yang bersifat tidak berkelanjutan dan tidak menerapkan pola mulai-
selesai. Artinyam kepastian mengenai kapan memulai proses produksi
dan kapan proses produksi akan selesai sudah jelas. Tedapat dua jenis
pola produksi yang menerapkan sistem intermiten :
a. Produksi Masal (Mass Production)
Pada umumnya, berlaku pada perusahaan manufaktur.
Dilakukan sesuai standar produksi tertentu, prosedur tertentu
dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi.
b. Pilihan Masal (Mass Customization)
Dalam hal ini perusahaan memberi kewenangan kepada
konsumen untuk menentukan selera dan daya beli masing-

6
masing. Perusahaan memproduksi vaiasi produk yang lebih
banyak dan menarik, misalnya komputer atau gadget.
2. Sistem Proses Produksi Berkelanjutan (Continous Production System)
Sistem produksi di mana pengelolaan kegiatan produksi bersifat
terus-menerus dan untuk jangka waktu yang relatif panjang
kemudian disimpan dalam gudang, disalurkan kepada penyalur
lantas dijual kepada konsumen. Contoh; perusahaan manufaktur
seperti perusahaan farmasi atau pertambangan, sedangkan
perusahaan jasa seperti transportasi umum yang terus menerus
memberaikan penumpang dari terminal.
3. Proses Produksi Pelayanan
a. Produksi Terstandarisasi
Proses produksi yang berdasarkan pada standar perusahaan.
Standar tersebut dirancang dari informasi konsumen. Konsumen
membeli sebagaimana produk yang telah tersandarisasi tersebut.
b. Produksi Menurut Pesanan
Proses produksi dilakukan untuk membuat produk sebagaimana
yang telah dipesan konsumen. Maka hasilnya tidak tersandarisasi
tetapi memiliki berbagai variasi.
4. Sifat dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur terdapat beberapa jenis,
diantaranya :
a. Proses Ekstraktif
Kegiatan produksi yang hanya mengambil dari alam dan telah
terjadi produksi akhir. Contoh; emas, batu bara dan sejenisnya.
b. Proses Analitis
Kegiatan produksi yang memisah-misahkan bahan alam menjadi
produk akhir. Contoh; minyak, semen dan sejenisnya.
c. Proses Sintesis

7
Kegiatan produksi yang mencampurkan bahan-bahan dan diolah
menjadi produk akhir. Contoh; makanan, minuman dan obat-
obatan.
d. Proses Pengubahan
Kegiatan Produksi yang mengubah bahan baku menjadi produk
akhir. Contoh; elektronik.

2.5 Rancangan Sistem Produksi


Rancangan (design) menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau
kantor. Tata letak (layout) merupakan pengaturan mesing dan
perlengkapan di dalam pabrik atau kantor. Dalam hal ini, pabrik atau
rumah produksi adalah tempat di mana kegiatan produksi berlangsung.
Keputusan mengenai rancangan rumah produksi adalah keputusan yang
menyangkut bagaimana perusahaan merancang tempat produksi; mulai
dari fasilitas, pekerjaan, ruang kerja, gudang dan lain-lain. Sebagai contoh
untuk perusahaan garmen, perlu ditentukan di mana meletakkan bahan
baku, menempatkan para pekerja, mesin dan menyimpan hasil akhir.
Demikian pula halnya dalam bisnis restoran; seorang manajer perlu
merancang di mana letak kasir, meja makan, dapur, toilet hingga lahan
parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkit bagaimana proses konversi
dalam sistem produksi dilakukan. Ada beberapa jenis rancangan dalam
sistem produksi, diantaranya :
1. Rancangan Produksi
Rancangan produksi adalah rancangan sistem produksi yang
bersifat berkesinambungan dari awal hingga akhir, dan mengikuti satu
pola proses produksi. Sebagai contoh, proses pembuatan kain dari
kapas hingga kain jadi. Tahapan proses pembuatan kain tersebut mulai
dari bahan baku berupa kapas disiapkan, kapas dipintal menjadi kain
dalam mesin pintal, kain yang sudah jadi melalui pembersihan,
kemudian kain dan diwarnai dan dibersihkan lagi kemudian

8
dikeringkan, lalu kain melalui proses penggulungan kemudian
digudangkan.
2. Rancangan Proses
Rancangan proses adalah rancangan sitem produksi yang proses
produksinya mengikuti jenis proses yang harus dilakuakan dan tak
selalu harus mengikuti seluruh proses yang ada. Contah, proses
pemeriksaan kesehatan disebuah poliklinik. Proses dimulai dari pasien
datang, mendaftar ke resepsionis lalu menunggu diruang tunggu.
Proses selanjutnya sangat bergantung jasa apa yang diinginkan oleh
pasien, apakah perlu ke dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam
atau spesialis bedah.
3. Rancangan Posisi Tetap
Rancangan posisi tetap adalah sistem produksi dimana produk
yang akan dibuat diletakkan disatu tempat dan berbagai fasilitas seperti
mesin, alat produksi, dan tenaga kerjanya mengerjakan proses produksi
di tempat tersebut. Contoh, pembuatan pesawat terbang, atau proses
make up artis.
Keputusan terkait rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya
operasi secara langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa,
mesin dan perlengkapan. Hal ini dapat berpengaruh pula pada
pengeluaran untuk bunga karena mempengaruhi jumlah pinjaman
untuk membeli properti atau mesin.
Prinsip dalam penetapan layout, agar diperoleh: jarak angkut
minimum, aliran matarian seimbang dengan kapasitas, penggunaan
ruang efektif, fleksibel untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah
karakteristik lokasi. Jika lokasi terdapat pada daerah yang harga
lahannya mahal, dapat dirancang gedung tingkat tinggi agar
meminimalisir anggaran lahan yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi ketiga rancangan sistem
proses produksi diatas. Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi oleh

9
sedikit banyaknya jenis produksi yang dihasilkan dan kapasitas
produksi yang diinginkan. Rancangan dan tata letak harus mampu
disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah
produksi yang diinginkan.

2.6 Perencanaan Jumlah Produksi dan Penentuan Standar


Perkiraan jumlah produk yang diciptakan pada waktu mendatang dan
penentuan standar dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
a. Penghitungan Forecast Produksi
Forecast produksi didasarkan forecast penjualan perusahaan. Forecast
penjualan dapat dilakukan dengan metode statistik dan metode
pendapatan.
b. Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah
penjualan itu perusahaan tidak laba dan tidak rugi yang berarti total
biaya (Total Cost) sama dengan total pendapatan (Total Revenue).
Jumlah produk di buat harus lebih besar dari unit terjual pada BEP.
Perhitungan BEP memiliki asumsi, bahwa: Biaya dapat dipisah
menjadi biaya tetap dan variable; harga jual dan biaya variabel per unit
dalam periode perhitungan selalu tetap; semua produksi terjual habis
sehingga kuantitas penjualan sama dengan produksi.
c. Penentuan Standar Kinerja
Standar kerja yang harus diterapkan antara lain :
1. Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dapat
dilakukan standar per atribut dari barang dan jasa. Untuk menjamin
kualitas barang perlu pengendalian mutu terpadu. Standar kualitas
ini mencakup rencana, proses produksi, monitoring dan tindak
lanjut.
2. Standar Kuantitas

10
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam suatu
periode tertentu untuk mencapai tujuan dan pertumbuhan
perusahaan.
3. Standar Waktu Proses
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal
agar diperoleh efisiensi yang maksimal.
4. Standar Produktivitas (Productivity)
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan
input yang digunakan. Ukuran produktivitas dapat diukur baik
secara total maupun partial atau bagian-bagiannya. Ukuran
produktivitas antara lain sebagai berikut:
a. Total Factor Productivity, dihitung dengan membaagi Output
perusahaan dengan; Labor, Capital, Material, Energy Input,
Businnes service.
b. Material Productivity, dihitung dengan membagi Output
dengan material.
c. Labour Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan
jumlah Labor.
2.7 Pengeolaan dalam Kegiatan Operasi
2.7.1 Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakukan dalam mengefesienkan
biaya pemasaran dan penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam
satu periode dengan penerapan metode EOQ (Economic Order
Quantity) jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk
efesiensi biaya penyimpanan ekstra (Extra Carrying Cost) dan
penganti bahan baku (Stoc Out Cost) dipergunakan metode ROP
(Re Order Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama yaitu:
bahan baku selalau tersedia pada leveransir; pola produksi yang
stabil dalam perusahaan; tarif biaya pesan dan simpan selalu tepat

11
dalam satu periode; bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat
disimpan; perusahaan memiliki gedang.
Metode Just in Time, yaitu metode pengelolaan bahan baku
tanpa harus memiliki gudang penyimpanan, karena bahan baku
yang dibeli dari pemasok langsung diproduksi.jika bahan baku
akan habis, levelansir selalu menyediakan dan menghantarkan
sampai lokasi tempat produksi. Dalam metode ini, levalinsir tidak
boleh terlambat, sebab akan mengganggu kegiatan produksi.
2.7.2 Keputusan Operasi
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam
operasi perusahaan.
1. Keputusan berkaitan dengan Proses
Mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
2. Keputusan berkaitan dengan Kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan
jumlah produk yang tepat di tempat, serta dalam waktu yang
tepat pula.
3. Keputusan berkaitan dengan Ketersediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencakup apa yang akan
dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan.
4. Keputusan berkaitan dengan Tenaga Kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencakup bagaimana
proses rekrutmen, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan
pengembangan, supervisi, kompensasi dan PHK.
5. Keputusan berkaitan dengan Mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus
menjadi orientasi bersama dalam setiap proses operasi
penetapan standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang
terlatih dan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.

12
2.8 Pengawasan Kegiatan Produksi
Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: Dalam
kegiatan perencanaan atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya
maupun tindak lanjut dari monitoring itu. Pengawasan dilakukan pada
seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi, meliputi: pada
kegiatan proses produksi; pada kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan;
pada biaya produksi/operasi yang dikeluarkan; pada tenaga kerja yang
melakukan kegiatan produksi.
1. Pembelian Bahan Baku
Para manajer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan
barang. Pertama memilih pemasok bahan baku dengan memperhatikan
karekteristik seperti harga, kecepatan, kualitas, layanan dan
ketersediaan kredit. Kedua mencoba mendapatkan potongan/diskon
menurut volume. Ketiga menyerahkan produksi kepada pemasok.
2. Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada
tingkat yang meminimkan biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku
adalah proses untuk menjamin bahawa bahan baku tersedia bila mana
diperlukan.
3. Pengurutan Rute (Routing)
Routing merupakan urutan (rute) tugas yang perlu nuntuk
menghasilkan sebuah produk. Bahan baku biasanya dikirimkan ke
masing-masing pos krja (work station) agar dapat dipakai sesuai
spesifikasi proses produksi. Bagian tertentu dari proses produksi
diselesaikan di setiap pos kerja. Proses routing biasanya dievaluasi
secara periodik untuk menentukan apakah bisa ditingkatkan sehingga
mendapat proses produksi yang lebih cepat dan murah.
4. Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk
setiap tugas dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rancangan
untuk timing dan volume tugas produksi. Penjadwalan dapat
menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan. Cara untuk
menjadwalkan proyek khusus adalah teknik evaluasi dan peninjauan

13
program (Program Evaluation and Review Technique-PERT),
menjadwalkan tugas dengan cara meminimalkan hambatan proses
produksi.
5. Pengawasan Kualitas
Kualitas adalah di mana derajat di mana barang atau jasa
memuaskan persyaratan atau harapan pelanggan. Pengawasan kualitas
merupakan proses untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa
memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi
perbaikan yang perlu dilakukan pada proses produksi. Kualiatas dapat
diukur dengan menilai beberapa karakteristik yang meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Pengawasan dilakukan pada berbagai waktu dari aktivitas produksi
meliputi: pada saat menentukan desain atau rancangan produk; pada
saat perencanaan proses produksi; pada aktivitas monitoring; pada
akhir proses produksi.
2.8.1 Cara Pengawasan
1. Pengawasan Terhadap Produk
a. Dengan Sertifikasi
Sertifikasi terhadap produk dapat dilakukan dengan
mengupayakan sertifikat berdasar standarisasi industri,
asosiasi dan sebagainya.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk mengendalikan
kualitas produk terhadap unsur kimiawinya yang dikandung.
3. Penilaian Dari Pendapat Konsumen
Pendapat konsumen didapat dari survei kepada konsumen
dengan mengedarkan daftar pertanyaan untuk dijawab
mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
4. Pengawasan Terhadap Proses Produksi
a. Dengan Penerapan Gugus Kembali Mutu (GKM)

14
Proses produksi dengan membentuk gugus yang terdiri dari
tiga sampai delapan orang yang pekerjanya sejenis.
b. Perolehan Sertifikasi ISO
Sertifikat ISO diberikan kepada perusahaan yang
memenuhi standart organisasi ISO pada perencanaannya
atau proses produksinya atau pengawasannya atau pada
tindak lanjutnya.
5. Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Dengan Standar
Produktifitas
Pengawasan ini dilakukan dengan membandingkan antara
kinerja para tenaga kerja dengan standar yang ditetapkan
sebelumnya.
6. Pengawasan Terhadap Standar Produksi
Pengawasan yang dilakukan melalui Manegement Control
Systems atau Sistem Pengendalian Manajemen. Caranya
dengan selalu membandingkan antara anggaran atau standar
yang lain dengan realita pembelanjaan pada bagian produksi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Produksi merupakan salah satu cabang manajemen
yang kegiatannya mengatur agar dapat menciptakan dan menambah
kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk mengatur kegiatan ini, perlu
dibuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan
apa yang direncanakan.
Unsur Manajemen terdiri dari: Perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan.
1. Tahap Perencanaan, meliputi: Penentuan strategi operasi;
penentuan lokasi pabrik; Riset dan pengembangan produk;
penentuan jumlah produk; penentuan luas dan pola produksi;
penyusunan layout & job design; serta penentuan standar kerja.
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi: Pengaturan bahan baku; pengaturan
proses produksi; pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan
lingkungan kerja; dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
3. Tahap Pengawasan, meliputi: Pengawasan kuantitas; pengawasan
kualitas; dan pengawasan biaya produksi dan operasi.

3.2 Saran
Setelah memahami kegiatan produksi dalam suatu perusahaan,
maka penulis menyarankan dan mengajak kepada pembaca agar dalam
menjalankan suatu produksi harus memahami terlebih dahulu terhadap
ketentuan standar suatu produksi, sehingga barang yang diproduksi
dapat diawasi dalam kegiatannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

M. Husni Mubarok, Pengantar Bisnis, Nora Media Enterprise, Kudus, STAIN,


2010
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995194-manajemen-
produksi/#ixzz1Xtb5kyHN
http://nurrahmanarif.wordpress.com/2008/11/12/manajemen-operasi
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995194-manajemen-
produksi/#ixzz1Xtb5kyHN
http://nurrahmanarif.wordpress.com/2008/11/12/manajemen-operasi
http://hamididoank.blogspot.co.id/2014/03/makalah-manajemen-poasionalr.html

17

Anda mungkin juga menyukai