BAB I
PENDAHULUAN
1
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Yang termasuk dalam saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di
atas (proksimal) ligamentum Treitz, dimulai dari jejunum proksimal, duodenum,
gaster dan esofagus. (Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo, 2007)
2
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan
serosa) dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan
parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan lapisan ini disebut sebagai
rongga peritoneum. Peritoneum melipat dan meliputi hampir seluruh visera
abdomen.
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri
atas serabut serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas
serabut serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltik
usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat, sedangkan lapisan
mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan
kelenjar.
3
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Usus halus dicirikan dengan adanya tiga struktur yang sangat menambah
luas permukaan dan membantu fungsi utamanya yaitu absorpsi. Lapisan mukosa
dan submukosa membentuk lipatan lipatan sirkular yang disebut sebgai valvula
koniventes (lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai
10 mm. Adanya lipatan lipatan ini menyebabkan gambaran usus halus
menyerupai bulu pada pemeriksaan radiografi. Villi merupakan tonjolan
tonjolan mukosa seperti jari jari yang jumlahnya sekitar empat atau lima juta
dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan
menyebabkan gambaran mukosa menjadi menyerupai beludru. Mikrovilli
merupakan tonjolan menyerupai jari jari yang panjangnya sekitar 1 m pada
permukaan luar setiap vilus. Mikrovili terlihat dengan pemeriksaan mikroskop
elektron dan tampak sebagai brush border pada pemeriksaan mikroskop cahaya.
Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanya
sekitar 2.000 cm2. Valvula koniventes, vili, dan mikrovili sama sama menambah
luas permukaan absorpsi hingga 1,6 juta cm2, yaitu meningkat sekitar seribu kali
lipat. Penyakit penyakit usus halus (mis.,sprue) yang menyebabkan terjadinya
atrofi dan pendataran vili, sangat mengurangi luas permukaan absorpsi dan
mengakibatkan terjadinya malabsorpsi. (Lindseth, 2002)
4
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum
terminal berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus ke dalam
lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami
stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai penyulit penyakit ulkus
peptikum. Abnormalitas sfingter pilorus dapat pula terjadi pada bayi. Stenosis
pilorus atau pilorospasme terjadi bila serabut otot di sekelilingnya mengalami
hipertrofi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan
makanan dari lambung ke dalam duodenum. Bayi akan memuntahkan makanan
tersebut dan tidak mencerna atau menyerapnya. Keadaan ini mungkin dapat
diperbaiki melalui operasi atau pemberian obat adrenergik yang menyebabkan
relaksasi serabut otot.
5
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar
merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis
menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus
memanjang ke hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritoneum yang keluar
dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi, omentum
minus (disebut juga ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis)
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura
mayor, peritoneum terus ke bawah membentuk omentum majus, yang menutupi
usus halus dari depan seperti sebuah apron besar. Sakus omentum minus adalah
tempat yang sering terjadi penimbunan cairan (pseudokista pankreatikum) akibat
penyulit pankreatitis akut.
Tidak seperti daerah saluran cernal lain, bagian muskularis tersusun atas
tiga lapis dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian luar,
lapisan sirkular di bagian tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan
6
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
serabut otot yang unik ini memungkinkan berbagai macam kombinasi kontraksi
yang diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel partikel yang kecil,
mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan
mendorongnya ke arah duodenum.
7
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serta hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang
mempercabangkan cabang cabang yang memperdarahi kurvatura minor dan
mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteria
gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang
berjalan di sepanjang bulbus posterior duodenum. Ulkus pada dinding posterior
duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan terjadinya perdarahan.
Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari pankreas, limpa,
dan bagian lain saluran gastrointestinal, berjalan ke hati melalui vena porta.
(Lindseth, 2002)
1.3.3 Esofagus
8
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
9
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap
isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa mengandung sel sel sekretori
yang memproduksi mukus. Mukus mempermudah jalannya makanan sewaktu
menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Lapisan otot
lapisan luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang
terdapat di 5% bagian atas esofagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh
bagian bawah adalah otot polos. Bagian di antaranya terdiri dari campuran otot
rangka dan otot polos. Berbeda dengan bagian saluran cerna lainnya, tunika serosa
(lapisan luar) esofagus tidak memiliki lapisan serosa ataupun selaput peritoneum,
melainkan lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang menghubungkan
esofagus dengan struktur struktur yang berdekatan. Tidak adanya serosa
menyebabkan semakin cepatnya penyebaran sel sel tumor (pada kasus kanker
esofagus) dan meningkatnya kemungkinan kebocoran setelah operasi.
Fungsi sistem saraf enterik tidak bergantung pada saraf saraf ekstrinsik.
Stimulasi sistem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan atau menghambat
fungsi gastrointestinal. Ujung saraf bebas dan perivaskular juga ditemukan dalam
submukosa esofagus dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan
sebagai mekanoreseptor, termoosmo, dan kemoreseptor dalam esofagus.
Mekanoreseptor menerima rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan
10
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Aliran darah vena juga mengikuti pola segmental. Vena esofagus daerah
leher mengalirkan darah ke vena azigos dan hemiazigos, dan di bawah diafragma
vena esofagus masuk ke dalam vena gastrika sinistra. Hubungan antara vena porta
dan vena sistemik memungkinkan pintas dari hati pada kasus hipertensi porta.
Aliran kolateral melalui vena esofagus menyebabkan terbentuknya varises
esofagus (vena varikosa esofagus). Vena yang melebar ini dapat pecah,
menyebabkan perdarahan yang bersifat fatal. Komplikasi ini sering terjadi pada
penderita sirosis hepatis. (Wilson dan Lindseth, 2002)
11
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
II.1 Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi dan
berasal pada area proksimal saluran pencernaan bagian proximal dari Ligamentum
Treitz. Yang termasuk organ organ saluran cerna di proximal Ligamentum
Trieitz adalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga proximal dari
jejunum. Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan yang paling
sering terjadi dan sering ditemukan dibandingkan dengan kejadian perdarahan
saluran cerna bagian bawah. Lebih dari 50% kejadian perdarahan saluran cerna
bagian atas dikarenakan oleh penyakit erosif dan ulseratif dari gaster dan/atau
duodenum. (Shuhart, Kowdley, and Neighbor, 2002)
II.2 Epidemiologi
12
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
estimasi total dari jumlah rawat inap rumah sakit akibat perdarahan saluran cerna
bagian atas di Amerika Serikat sebanyak 150 per 100.000 populasi. Penelitian
HMO tunggal terbaru tentang kesehatan dasar pada suatu populasi di Amerika
Serikat, ditemukan sebanyak 102 kasus rawat inap akibat perdarahan saluran
cerna bagian atas per 100.000 populasi di tahun 1995. Pada data 1992 1999 dari
National Hospital Discharge Survey ditemukan angka rawat inap tahunan akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas didapatkan sebanyak 149 172 kasus per
100.000.
Dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF Penyakit
Dalam RSU dr.Sutomo Surabaya, 76.9% disebabkan oleh pecahnya varises
13
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
esofagus, 19.2% oleh gastritis erosif, 1.0% oleh tukak peptik dan 0.6% oleh
kanker lambung, dan 2.6% oleh karena sebab sebab yang lain. Laporan dari RS
pemerintah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak
perdarahan saluran cerna bagian atas sama dengan di RSU dr.Sutomo Surabaya.
Sedangkan laporan dari RS pemerintah di Ujung Pandang menyebutkan tukak
peptik menempati urutan pertama penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas.
Laporan kasus di rumah sakit swasta, yakni RS Darmo Surabaya, perdarahan
karena tukak peptik sebanyak 51.2%, gastritis erosif sebanyak 11.7%, varises
esofagus sebanyak 10.9%, keganasan sebanyak 9.8%, esofagitis 5.3%, sindrom
Mallory-Weiss sebanyak 1.4%, idiopatik sebanyak 7% dan penyebab penyebab
lainnya sebanyak 2.7%. Di negara barat, tukak peptik berada di urutan pertama
sebagai penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas dengan frekuensi sekitar
50%. Walaupun pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas telah banyak
berkembang namun mortalitasnya relatif tidak berubah, masih berkisar 8 10%.
Hal ini dikarenakan bertambahnya kasus perdarahan dengan usia lanjut, dan
akibat komorbiditas yang menyertai. (Adi, 2007)
II.3 Etiopatologi
14
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
b. Lesi dieulafoy.
c. Gastric antral vascular ectasia (GAVE).
d. Telagiectasia hemorragik herediter (Sindrom Osler-Webber-
Rendu).
e. Malformasi arteriovenosa.
10. Erosi aortoduodenale atau fistula.
11. Hemobilia.
15
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Dalam literatur yang ditulis oleh Pangestu Adi, 2007, penyebab timbulnya
perdarahan saluran cerna bagian atas yang sering dilaporkan adalah varises
esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindrome Mallory-
Weiss, dan keganasan.
16
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
disuntik dengan suatu larutan yang akan membentuk bekuan di dalam vena,
sehingga akan menghentikan perdarahan. Sebagian besar klinisi beranggapan
bahwa cara ini hanya berefek sementara dan tidak efektif untuk pengobatan
jangka panjang. Vasopresin (Pitressin) telah digunakan untuk mengatasi
perdarahan. Obat ini menurunkan tekanan vena porta dengan mengurangi aliran
darah splangnikus, walaupun efeknya hanya bersifat sementara. Kendati telah
dilakukan tindakan darurat, sekitar 35% penderita akan meninggal akibat gagal
fungsi hati dan komplikasi.
Bila penderita pulih dari perdarahan (baik secara spontan atau setelah
pengobatan darurat), operasi pirau porta kaval harus dipertimbangkan.
Pembedahan ini mengurangi tekanan porta (tekanan tinggi) dengan vena kava
inferior (tekanan rendah). Pirau merupakan terapi drastis untuk komplikasi utama
sirosis ini. Operasi ini memperkecil kemungkinan perdarahan esofagus
selanjutnya, tetapi menambah resiko ensefalo hepatik. Harapan hidup penderita
tidak bertambah karena masih ditentukan oleh perkembangan penyakit hati.
17
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
dan enema, dan bila pemecahan protein darah oleh bakteri tidak dicegah dengan
pemberian neomisin atau antibiotik sejenis. (Lindseth, 2002)
Gambar 8. Hasil gambaran gastroscopy pada varises esofagus yang disertai dengan cherry-red
spot (sumber dari: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Esophageal_varices_-_wale.jpg)
18
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
naproksen, serta obat obat yang lain berupa sulfonamida, steroid, dan
digitalis. Selain itu, asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga
diketahui dapat mengganggu sawar mukosa lambung. Efek anti
inflamasi dan analgetiknya terutama didasarkan melalui penghambatan
siklo oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin (dari asam
arakidonat). Salah satu efek OAINS yang tidak diinginkan adalah obat ini
menghambat sintesis prostaglandin secara sistemik, termasuk di epitel
lambung dan duodenum, serta menurunkan sekresi HCO 3- sehingga
memperlemah perlindungan lapisan mukosa dan juga menghentikan
penghambatan sekresi asam. Selain itu, obat ini juga merusak mukosa
secara lokal melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Efek
penghambatan obat ini terhadap agregasi trombosit akan meningkatkan
bahaya perdarahan ulkus.
Kejadian iskemia, misalnya vaskulitis atau saat melakukan lari maraton.
Stres, yakni kegagalan multi-organ, luka bakar, pembedahan, trauma
sistem saraf pusat.
Penyalahgunaan konsumsi alkohol dan zat kimia korosif.
Trauma akibat gastroskopi, tertelannya benda asing, rasa enek, muntah dan
mual berlebihan.
Trauma radiasi. (Silbernagl dan Lang, 2007; Lindseth, 2002)
Gambar 9. Gastritis erosif, tampak inflamasi pada lapisan mukosa gaster (sumber dari :
http://odlarmed.com/wp-content/uploads/2008/10/clip_image008-300x200.jpg)
19
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Gambar 10. Ulkus dan perforasi disertai perdarahan pada gaster (sumber dari :
http://altincekodhima.com/images/19235.jpg)
Gejala yang berkaitan dengan perdarahan ulkus bergantung pada
kecepatan kehilangan darah. Hematemesis atau melena dengan tanda syok apabila
perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi yang kronik sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi. Hasil pemeriksaan darah samar
dari feses dapat memperlihatkan hasil yang positif (tes guaiac positif) atau feses
mungkin berwarna hitam dan seperti ter (melena). Perdarahan masif dapat
mengakibatkan hematemesis (muntah darah), menimbulkan syok, dan dapat
memerlukan transfusi darah serta pembedahan darurat. Hilangnya nyeri sering
menyertai perdarahan sebagai efek bufer darah. Mortalitas berkisar hingga 10%,
dan pasien yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki angka mortalitas yang lebih
tinggi. Kelompok ini mewakili sekitar 20 hingga 25% kematian total dari ulkus
peptikum. (Akil, 2007; Lindseth, 2002)
20
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Gambar 11. Ulkus peptikum pada gaster dan duodenum (sumber dari :
http://images.medicinenet.com/images/illustrations/peptic_ulcer.jpg)
21
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
22
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
23
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Gambar 14. Robekan mukosa pada pertautan gastroesofageal pada Sindrome Mallory-Weiss
(sumber dari: http://pds10.egloos.com/pds/200808/18/95/f0013595_48a9727b5b0c3.jpg)
A. B.
Gambar 15. Endoskopi pada robekan di mukosa pertautan gastroesofageal pada Sindrome
Mallory-Weiss (sumber dari: http://www.gangmed.com/images/es23.jpg A;
http://cheilpkh.egloos.com/721213B)
II.3.6 Keganasan
Perdarahan saluran cerna bagian atas akibat dari keganasan pada esofagus
menjadi keluhan yang cukup sering ditemukan pada pasien dimana hematemesis
24
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
bisa terjadi dengan atau tanpa disertai melena. Akibat dari perdarahan ini dapat
menimbulkan anemia defisiensi besi pada pasien. (Abdurachman, 2007)
Gambar 16. Salah satu bentuk nidasi keganasan pada esofagus. (sumber dari:
http://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/c7_esophageal_cancer.jpg)
Salah satu keluhan yang diutamakan oleh pasien dengan keganasan pada
gaster adalah hematemesis (7%) sehingga menjadi faktor terjadinya perdarahan
saluran cerna bagian atas. Hal ini tidak lepas dari bentuk patologi dari keganasan
gaster serta lokasi tumbuhnya keganasan tersebut dalam lumen gaster.
Keganasan atau karsinoma gaster yang paling sering ditemukan adalah
adenokarsinoma (90 99%), sedangkan jenis yang lain berupa limfoma,
leiomiosarkoma, adenoxanthoma, dan lainnya cukup jarang ditemukan.
Kebanyakan lokasi karsinoma terletak pada daerah antropilorik dengan kurvatura
minor lebih sering daripada kurvatura mayor.
25
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Gambar 18. Tampilan endoskopik dari adenokarsinoma yang menginfiltrasi area kardia dan
fundus. (sumber: http://www.gastrointestinalatlas.com/English/
Stomach/Gastric_Cancer_II_/gastric_cancer_ii_.html)
26
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Gejala dan tanda klinis perdarahan saluran cerna bagian atas yang sering
ditemukan pada pasien adalah:
1. Anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang telah
berlangsung lama.
2. Hematemesis dan atau melena yang disertai atau tanpa anemia, dengan
atau tanpa gangguan hemodinamik, derajat hipovolemi menentukan
tingkat kegawatan pasien. (Adi, 2007)
27
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
28
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
4. Hipotensi persisten.
5. Dalam waktu 24 jam telah menghabiskan transfusi darah melebihi 800
1000 ml.
(Adi, 2007)
29
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
30
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Cara praktis dalam membedakan perdarahan saluran cerna bagian atas atau
saluran cerna bagian bawah terdapat pada tabel berikut ini.
31
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF Penyakit
Dalam RSU dr.Sutomo Surabaya, 76.9% disebabkan oleh pecahnya varises
esofagus, 19.2% oleh gastritis erosif, 1.0% oleh tukak peptik dan 0.6% oleh
kanker lambung, dan 2.6% oleh karena sebab sebab yang lain. Laporan dari RS
pemerintah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak
perdarahan saluran cerna bagian atas sama dengan di RSU dr.Sutomo Surabaya.
Sedangkan laporan dari RS pemerintah di Ujung Pandang menyebutkan tukak
peptik menempati urutan pertama penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas.
Laporan kasus di rumah sakit swasta, yakni RS Darmo Surabaya, perdarahan
karena tukak peptik sebanyak 51.2%, gastritis erosif sebanyak 11.7%, varises
esofagus sebanyak 10.9%, keganasan sebanyak 9.8%, esofagitis 5.3%, sindrom
32
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
33
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
34
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
menit dan dapat diulang tiap 3 6 jam; atau setelah pemberian pertama
dilanjutkan per infus 0.1 0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan efek
samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak, oleh karena itu
pemberiannya disarankan bersamaan dengan preparat nitrat, misalnya nitrogliserin
intravena dengan dosis awal 40 mcg/menit kemudian secara titrasi dinaikkan
sampai maksimal 400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan sistolik
di atas 90 mmHg.
35
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
A B
Gambar 19. Pemasangan Sengstaken-Blakemore tube (SB-tube) (sumber dari:
http://img.tfd.com/dorland/thumbs/tube_Sengstaken-Blakemore.jpg A;
http://img.tfd.com/dorland/tamponade_esophagogastric.jpg B)
36
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau
tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi:
1. Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe).
2. Noncontact thermal (laser).
3. Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol,
cyanoacrylate, atau pemakaian klip).
Berbagai cara terapi endoskopi tersebut akan efektif dan aman apabila
dilakukan oleh ahli endoskopi yang terampil dan berpengalaman. Endoskopi
terapeutik ini dapat diterapkan pada 90% kasus perdarahan saluran cerna bagian
atas, sedangkan 10% sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis seperti
darah terlalu banyak sehingga pengamatan terhalang atau letak lesi tidak
terjangkau. Secara keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti
spontan, namun pada kasus perdarahan yang berasal dari arterial yang bisa
berhenti spontan hanya 30%. Terapi endoskopi yang relatif mudah dan tanpa
banyak peralatan pendukung ialah penyuntikan submukosa sekitar titik
37
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
38
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. Pada perdarahan varises lambung
dilakukan penyuntikan cyanoacrylate sebab skleroterapi untuk varises lambung
hasilnya kurang baik. (Adi, 2007)
39
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
II.5.6.4 Pembedahan
40
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
41
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
DAFTAR PUSTAKA
42
Referat
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
43