Anda di halaman 1dari 22

HERNIA

Nama Presentan:

Jesica Tatang 2015 061 019


Chrissanty 2015 061 022

Dokter Pembimbing:
dr. Nangti Komarudin, Sp.B, FInaCS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD R. SYAMSUDIN S.H.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis sampaikan karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas topic list ini tepat pada waktunya. Tugas ini
penulis susun untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik stase Ilmu Bedah di RSUD R.
Syamsudin SH. Terimakasih kami sampaikan pada pihak-pihak yang telah membantu
tersusunnya laporan ini, teman sejawat dan terutama dokter pembimbing kami:
dr. Nangti Komarudin, Sp. B, FInaCS
dr. Yuswardi, Sp. B, FInaCS, MH.Kes
dr. Yanti Daryanti, Sp. B-KBD
dr. Gardika, Sp.B
dr. Rio Purwanto, Sp. BA
dr. Arryanto, Sp. BP
dr. Neizar, Sp. BS

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sekarang maupun masa yang
akan datang.

Sukabumi, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
Insidensi...........................................................................................................................1
BAB II................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................Error! Bookmark not defined.
Anatomi Dinding Abdomen...........................................Error! Bookmark not defined.
Hernia...............................................................................................................................3
Definisi.....................................................................................................................3
Klasifikasi................................................................................................................3
Hernia Inguinalis.............................................................................................................4
Klasifikasi................................................................................................................4
Anatomi....................................................................................................................5
Epidemiologi............................................................................................................6
Etiologi.....................................................................................................................6
Diagnosis..................................................................................................................7
Diagnosis Banding...................................................................................................8
Hernia Femoralis.............................................................................................................9
Anatomi..................................................................................................................10
Etiologi...................................................................................................................10
Patofisiologi...........................................................................................................10
Gambaran Klinik....................................................................................................11
Hernia Insisional..........................................................................................................11
Hernia lain....................................................................................................................12
Tatalaksana...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek/bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Terdapat beberapa jenis hernia yaitu hernia inguinalis, hernia
femoralis, hernia umbilikalis dan lain-lain. Hernia dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti
peningkatan tekanan intraabdomen, batuk kronis, konstipasi, obesitas dan kongenital.
Merokok juga merupakan faktor yang cukup berperan pada terjadinya hernia. Rokok
dapat menyebabkan adanya defek kolagen yang berakibat pada melemahnya dinding
abdomen. Terdapat 3 bagian penting pada hernia yaitu kantung hernia, lapisan pembungkus
hernia dan isi dari hernia tersebut.

Insidensi
Setiap tahunnya terdapat 1 juta penduduk di Amerika Serikat yang menjalani
perbaikan hernia dan 770.000 (75%) kasus diantaranya merupakan hernia inguinalis disusul
oleh hernia umbilikalis (14%), hernia insisional (10%) dan hernia femoralis (3-5%). Hernia
tidak dipengaruhi oleh ras namun kejadian hernia lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan (7:1).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DINDING ABDOMEN
Batas dinding abdomen secara anterolateral menurut McVay adalah pada bagian atas
dibatasi oleh prosesus xifoideus dan batas bawah adalah arkus kostarum. Pada bagian bawah
dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum, dan
krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang. Dinding anterolateral abdomen
dibagi menjadi 9 kuadran yaitu hipokondria kanan dan kiri, epigastrik, lumbar kanan dan kiri,
umbilikal, iliaka kanan dan kiri serta hipogastrika

Dinding abdomen terdiri dari beberapa lapis, dari dalam ke luar adalah lapisan kulit
(kutis dan subkutis), lemak subkutan dan fasia superfisialis (fasia Scarpa), ketiga dinding otot
abdomen (m. oblikus abdominis eksternus, m. oblikus abdominis internus, dan m. transversus
abdominis), lapisan praperitoneum (fasia transversalis dan lemak praperitoneal), dan
peritoneum.

2
Dinding abdomen membentuk rongga abdomen yang melindungi organ organ yang
berada di dalamnya. Integritas muskulo-aponeurosis dinding perut sangat berperan dalam
mencegah hernia kongenital, akuisita, maupun iatrogenik.

HERNIA
Definisi

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia.

Klasifikasi

Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, letak, sifat, dan arah
herniasi atau arah penonjolannya. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
kongenital dan hernia akuisita atau didapat. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi sesuai
dengan anatominya, contohnya hernia inguinalis, hernia femoralis, dan hernia umbilikalis.
Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi hernia reponibel dan ireponibel. Hernia disebut
reponibel apabila isi hernia dapat dikembalikan ke rongga perut (keluar-masuk). Hernia
disebut ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut.
Hernia ireponibel dibagi lagi menjadi hernia akreta, inkarserata, dan strangulata. Hernia
akreta terjadi apabila ada perlekatan isi dengan kantong hernia namun tidak terjadi gangguan
pasase usus. Hernia inkarserata terjadi apabila ada perlekatan antara isi dengan kantong
hernia disertai dengan adanya gangguan pasase. Hernia strangulata terjadi apabila sudah ada
gangguan vaskularisasi. Berdasarkan arah herniasi atau arah penonjolan, hernia dapat dibagi
menjadi hernia eksterna, dimana terjadi penonjolan keluar melalui dinding perut, pinggang
dan pernineum, serta hernia interna dimana usus menonjol melalui suatu lubang dalam
rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek pada mesenterium.

3
Berdasarkan
waktu Letak Sifat Arah
terjadinya

Hernia
Kongenital Reponibel Eksterna
Femoralis

Ireponibel
Hernia
Akuisita Akreta Interna
Inguinalis
Strangulata
Inkarserata

Hernia
Umbilikalis

Hernia
Diafragmati
ca

HERNIA INGUINALIS

Klasifikasi
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis
lateralis.
1. Hernia Inguinalis Medialis (HIM)
Hernia ini disebut medialis karena letaknya yang medial dari vasa epigastrika
inferior. Disebut juga hernia inguinalis direk karena menonjol langsung melalui
Trigonum Hasselbach tanpa melalui kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan, hernia
inguinalis medialis akan tampak berbentuk tonjolan bulat. Hernia inguinalis medialis
hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan
kelemahan otot dinding Trigonum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ingunialis
medialis umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Cincin hernia
umumnya lebar dan longgar sehingga jarang terjadi strangulasi.

2. Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)


Hernia ini disebut lateralis karena letaknya di lateral dari vasa epigastrika
inferior. Disebut juga hernia inguinalis indirek, karena menonjol melalui anulus dan
kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan, hernia inguinalis lateralis akan tampak

4
menonjol berbentuk lonjong. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses turunnya testis ke skrotum.

Hernia Inguinalis Medialis (Direk) dan Lateralis (Indirek)

Anatomi
Kanalis inguinalis pada pria berisi funikulus spermatikus sedangkan pada wanita
berisi ligamentum rotundum. Batas batas dari kanalis inguinalis yaitu:
Sisi kraniolateral dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis transversus abdominis. Anulus
internus terletak antara SIAS dengan terberkulum pubikum dan berada 1 jari di atas
ligamentum inguinalis.
Sisi kaudomedial dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus di atas tuberkulum
pubikum, yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus.
Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus
Dasarnya adalah ligamentum inguinalis
Pada hernia inguinalis, juga dikenal area yang disebut Trigonum Hesselbach dengan
batas batas sebagai berikut:
Ligmentum inguinalis pada bagian inferior
Vasa epigastrika inferior pada bagian lateral

5
Tepi lateral m. rektus abdominis pada bagian medial
Dasarnya dibentuk oleh fasia transversal serta m. transversus

Anatomi Kanalis Inguinalis dan Trigonum Hasselbach

Epidemiologi
Insidensi hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Anak yang pernah menjalani
operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan 16% menderita hernia kontralateral
pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan
kejadian hernia bilateral dari insidensi tersebut mendekati 10%.

Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kelainan kongenital ataupun akuisita atau
didapat. Pada kongenital terjadi akibat prosesus vaginalis peritoneum persisten disertai
dengan annulus inguinalis yang cukup lebar. Terutama ditemukan pada bayi dan anak, jarang
terjadi pada dewasa. Hernia inguinalis dapat terjadi pada semua usia dan lebih banyak
ditemukan pada pria. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka tersebut.

6
Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, struktur otot oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan fasia transversa
kuat yang menutupi Trigonum Hesselbach yang umumnya hampir berotot. Gangguan
mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang juga berperan adalah
adanya prosesus vaginalis yang tetap erbuka, peningkatan tekanan intraabdomen seperti
pekerjaan mengangkat barang-barang berat, batuk kronik pada penderita TBC dan bronkitis
kronik, serta kesulitan BAK-BAB pada penderita hipertrofi prostat, batu buli serta konstipasi
dan kelemahan otot dinding perut karena usia, multipara dan obesitas.
Insidensi hernia ingunalis yang meningkat dengan bertambahnya umur mungkin
disebabkan oleh meningkatnya penyakit yang membuat tekanan intraabdomen meninggi dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi
akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus ilio-femoralis setelah apendektomi.

Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan:
Adanya benjolan pada lipat paha yang hilang timbul pada hernia reponibilis.
Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang
berat dan menghilang saat penderita berbaring atau dimasukkan secara manual.
Pada bayi dan anak, benjolan timbul saat mengedan atau menangis.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri, mual dan muntah serta gangguan pasase timbul kalau terjadi ileus karena
inkarserasi atau nekrosis/gangren pada strangulata.
Perlu juga dilakukan anamnesis terhadap faktor risiko dari peningkatan
tekanan intra abdomen seperti riwayat pekerjaan mengangkat barang berat, usaha
mengejan saat BAB dan BAK serta riwayat batuk kronis

Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak sakit Toksik


Reponibilis + - - - -
Ireponibilis/akret - - - - -
a
Inkaserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++

7
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi
o HIL : Saat mengedan, tampak benjolan timbul pada lipat paha bentuk lonjong
yang berjalan dari kraniolateral ke kaudomedial, dapat sampai skrotum.
o HIM : benjolan bentuk bulat, tidak mencapai skrotum.
Palpasi
o Teraba massa yang terpisah dari testis
o Pada kantong hernia yang kosong ditemukan sensasi gesekan silk sign. Pada
anak-anak akibat prosessus vaginalis persisten.
Auskultasi
o Hernia yang berisi usus dapat ditemukan bising usus sedangkan pada hernia
yang berisi omentum tidak ditemukan bising usus

Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis, hernia inguinalis


medialis dan hernia femoralis dapat dilakukan tes berikut:

Sifat HIL HIM H. Femoralis


Tes visibel Benjolan keluar Benjolan keluar Benjolan keluar di
Setelah hernia tereposisi, pasien
dari kraniolateral ke langsung pada bawah ligamentum
diminta untuk mengedan.
kaudomedial, daerah medial inguinalis pada
Perhatikan bentuk dan tempat
keluar lambat (bentuk bulat) fossa ovalis, keluar
keluarnya benjolan.
(bentuk lonjong) lambat
Tes oklusi
Dengan ibu jari menutup anulus Benjolan tidak Benjolan keluar Benjolan keluar
inguinalis, pasien diminta untuk keluar
mengedan. Perhatikan apakah
benjolan keluar atau tidak.
Tes taktil
Jari telunjuk masuk menyusuri
Dirasakan di ujung Dirasakan di -
kanalis inguinalis, ambil kulit
jari samping / sisi jari
setebal-tebalnya, pasien diminta
untuk mengedan. Perhatikan
apakah ujung jari yang tersentuh
atau bagian samping dari jari.
Tes Zieman
Jari II di anulus internus, jari III Dorongan pada jari Dorongan pada Dorongan pada
di annulus eksternus, jari IV di II jari III jari IV
fossa ovalis. Perhatikan dorongan
pada salah satu jari.

8
Pada pemeriksaan fisik, perlu juga dilakukan :
Rectal toucher untuk mencari faktor risiko pembesaran prostat
Tes transiluminasi untuk menyingkirkan diagnosis banding hidrocele
Pemeriksaan Penunjang
- Pada hernia inkareserata ditemui gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
- Pada hernia strangulata dapat ditemukan leukositosis.

Diagnosa Banding
1. Limfadenopati inguinal: biasanya pasien memiliki riwayat trauma, infeksi maupun
keganasan. Limfadenopati tidak membesar ketika batuk dan biasanya imobil.
2. Aneurisma femoral: akan terasa berdenyut pada saat palpasi, sedangkan hernia
inguinalis tidak berdenyut.
3. Hydrocele: biasanya terjadi pada anak-anak dan dapat dibedakan dengan tes
transluminasi.
4. Varicocele
5. Torsio testis
6. Tumor testis

HERNIA FEMORALIS
Hernia femoralis lebih banyak dijumpai pada perempuan tua dengan insidensi 4 kali
lebih sering daripada pria. Pada hernia jenis ini, sering terjadi inkarserasi akibat melalui
foramen yang sempit (anulus femoralis) dan dibatasi oleh dinding yang keras. Hernia
femoralis berjalan di dalam kanalis femoralis dan keluar di sebelah bawah ligamentum
inguinalis pada fossa ovalis.

Anatomi
Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara dalam vena femoralis.
Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas dari kanalis femoralis
adalah sebagai berikut:
Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis
Batas kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum Cooper
Batas lateral oleh sarung vena femoralis
Batas medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati

9
Anatomi Kanalis Femoralis
Etiologi
Etiologi dari hernia femoralis serupa dengan hernia pada umumnya, yaitu peninggian
tekanan intraabdomen dan kelemahan dinding perut yang dapat disebabkan oleh multipara,
obesitas, dan usia lanjut.

Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke dalam
kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Hernia femoralis
sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis, terutama yang
memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum
inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Pintu masuk
hernia femoralis adalah anulus femoralis. Lalu hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada
fossa ovalis di lipat paha.

Gambaran Klinik

10
Gambaran Hernia Femoralis

HERNIA INSISIONAL

Hernia insisional adalah tonjolan yang terlihat pada tubuh sepanjang garis bekas
operasi maupun di dekat garis bekas operasi pada bagian abdomen. Hal ini dapat terjadi
karena adanya kelemahan dinding abdomen setelah dilakukan tindakan operasi (menarik
dinding abdomen ke arah sebaliknya dengan menggunakan teknik penjahitan, atau membuat
tekanan intraabdomen meningkat dan akhirnya memperlambat proses penyembuhan). Tidak
ada faktor jenis kelamin, usia, maupun ras yang mempengaruhi terjadinya hernia insisional.
Hanya saja kejadian lebih banyak didapat pada orang dewasa dibanding anak-anak. Hal-hal
yang mempengaruhi kekuatan dinding abdomen setelah operasi adalah obesitas, usia lanjut,
malnutrisi, metabolisme pencernaan yang kurang baik (konstipasi), kehamilan, retensi cairan,
adanya infeksi maupun hematoma.
Penarikan dinding abdomen pada saat penjahitan luka operasi meningkatkan angka
kejadian hernia insisional terutama jika tempat luka operasi tidak dijahit dengan baik yang

11
akhirnya akan memperlambat proses penyembuhan luka operasi. Selain itu, tarikan dinding
abdomen juga akan semakin meningkat bila pasien memiliki faktor risiko seperti obesitas dan
dalam pengobatan kemoterapi maupun steroid.
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keluhan utama pada hernia insisional adalah nyeri pada luka post-
operasi. Pada fase ini biasanya tonjolan pada sekitar bekas operasi belum terlihat. Perlu juga
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT-scan untuk memastikan apakah tonjolan
tersebut bukan merupakan keganasan pada abdomen.
Tata laksana utama pada hernia insisional adalah untuk menghilangkan tegangan pada
dinding abdomen. Cara paling aman adalah dengan memasang mesh untuk memperkuat
dinding abdomen. Dengan pemasangan mesh diharapkan dapat mengurangi tegangan pada
dinding abdomen kemudian akan mengurangi tingkat rekurensi. Waktu penyembuhan juga
menjadi lebih singkat.
Komplikasi post-operasi perbaikan hernia insisional adalah terkumpulnya cairan pada
daerah dibawah mesh sehingga memerlukan pemasangan drain, perdarahan, nyeri luka post-
operasi, demam karena adanya infeksi pada luka post-operasi, serta intraabdominal abses.

HERNIA LAIN
Hernia insipiens
Hernia indirek yang berada dalam kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari
anulus eksternus

Hernia pantalon
Hernia kombinasi antara hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
Hernia Richter
Isi hernia (usus) hanya sebagian dindingnya yang masuk dalam kantong hernia.
Biasanya hernia femoralis dan hernia obturatoria.

Hernia Littre
Hernia yang isi kantongnya adalah divertikulum Meckel.

Hernia Maydl
Isi kantong berupa segmen usus berbentuk W (2 segmen usus terperangkap di dalam
kantong hernia dan 1 segmen tetap dalam rongga perut). Segmen usus yang di rongga
abdomen sering mengalami strangulasi.

12
Hernia Spieghel
Hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel. Benjolan ke luar
melalui defek di antara tepi lateral m. rektus abdominis dengan line semisirkularis (biasanya
di kanan).
Hernia interparietalis
Kantong hernia menonjol ke dalam celah antara lapisan dinding perut.

Hernia sliding
Bila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia
seperti sekum, colon sigmoid, kandung kemih. Terjadinya karena menggeser-geser. Hernia
dimana dinding posteriornya adalah organ itu sendiri.

Hernia umbilikalis
Hernia kongenital di umbilikus, hanya ditutupi oleh peritoneum dan kulit.
Gejala klinis: adanya penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Pada bayi terjadi akibat
menangis. Pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak dan terjadi
peningkatan tekanan intraabdomen seperti kehamilan, obesitas atau asites.
Tatalaksana: bila cincin < 2 cm, umumnya akan regresi spontan sebelum bayi
berumur 6 bulan; kadang mencapai 1 tahun. Usaha untuk mempercepat penutupan adalah
dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian direkatkan dengan plester. Bila sampai
usia satu setengah tahun, hernia masih menonjol maka diperlukan tindakan operatif.

Hernia paraumbilikalis
Hernia yang melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umbilicus, jarang
terjadi di tepi caudalnya.

Hernia epigastrika/hernia linea alba


Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilicus dan processus
xiphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa
kantong peritoneum.

Hernia ventralis
Nama umum hernia yang terletak di dinding perut anterolateral, seperti hernia
sikatriks, hernia insisional. Penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru
maupun lama.

Hernia lumbalis
Hernia yang menonjol melalui trigonum kostolumbalis superior atau melalui trigonum
kostolumbalis inferior.

13
Hernia perinealis
Hernia pada perineum melalui defek dasar panggul yang terdiri dari m. levator ani dan
m. sakrokoksigeus beserta fascianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul.
Hernia terdiri atas hernia perinealis anterior dan posterior.
Hernia perinealis anterior termasuk hernia labialis yang bukan merupakan hernia
inguinalis lateralis, hernia pudendalis dan hernia vaginolabialis, sedangkan hernia isiorektalis
dan hernia retrorektalis termasuk hernia perinealis posterior.

Hernia obturatoria
Hernia yang melalui foramen obturatorium. Sering terjadi inkarserasi dan strangulasi.
Dapat berlangsung melalui 4 tahap: mula-mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk
ke dalam kanalis obturatorius (tahap 1), disusul oleh tonjolan peritoneum parietale (tahap 2).
Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus (tahap 3) yang dapat mengalami inkarserasi
parsial, sering secara Richter atau total (tahap 4).
Keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan paresthesia pada daerah panggul, lutut dan
bagian medial paha akibat penekanan pada n. obturatorius yang khas. Pada pemeriksaan
colok dubur maupun pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri.

Hernia skiatik
Hernia yang melalui foramen skiatik major. Sering terjadi inkarserata dan strangulata.

Hernia diafragmatik
Hernia kongenital yang melalui foramen Morgagni (hernia parasternal/ hernia
retrosternal) dan melalui foramen-foramen Bochdalek (hernia pleuroperitoneal).

Hernia paraesofagus
Herniasi ke rongga toraks melalui hiatus esophagus.

TATALAKSANA
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis hernia ditegakkan. Tata laksana pada
hernia dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu herniotomi, hernioraphy dan hernioplasty.
1. Herniotomy adalah teknik operasi dimana kantung hernia dipotong kemudian isi
hernia dikembalikan ke tempat asalnya. Kemudian kantung hernia proksimal
diikat setinggi mungkin sedangkan kantung distal dibiarkan.
2. Hernioplasty adalah teknik operasi yang bertujuan untuk memperkuat dinding
belakang abdomen untuk mencegah terjadinya residif.
3. Hernioraphy adalah teknik operasi yang merupakan gabungan dari herniotomi dan
hernioplasty.

14
Pada anak hanya dilakukan herniotomy karena pada bayi dan anak faktor
penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan anulus inguinalis
masih cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat

Terdapat beberapa macam jenis teknik operasi perbaikan hernia inguinalis :


1. Bassini : menguatkan atau menjahit conjoint tendon ke ligamen inguinalis.
2. McVay : menguatkan atau menjahit conjoint tendon ke ligamen Cooper.
3. Shouldice : menjahit fasia transversalis abdominis dan conjoint tendon ke
ligamen inguinalis
4. Fergusson : menjahit conjoint tendon ke ligamen inguinalis di atas funikulus
spermatikus

15
LAPAROSKOPI HERNIORAFI

16
17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Jong W de, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: EGC;
2010. 615-637.
2. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery.
18th edition. Saunders: Elseiver Ltd,2008
3. Brunicardi, F. Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz's Principles of Surgery.
Eight edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
4. Inguinal Hernia. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Manthey, David. Hernias .2007. Available from:
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
6. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

18

Anda mungkin juga menyukai