TINJAUAN PUSTAKA
Namun motor induksi ini juga memiliki kekurangan, yaitu kecepatan sulit
dikontrol, arus start besar yakni 5 sampai 7 kali dari arus nominal, power faktor
yang rendah pada beban ringan.
30
Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin
ujung (end ring) ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktor-
konduktor rotor. Karena konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus
ditempatkan di dalam daerah medan magnet yang dihasilkan stator maka akan
terbentuklah gaya mekanik (Gaya Lorentz) pada konduktor-konduktor rotor. Hal
ini sesuai dengan hukum Gaya Lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri
arus berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut akan
mendapat gaya elektromagnetik (Gaya Lorentz) sebesar F= B.i.l.sin . Arah dari
gaya elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah tangan kanan (right-
hand rule). Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah
dari vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks B,
maka ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada konduktor
tersebut. Gaya F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan
menghasilkan torsi ().
Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar daripada torsi beban
(0 > b), maka rotor akan berputar searah dengan putaran medan putar stator.
Untuk mempelajari prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat dijabarkan
dalam beberapa langkah berikut:
2. Arus yang mengalir pada tiap fasa menghasilkan fluks yang berubah-ubah
untuk setiap waktu.
nS = (rpm)
31
4. Akibat fluksi yang berputar akan menimbukanl ggl pada stator fluksi yang
berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya
pada kumparan rotor timbul tegangan induksi, karena kumparan rotor
merupakan rangkaian tertutup, maka akan mengalir arus (I2).
5. Adanya arus (I2) di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F)
pada rotor.
6. Gaya (F) akan menghasilkan torsi (). Apabila torsi mula yang dihasilkan
lebih besar torsi beban, maka rotor akan berputar dengan kecepatan (n r)
yang searah dengan medan putar stator.
7. Pada saat berputar, maka ada perbedaan kecepatan medan putar stator (n s)
dengan kecepatan rotor (nr) disebut dengan slip (s) dan dinyatakan
dengan:
nsnr
s=
ns x 100%
9. Apabila ns = nr, maka slip akan bernilai nol. Hal ini akan menyebabkan
tidak adanya ggl induksi pada rotor tegangan tidak akan terinduksi dan
arus tidak akan mengalir pada kumparan rotor, sehingga tidak akan
dihasilkan torsi.
32
Bagian yang berputar disebut rotor, didukung bantalan (bearing) di setiap
ujungnya
Stator adalah bagian stasioner sebelah luar dari motor, yang terdiri dari:
Bingkai silinder luar dari motor, yang terbuat baik dari lembaran baja yang
dilas, besi cor atau paduan aluminium cor. Bagian ini bisa termasuk kaki
atau flens untuk pemasangan.
Jalur magnetik, yang terdiri dari satu set laminasi baja beralur yang
ditekan ke dalam ruang silinder dalam bingkai terluar. Jalur magnetik
dilaminasi untuk mengurangi arus eddy, memperkecil kerugian dan
memperkecil pemanasan.
Satu set gulungan listrik terisolasi, yang ditempatkan di dalam slot dari jalur
magnetik yang dilaminasi. Ukuran area untuk lilitan ini harus cukup besar untuk
rating daya motor. Untuk motor 3 phasa, 3 set gulungan yang diperlukan, satu
gulungan untuk setiap fasa.
33
Gambar 3.1 Stator
Rotor adalah bagian yang berputar dari motor. Rotor terdiri dari satu set
laminasi baja beralur ditekan bersama dalam bentuk jalur magnetik silinder dan
sirkuit listrik. Rangkaian listrik dari rotor dapat berupa:
Jenis rotor gulungan, yang terdiri dari 3 set gulungan terisolasi yang
dikoneksikan ke 3 sliprings yang dipasang pada poros. Koneksi eksternal
untuk bagian yang berputar dibuat melalui brush ke sliprings. Akibatnya,
motor jenis ini sering disebut sebagai motor slipring.
Jenis rotor sangkar tupai , yang terdiri dari satu set tembaga atau potongan
aluminium yang dipasang ke dalam slot, yang terhubung ke sebuah akhir-
cincin pada setiap akhir rotor. Konstruksi gulungan rotor ini menyerupai
'kandang tupai'. Potongan aluminium rotor biasanya dicor mati ke dalam
slot rotor, yang membuat konstruksinya sangat kasar. Meskipun potongan
rotor aluminium berada dalam kontak langsung dengan laminasi baja,
hampir semua arus rotor melalui jeruji aluminium dan tidak di laminasi.
34
Gambar 3.2 Bagian-bagian motor induksi
Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
Kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi
stator yang sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.
35
3.1.3.1 Motor Induksi Tiga Phasa Sangkar Tupai (Squirrelcage Motor)
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti
stator pada motor sangkar tupai tiga phasa terbuat dari lapisan-lapisan plat baja
beralur yang didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau plat
baja yang dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator
yang terpisah 120 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam
hubungan delta ( ) ataupun bintang ( ). Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan
pada gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar, (b) Bagian-bagian rotor
sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah
coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor
yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur
rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor
sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi
kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan
juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada
ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor
jenis rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang
besar pada tegangan rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan
pada gambar dibawah ini :
36
Gambar 3.4 Konstruksi motor induksi rotor sangkar
Motor rotor belitan ( motor cincin slip ) berbeda dengan motor sangkar
tupai dalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan
terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara dan
masing masing fasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang
terpasang pada poros rotor. Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan
pada gambar di bawah ini
Gambar 3.5 (a) Rotor belitan (b) Konstruksi motor induksi tiga phasa dengan
rotor belitan
37
1. Kelas A
Motor Induksi 3 fasa kelas A memiliki karakteristik sebagai berikut
o Torsi awal normal (150 170%) dari nilai ratingnya dan torsi
breakdownnya tinggi
o Arus awal relatif tinggi dan slip rendah ( 0.0015< Slip < 0.005 )
o Baik digunakan untuk torsi beban kecil saat start dan cepat
mencapai putaran penuhnya
2. Kelas B
Motor Induksi 3 fasa kelas B memiliki karakteristik sebagai berikut
o Arus awal rendah ( lebih rendah 75% dari kelas A ) dan slip rendah
(slip < 0.005)
3. Kelas C
Motor Induksi 3 fasa kelas C memiliki karakteristik sebagai berikut
38
o Saat beban penuh slip cukup tinggi sehingga efisiensinya rendah
(lebih rendah dari kelas A dan Kelas B)
4. Kelas D
Motor Induksi 3 fasa kelas D memiliki karakteristik sebagai berikut
3.1.5 Slip
nsnr
x 100
Slip (s) = ns
39
Persamaan diatas memberikan imformasi yaitu:
1. saat s = 1 dimana nr = 0, ini berarti rotor masih dalam keadaan diam atau
akan berputar.
Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor
sama seperti frekuensi masukan ( sumber ). Tetapi ketika rotor akan berputar,
maka frekuensi rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung
terhadap besarnya slip. Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f '
yaitu :
Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f ' =
sf dan ketika arus ini mengalir pada masing-masing phasa di belitan rotor akan
memberikan reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan
menghasilkan medan magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif
40
terhadap putaran rotor sebesar sns . Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus
stator menghasilkan distribusi medan magnet yang sinusoidal dimana medan
magnet ini memiliki magnetudo yang konstan dan kecepatan medan putar ns yang
konstan. Kedua hal ini merupakan medan magnetik yang berputar secara sinkron.
Kenyataannya tidak seperti ini karena pada stator akan ada arus magnetisasi pada
kumparannya.
Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke
rotor, sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang
diinputkan ke rotor. Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin)
dirumuskan dengan :
dimana :
Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya mekanik pada
poros motor.
Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan berserat organis (seperti
katun, sutera alam, wol sintetis, rayon serat poliamid, kertas, prespan, kayu,
poliakrilat, polietilen, polivinil, karet, dan sebagainya) yang tidak dicelup dalam
bahan pernis atau bahan pencelup lainnya. Termasuk juga bahan termoplastik
yang dapat lunak pada suhu rendah .
41
2. Kelas A, suhu kerja maksimum 150C
Yaitu bahan berserat dari kelas Y yang telah dicelup dalam pernis aspal
atau kompon, minyak trafo, email yang dicampur dengan vernis dan poliamil atau
yang terendam dalam cairan dielektrikum (seperti penyekat fiber pada
transformator yang terendam minyak). Bahan -bahan ini adalah katun, sutera, dan
kertas yang telah dicelup, termasuk kawat email (enamel) yang terlapis damar-
oleo dan damar-polyamide.
Yaitu bahan non organik (seperti : mika, gelas, fiber, asbes) yang dicelup
atau direkat menjadi satu dengan pernis atau kompon, dan biasanya tahan panas
(dengan dasar minyak pengering, bitumin sirlak, bakelit, dan sebagainya).
Semua bahan komposisi dengan bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber
yang dicelup dalam silikon tanpa campuran bahan berserat (kertas, katun )
Bahan anorganik yang tidak dicelup dan tidak terikat dengan substansi
organik, misalnya mika, mikanit yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat
anorganik), mikaleks, gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan organik saja
yang termasuk kelas C yaitu politetra fluoroetilen (teflon).
42
3.1.9 Gangguan- Gangguan pada Motor Induksi 3 Fasa
1. Panas
Penyebab kerusakan motor sehingga motor tidak dapat mencapai umur pakai
yang seharusnya ialah panas berlebihan. Setiap mengalami kenaikan temperatur
10 derajat dari temperatur normalnya, berakibat memotong umur motor 50%.
Penyebab panas berlebihan :
2. Kotor
3. Lembab
43
Lembab atau embun juga merusak komponen listrik dan mekanik yang
mengakibatkan pengkaratan pada poros, bearing, rotor, stator, laminasi.
4. Vibrasi
5. Kualitas Listrik
Kualitas suplai tenaga sangat menentukan umur motor listrik, hal-hal yang
harus dihindari :
44
Setelah kita mengetahui beberapa penyebab kerusakan, kita dapat merencanakan
program pemeliharaan dan langkah pelaksanaan yang sesuai.
3. Thickness test berfungsi untuk mengetahui ketebalan suatu unit dan laju
keausan suatu peralatan sehingga dapat direncanakan penggantiannya.
Jenis perawatan ini diperlukan selama motor listrik masih berjalan artinya
masih difungsikan baik sebagai penggerak pompa, fan atau juga compressor. ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui keadaan motor listrik kita.
1. Current Check
Ketika motor dalam keadaan berjalan kita dapat memantau keadaan motor
dengan melakukan pengecekan atas arus listrik yang bekerja pada motor. Pastikan
arus listrik yang bekerja pada motor masih dibawah arus maksimal yang tertera
pada nameplate motor atau juga kita dapat melakukan perhitungan:
45
P
Imax = V . cos
3.Temperature Check
46
Sporadic yaitu breakdown yang terjadi mendadak, dramatis atau kerusakan-
kerusakan alat yang tidak terduga, breakdown maintenance jenis ini bisa terjadi
dan mudah di tanggulangi.
Kronis yaitu minor breakdown tetapi frekuensi kejadiannya tinggi. Breakdown
jenis ini sering di abaikan atau di lupakan setelah beberapakali usaha pengulangan
yang gagal. Breakdown akan menyebabkan beberapa kerugian baik yang langsung
maupun yang tidak langsung:
1. Kerugian langsung mencangkup biaya perbaikan, biaya pencegahan,
kerugian cacat produk, dan lain sebagainya.
2. Kerugian tidak langsung mencakup penurunan produksi, merosotnya
moral karyawan, menurunkan atau merusak citra perusahaan.
47