Anda di halaman 1dari 15

MUSTIKA ARTA

Sabtu, 19 September 2015


PENENTUAN ANGKA IODIUM

BAB I
PENDAHULUAN

Bilangan iodin merupakan salah satu parameter penentuan mutu dari minyak atau lemak.
Bilangan iodin menyatakan ukuran ketidakjenuhan minyak atau lemak dan berkaitan dengan
kandungan asam lemak tidak jenuh dalam minyak atau lemak.
Dalam keseharian lemak biasa disebut minyak. Dapat disebut lemak, bila pada suhu
kamar dalam keadaan padat, sedangkan berbentuk cair, maka disebut minyak. Terdapat lemak
yang baik dikonsumsi, ada pula jenis lemak yang sebaliknya dihindari sama sekali. Jenis lemak
yang baik untuk dikonsumsi adalah lemak tak jenuh. Lemak yang tidak baik untuk dikonsumsi
adalah lemak jenuh.
Lemak jenuh adalah lemak yang sulit diuraikan menjadi unsur-unsur lain. Lemak jenuh
hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya. Lemak jenuh bersifat
lebih stabil daripada lemak tak jenuh. Lemak jenuh umumnya berhubungan dengan kolesterol.
Kebanyakan atau terlalu sering mengkonsumsi lemak ini akan berakibat buruk pada kesehatan.
Bermacam-macam penyakit dapat terjadi akibat penimbunan lemak jenuh. Lemak Jenuh dapat
menaikkan HDL (High Density Lipoprotein atatu kolesterol baik) dan juga LDL (Low Density
Lipoprotein atau kolesterol jahat). Lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semaki banyak
konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah. Contoh
makanan yang mengandung lemak jenuh adalah susu murni, keju berlemak, cokelat, daging,
kelapa, mentega, hati, ayam. Disamping efek buruk yang ditimbulkan lemak jenuh. Ternyata di
sisi lain memiliki keuntungan yaitu :
a. Lemak jenuh melindungi hati dari alcohol dan racun lainnya, seperti Tylenol.
b. Lemak jenuh meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
c. Lemak jenuh diperlukan untuk penggunaan asam lemak penting dalam jumlah tepat.
Lemak jenuh terdapat pula pada minyak kelapa atau kelapa sawit. Lemak jenuh pada
minyak kelapa merupakan lemak jenuh alami yang tidak mudah teroksidasi oleh panas dan
jarang menimbulkan reaksi inflamasi pada tubuh. Minyak kelapa berbeda dengan lemak jenuh
lain pada daging atau tanaman lain. Minyak kelapa mengandung medium-chain fatty acids yang
merangsang metabolisme, melindungi jantung dan pembuluh darah, memperbaiki pencernaan,
meningkatkan sistem imunnnn dan melindungi dari infeksi.
Lemak tak jenuh mudah bergabung dengan unsur lain dan membentuk molekul yang
dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terlalu berbahaya. Lemak tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Keberadaan ikatan ganda pada
lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk yaitu cis dan trans. Semua lemak nabati
alami hanya memiliki bentuk cis. Lemak bentuk trans hanya diproduksi oleh sisa metabolisme
hewan atau dibuat secara sintetis. Lemak tak jenuh berbentuk cair atau lunak jika berada pada
suhu ruangan. Lemak ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak
jenuh ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu tidak jenuh tunggal dan lemak
tidak jenuh ganda. Makanan yang mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak
kacang tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang mete. Sementara
lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang mengandung omega 3 seperti ikan
salmon, makarel, dan sarden, dan omega 6 seperti bunga matahari, kedelai, minyak jagung,
walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi. Lemak tak jenuh tunggal
dapat menurunkan kadar kolesterol darah maupun kolesterol LDL.
Lemak Jenuh memiliki rantai pendek (butirat, kaproat), rantai sedang (kaprilat, kaprat),
rantai panjang (laurat, miristat, palmitat, stearat). Lemak tak jenuh tunggal terdiri atas oleat yang
memiliki 18 atom C. Sedangkan lemak tak jenuh ganda terdiri atas omega 3 yang berisi linoleat
dan arachidonat. Omega 6 terdiri atas linoleat, EPA, DHA.
Lemak tidak jenuh tunggal terkenal dengan nama asam lemak omega 9. Kadar MUFA
dalam plasma cukup tinggi yaitu 17 %, yang menggambarkan diperlukannya MUFA dalam
kehidupan sehari-hari. Lemak tak jenuh ganda atau PUFA nerupakan asam lemak esensial yang
dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak dapat mensintesisnya.
Jenis Lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses
kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika
sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine mengandung
lemak trans. Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak
sebagai lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol.
Bilangan iodium mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan
lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Lemak yang tidak jenuh
dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom iodium ditambahkan pada setiap ikatan
rangkap dalam lemak). Semakin banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat
ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh
dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iodium) dari lemak bersangkutan. Asam
lemak januh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah cair, karenanya semakin tinggi
bilangan iodium semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.
Bilangan iodium dinyataka sebagai banyaknya garam iod yang diikat oleh 100 gram
minyak atau lemak. Penentuan bilangan iodium dapat dilakukan dengan cara hanus atau cara
Kaufmaun dan cara Von Hubl atau cara Wijs (Sudarmadji dkk, 1997). Pada cara hanus, larutan
iod standarnya dibuat dalam asam asetat pekat (glasial) yang berisi bukan saja iod tetapi juga
iodium bromida. Adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs
menggunakan larutan iod dalam asam asetat pekat, tetapi mengandung iodium klorida sebagai
pemicu reaksi (Winarno, 1997).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bilangan Iodium (BI)


Bilangan iodium mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan
lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Lemak yang tidak jenuh
dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom iodium ditambahkan pada setiap ikatan
rangkap dalam lemak). Semakin banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat
ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh
dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iodium) dari lemak bersangkutan. Asam
lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah cair; karenanya semakin tinggi
bilangan iodium semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.
Bilangan iodium dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gram
minyak atau lemak. Penentuan Bilangan iodium dapat dilakukan dengan cara Hanus atau cara
Kaufmaun dan cara Von Hubl atau cara Wijs (Sudarmadji dkk, 1997). Pada cara Hanus, larutan
iod standarnya dibuat dalam asam asetat pekat (glasial) yang berisi bukan saja iod tetapi juga
iodium bromida. Adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs
menggunakan larutan iod dalam asam asetat pekat, tetapi mengandung iodium klorida sebagai
pemicu reaksi (Winarno, 1997).
Pada percobaan kali ini, penentuan bilangan iodium dilakukan dengan cara Hanus.
Pereaksi iodomonobromida bereaksi dengan ikatan olefenik.
C=C + 2IBr - C- C-
Br Br
IBr + I- I2 + Br-
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Pereaksi iodomonobromida ditambahkan ke dalam sampel yang dilarutkan dalam
kloroform menggunakan buret. Campuran dikocok, kemudian disimpan dalam wadah tertutup
rapat, dan terhindar dari cahaya (di tempat gelap). KI dan iodium yang telah dibebaskan ,
ditambahkan ke dalam campuran, dan kemudian campuran dititrasi dengan natrium tiosulfat
0,1N menggunakan indikator kanji. Kemudian dilakukan titrasi blangko. Bilangan iodium
dihitung dengan rumus:
BI =
Keterangan:
V1 = volume larutan natrium tiosulfat 0,1 N pada titrasi blangko
V2 = volume larutan natrium tiosulfat 0,1 N pada titrasi sampel
W = bobot sampel yang ditimbang dalam gram
Pada percobaan kali ini, penentuan bilangan iodium minyak kelapa (oleum cocos ) tidak
dilakukan karena keterbatasan pereaksi. Bilangan iodium oleum cocos menurut literatur adalah
8-10. Nilai bilangan iodium untuk oleum cocos termasuk kecil karena ikatan jenuh yang
terkandung dalam oleum cocos tidak terlalu banyak, hanya sekitar 7,8%. Namun dari sampel
lain (sampel 6) didapatkan nilai bilangan iodium sebesar 2,538. Nilai ini jauh lebih kecil
daripada bilangan iodium minyak kelapa yang sebenarnya. Kemungkinan hal ini terjadi karena
sampel minyak kelapa telah mengalami penguraian.
Jika bilangan iodium tersebut lebih tinggi dari normal maka hal tersebut dapat berarti
bahwa ada pemalsuan dengan jenis lemak lain yang mempunyai bilangan iodium lebih tinggi.
Sebaliknya bila Bilangan iodium adalah lebih rendah dari normal maka hal itu berarti bahwa
lemak telah mengalami perlakuan khusus. Perlakuan tersebut kerap kali berupa penguraian
lemak untuk memisahkan asam oleat dari trigliserida. Dengan demikian akan diperoleh lemak
yang sangat tinggi kandungan ester-ester palmitat dan stearat. Bilangan iodium dapat pula
diperendah dengan cara menggunakan lemak-lemak yang telah dihidrogenasi.

BAB III
METODE ANALISIS

A. Alat Dan Bahan


1. Alat
a. Labu Erlenmeyer
b. Gelas Kimia
c. Gelas Ukur
d. Kompor Listrik
e. Corong
f. Buret
g. Statif dan klem
h. Pipet tetes, pipet 10 ml
2. Bahan
a. Minyak curah, minyak jelantah 1 X , 2 X , 3 X pakai.
b. Pelarut : 60 % asam asetat + 40 % Chloroform
c. Larutan Na2S2O3 0,1 N
d. Aseton
e. Larutan hanus
f. Larutan KI 15 %
g. Amilum 1%
h. Aquades

B. PROSEDUR
1. Timbang 0,5 gr minyak, masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup.
2. Tambahkan 10 ml Chloroform, kocok.
3. Tambahkan 15 ml larutan hanus ( gunakan buret)
4. Tutup Erlenmeyer, biarkan 30 menit sambil di kocok-kocok perlahan-lahan.
5. Tambahkan 10 ml larutan KI 15 %
6. Cuci tutup erlenmeyer dan dinding dalam labu Erlenmeyer dengan 50 ml H2O bebas (H2O
dipanaskan sampai mendidih kemudian dinginkan.)
7. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna coklat muda, segera tambahkan 2 ml amilum 1%
8. Titrasi diteruskan sampai warna biru gelap hilang (sebelum warna biru hilang, Erlenmeyer
ditutup dan kocok kuat-kuat, lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang).
9. Buat balanko dengan prosedur yang sama, bahan diganti pelarut.
10. Lakukan standarisasi Na2S2O3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah kali ini menentukan bilangan iodium a. Pada saat menentukan bilangan iodium,
hal pertama yang dilakukan adalah menimbang 0,5 gram minyak curah. Berat minyak sebesar
0,5183 gram. Volume blanko 5,75 ml, volume bahan 4,95 ml. Setelah dilakukan perhitungan
didapatkan bilangan iodium sebesar 3,30 m/yod dengan menggunakan minyak curah, angka
yodium berkisar antara 0,99 sampai 5,38. Sedangkan berdasarkan standar mutu minyak goreng
angka iodium yang baik adalah 45-46 m/yod. Hal ini menunjukkan apabila semakin kecil angka
yodium, maka minyak pun semakin jenuh.
Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI-3741-1995 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI-3741-1995
No Kriteria Pernyataan
1. Bau + rasa Normal
2. Warna Muda Jernih
3. Kadar Air Max 0,3 %
4. Berat Jenis 0,900 gr/liter
5. Asam Lemak Bebas Max 0,3 %
6. Bilangan Peroksida Max 2 mg/kg
7. Bilangan Iodium 45-46 m/yod
8. Bilangan Penyabuan 196 206
9. Index Bias 1,448 1,450
10. Campuran Logam Max 0,1 mg/kg
Hasil penentuan angka iodium ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Data Hasil Penentuan Bilangan Iodium dan Bilangan Peroksida
Ke Angka Iodium Bahan
M.Curah Jelantah 1 x Jelantah 2 x Jelantah 3 x
l
1. 3,30
2. 3,50
3. 0,99
4. 4,97
5. 1,44
6. 4,5
7. 3,02
8. 5,38

Contoh Penentuan Bilangan Iodium


Dik : Berat Minyak Curah = 0,5183 gram = 518,3 mg
Volume Na2S2O3 blanko = 5,75 ml
Volume Bahan = 4,95 ml
Normalitas Na2S2O3 = 0,1 N
BM I2 = 213,36
Dit : Bilangan iodium?
Jawab : (5,75 ml 4,95 ml) x 0,1 x 213, 36 x 100
518,3 mg
: 3,30 m/yod
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan dalam penentuan
bilangan iodium dimana semua kelompok menggunakan minyak curah didapatkan angka iodium
bekisar antara 0,99 sampai 5,38 m/yod. Hal ini menunjukkan semakin kecil angka iodium
menandakan minyak semakin jenuh. Mutu standar angka iodium yang baik adalah 45-46 m/yod.

DAFTAR PUSTAKA
Indrayatna . Lemak Jenuh dan Lemak Tak Jenuh. [Online]. Tersedia : http://xamherbal.com/lemak-
jenuh-dan-lemak-tak-jenuh/[5 Mei 2012]

Qauliya, Asta. Tak Semua Lemak Berbahaya Bagi Kesehatan.[Online]. Tersedia:


http://astaqauliyah.com/2006/08/tak-semua-lemak-berbahaya-bagi-kesehatan/[5 Mei 2012]

Rufiati, etna. 2011. Perbedaan Lemak Jenuh dan Tak Jenuh.[Online]. Tersedia :
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PerbedaanLemakJenu_EtnaRufiati_16374.pdf [5
Mei 2012]

Diposkan oleh Yosafat Mustiko Arto di 22.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Yosafat Mustiko Arto


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015 (90)

o September (90)

KONTRASEPSI ORAL

KADAR TEMBAGA (Cu2+)

KANKER PARU

JARINGAN EPITEL SEDERHANA BERBENTUK KOLOM


JARINGAN EPITEL

INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT NSAID

INFEKSI SALURAN KEMIH SEKUNDER

OBAT PENYEBAB IMPOTENSI

HUBUNGAN SOSIODINAMIS ANTARA ANAK YANG GAGAP


DAN ...

HERPES SIMPLEX VIRUS (HSV)

HEMOGLOBIN

GASTRITIS

GAGAL GINJAL KRONIK

GAGAL GINJAL AKUT

APLIKASI FLUIDA SUPERKRITIS PADA EKSTRAKSI MINYAK ...

FARINGITIS

EPILEPSI

METODE SEDERHANA UNTUK PEWARNAAN PROTEIN DAN


ELEK...

EKSISTENSI ILMU SOSIAL ALAMAMIAH DASAR SESUAI DENG...

DEPRESI

DIRECT COOMBS TEST

THIOCYANAT / RHODANIDA

Clostridium perfringens
CHIKUNGUNYA

Brucella abortus

BAHAYA NARKOBA

ANALISA KASUS HIPERTENSI

VERTIGO

DUCTUS CARSINOMA (KANKER PAYUDARA)

DUCTUS CARSINOMA (KANKER PAYUDARA)

Jajanan Kembang Gula yang Mengandung Bahan Pewarna...

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN MEDIS ESENSIAL

OBAT GENERIK

OBAT GENERIK

OBAT GENERIK

OBAT GENERIK

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG UMUMNYA DITANYAKAN


MEN...

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG UMUMNYA DITANYAKAN


MEN...

WASPADAI TURUNAN BARU NARKOBA

EFEK SAMPING METFORMIN: HEPATOTOKSITAS YANG


DIINDU...

VITAMIN D

KARAKTER KELEMBAGAAN SISTEM INFORMASI


TERKOMPUTERI...
MAGNESIUM (Mg) DAN IODIUM (I)

BORAKS

Pneumonia

PEMAKSAAN SUARA

PEMAKSAAN SUARA

PEMAKSAAN SUARA

Corynebacterium diphtheriae

Pseudomonas aeruginosa

Mycobacterium tuberculosis

ZAT PEWARNA MAKANAN

LIPIDA

MENINGITIS

TINJAUAN KASUS ETIKA FARMASI

MINUMAN BERALKOHOL

REGULASI GENETIK

PENENTUAN ANGKA IODIUM

STABILITAS PENGUJIAN: FOTOSTABILITAS UJI BAHAN OBA...

PENDEKATAN TERKINI UNTUK SISTEM PENGHANTARAN


OBAT ...

PENGEMBANGAN DAN EVALUASI TABLET MENGAMBANG


SALBUT...

Perlunya Rehabilitasi dan Prosedur untuk Pasien Ka...

PENILAIAN DAN PERBANDINGAN ANALISIS TUBEX UNTUK


DI...

OPTIMASI FASE GERAK

Formulasi & Evaluasi Krim Wajah Herbal Berbasis Ku...

Sulfonamida

AMOEBIASIS

TIFOID

Jenis-jenis insulin

PENYERAPAN KOLOID KE DALAM MEMBRAN RESPONSIF

Pengukuran Baru Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstr...

MEKANISME DIHIDROFOLAT REDUKTASE

Hemoglobinopati

IBU MENYUSUI DAN OBAT-OBATNYA

TRI CIRI DALAM BK

DEPRESI

GASTROENTERITIS VIRUS AKUT

MUTASI GEN

Rekomendasi perawatan otitis media akut

PROSEDUR KERJA STANDAR UJI COCOK SERASI METODE GEL...

FS PROTEIN TOTAL

Skala Kualitas Hidup / PASIEN KANKER PAYUDARA

Medication error
PERUBAHAN METODE AKUNTANSI

SIFAT INSTITUSIONAL DARI SISTEM INFORMASI TERKOMPU...

<!--[if gte mso 9]> 800x600 <![endif]--> <!--[if...

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[if gte ms...

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[if gte ...

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--> Kita sering...

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai