Anda di halaman 1dari 14

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Squeeze Cementing

Squeeze cementing secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

dimana bubur semen (cement slurry) didorong dibawah tekanan sampai pada

titik tertentu didalam sumur untuk maksud-maksud perbaikan. Squeeze

cementing dilakukan pada saat pengeboran, penyelesaian sumur, dan kerja

ulang.

Squeeze cementing juga dapat digunakan untuk menurunkan ratio

fluida produksi. Volume gas yang besar memungkinkan untuk terjadinya

pengurangan tekanan reservoir lebih cepat, bersamaan dengan pembentukan

harga pemisah yang berlebih pada fasilitas produksi permukaan oleh volume

air yang besar. Bagian perforasi tertentu mungkin harus ditutup dengan

pemompaan suspensi semen, sehingga volume gas dan air dapat dikurangi

dengan penyemenan dibagian atas dan bawah perforasi secara berurutan.

Pertimbangan yang paling penting dalam operasi squeeze cementing

adalah teknik penempatan dan pembuatan suspensi semen yang akan

digunakan.
6

2.2 Tujuan Squeeze Cementing

Aplikasi pokok untuk squeeze cementing antara lain adalah :

1. Menyempurnakan primary cementing ataupun untuk perbaikan terhadap

hasil penyemenan yang rusak.

2. Mengisi saluran perforasi atau saluran dibelakang casing dengan semen

untuk memperoleh kerapatan Antara casing dengan formasi.

3. Mengurangi water-oil ratio, gas-oil ratio dan water-gas ratio.

4. Memperbaiki kerusakan casing.

5. Menutup zona lost circulation.

6. Untuk melindungi zona produksi dari migrasi fluida.

7. Menutup kembali zona produksi yang diperforasi apabila pemboran

mengalami kegagalan dalam mendapatkan minyak.

8. Mencegah migrasi fluida dari zona atau sumur yang telah ditinggalkan.

2.3 Metode Squeeze Cementing

Untuk menyelesaikan tujuan dilakukannya squeeze cementing hanya

dibutuhkan volume semen yang relatif kecil, tetapi harus ditempatkan pada

titik yang tepat didalam sumur. Kadang-kadang kesulitan utama adalah

membatasi semen terhadap lubang bor. Untuk itu diperlukan perencanaan

yang baik terutama perencanaan bubur semen dan pemilihan tekanan dan

penggunaan metode yang digunakan untuk berhasilnya pekerjaan.


7

2.3.1 Teknik Tekanan Tinggi

Teknik tekanan tinggi, tekanan ini mencakup perekahan formasi

dan pemompaan bubur semen kedalam rekahan hingga tekanan

tertentu tercapai dan terlaksana tanpa kebocoran. Biasanya digunakan

semen bersih yaitu dengan fluid loss yang sangat tinggi.

2.3.2 Teknik Tekanan Rendah

Teknik tekanan rendah atau lebih dikenal dengan semen fluid

loss rendah. Teknik ini mencakup penempatan semen diatas interval

perforasi dan memberikan tekanan yang cukup untuk membuat filter

cake dari semen yang didehidrasi didalam perforasi dan didalam

saluran-saluran atau yang mungkin terbuka pada perforasi tersebut.

2.3.3 Bradenhead Method

Metode ini di gunakan dengan cara menempatkan cement slurry

di depan perforasidan di sebut balancing plug setelah slurry

dicampur, slurry kemudian di pompa ke dalam tubing dan di ikuti oleh

sejumlah fluida work over yang sudah di hitung sehingga membentuk

suatu keseimbangan (kesamaan tinggi) kolom slurry di dalam tubing

dan annulus. Tubing di angkat di atas cement slurry dan tubing di

lakukan sirkulasi balik untuk membersihkan kelebihan cement. Tekan

squeeze di berikan untuk menekan slurry ke dalam perforasi, setelah

final squeeze pressure didapat, tubing kemudian di turunkan untuk


8

sirkulasi balik kelebihan semen, sampai cement plug masih tinggal

beberapa feet di atas perforasi.

2.3.4 Retrievable Squeeze Packer Method

Pada metode ini retrievable packer atau retainer packer

diturunkan hingga berada tepat diatas zona yang akan di sqeezed off.

Retrievable packer, ditempatkan pada pipa bor. Retainer packer

dijalankan dengan wire line dan diset dengan special setting kit. Jika

volume total semen telah di squeezed off, maka semen berlebih harus

dipompakan agar kembali sehingga tidak akan menyemen pipa bor.

2.3.5 Hesitation Squeeze

Metode ini mencakup penempatan semen dalam tahapan

tunggal, tetapi membagi-bagi penempatan semen alternatif

pemompaan atau periode secara bergantian, secara khusus digunakan

pada zona dengan permeabilitas rendah.

2.4 Sifat-Sifat Cement Slurry

2.4.1 Densitas

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additif

terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur dan additif.

Dirumuskan sebagai berikut :


9

Gbk G w Ga
Dbs
Vvk Vw Va ....

(2.1)

dimana :

Dbs = densitas suspensi semen

Gbk = berat bubuk semen

Gw = berat air

Ga = berat additif

Vbk = volume bubuk semen

Vw = volume air

Va = volume additive

2.4.2 Thickening time dan viskositas

Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen

untuk mencapai konsistensi sebesar 100 Uc (Unit Of Consistency).

Konsistensi sebesar 100Uc merupakan batasan bagi suspensi semen

masih dapat di pompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang

dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas.

2.4.3 Filtration loss

Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi

semen ke dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan ini

sering disebut dengan filtrat. Apabila filtrat yang hilang terlalu


10

banyak maka akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air.

Kejadian ini disebut dengan flash set.

2.4.4 Water Cement Ratio (WCR)

Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang

dicampur terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat.

Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang, karena akan

mempengaruhi baik-buruknya ikatan semen nantinya.

2.4.5 Waiting On Cement (WOC)

Waiting On Cement (WOC) atau waktu menunggu pengerasan

suspensi semen adalah waktu yang dihitung saat wipper plug

diturunkan sampai kemudian plug dibor kembali untuk operasi

selanjutnya.

2.4.6 Permeabilitas

Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras dan hampir

sama dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti sebagai

kemampuan untuk mengalirkan fluida.


11

QL
K
A.P

(2.2)

dimana :

k = permeabilitas, md

Q = laju alir, ml/s

= viscositas air, cp

L = panjang sampel, cm

A = luas permukaan sampel, cm2

P = perbedaan tekanan, psi

2.4.7 Compresive Strength dan Shear Strength

Compresive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen

dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun

dari casing, sedangkan Shear Strength didefinisikan sebagai

kekuatan semen dalam menahan berat casing.

2.5. Additif yang Digunakan Dalam Suspensi Semen

1. Accelerator

Additif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan

suspensi semen. Selain itu dapat juga mempercepat naiknya strength

semen dan mengimbangi additif lain, agar tidak tertunda poses

pengerasan suspensi semennya. Contohnya : kalsium klorida, sodium

klorida, gipsum, sodium silikat, dan air laut.


12

2. Retarder

Adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan

suspensi semen, sehingga suspensi semen mempunyai zat waktu yang

cukup untuk mencapai kedalaman target yang diinginkan. Contohnya :

lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik dan CMHEC

(Carboxymethyl Hydroxymethyl Cellulose)

3. Extender

Additif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi

semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen

tersebut. Contohnya : bentonite, attapulgite, sodium silikat, pozzolan,

perlite dan gilsonite.

4. Weighting agents

Adalah additif yang berfungsi menaikkan densitas semen,

biasanya digunakan pada sumur-sumur yang mempunyai tekanan formasi

yang tinggi. Contohnya : hematite,ilmenite, barite dan pasir.

5. Dispersant

Dispersant merupakan additif yang dapat mengurangi viscositas

suspensi semen. Additif-additif yang termasuk dalam dispersant antara

lain : polymelamine sulfonate, polynapthatalena sulfonate.


13

6. Fluid-Loss Control Agents

Merupakan additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa

liquid semen kedalam formasi, sehingga terjaga kandungan cairan pada

suspensi semen. Additif yang termasuk kedalam fluid-loss control agents

diantaranya polymer, CMHEC dan latex.

7. Lost Circulation Control Agents

Lost Circulation Control Agents merupakan additif-additif yang

mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam formasi yang lemah atau

bergua (rekahan). Additif yang termasuk kedalam lost circulation control

agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gypsum, bentonite, dan

nut shells

2.6. Peralatan Penyemenan

Peralatan permukaan merupakan peralatan yang membantu proses

pemompaan cement slurry dari permukaan menuju ke dalam sumur. Dan

Berikut ini peralatan dalam penyemenan :

1. Cementing Unit ; Cementing Unit merupakan satu unit pompa yang

berguna untuk memompakan suspensi semen dan Lumpur pendorong

dalam proses penyemenan. Cementing unit dapat berupa truck (Long


14

Vehicle) atau skid yang didalamnya terdapat perlengkapan penyemenan,

antara lain : Slurry Tub, Displacement Tank, Pompa, Engine, dsb.

2. Swivel ; Swivel terdiri atas long joint dan short joint yang merupakan

treating line untuk mengalirkan bubur semen atau fluida lain.

3. Valve ; Valve digunakan untuk menutup atau membuka aliran cement

slurry / fluida.

4. Gooseneck dan Hooper ;Gooseneck dan Hooper merupakan tempat

pencampur semen kering dengan fluida untuk menjadi cement slurry

dengan tekanan tinggi.

5. Cementing Head ; Cementing head dipasang diatas casing head,

digunakan sebagai tempat mengalirnya suspensi semen kedalam sumur,

sebagai tempat wiper plug diset untuk dimasukkan kedalam sumur.

Cementing head terdiri atas dua macam, Mac Clatchic Cementing Head

dan plug Container.

6. Cutting Bottle ; Cutting Bottle merupakan tempat untuk memasukkan

semen kering guna dikirim ke Preumatic/pressurized silo, Gravity silo

ataupun Surge tank.

7. Preumatic/Pressurized Silo ; Preumatic/Pressurized Silo adalah tempat

penampung semen kering, sistem kerjanya dengan menggunakan

tekanan.

8. Gravity Silo ; Gravity Silo adalah tempat penampung semen kering,

sistem kerjanya berdasarkan percepatan gravitasi, tetapi untuk lebih


15

mempercepat proses kerjanya, gravity silo biasanya dibantu oleh sistem

tekanan yang dikirim melalui compressor.

9. Surge Tank ; Surge Tank adalah tempat untuk menampung semen

kering sementara yang sistem kerjanya berdasarkan tekanan. Dari surge

tank semen kering kemudian dikirim ke hopper.

10. Water Tank ; Water Tank adalah tanki untuk menyimpan zat cair (Fresh

water) yang dibutuhkan sebagai pencampur semen kering, atau sebagai

tempat fluida hasil pencampuran.

11. Batch Mixer ; Batch Mixer adalah tempat untuk

menampung/menyimpan air, atau cement slurry, atau juga fluida

displacement.

12. Air Compressor ; Air Compressor adalah engine yang menghasilkan

tekanan, biasanya digunakan untuk mengirimkan semen kering dari

cutting bottle ke gravity silo, Preumatic/ pressurized silo, dan Surge

tank melalui hose.

13. Hose ; Hose merupakan selang flexible yang berfungsi untuk

mengalirkan air, fluida hasil mixing ataupun dry cement dengan ukuran

diameter bervariasi (3, 4, 6). Kondisi kerja hose terdiri atas high

pressure dan low pressure.

14. Scratcher : Scratcher digunakan untuk membersihkan lubang bor dari

mud cake (kerak Lumpur) pada saat casing mulai diturunkan, sehingga

suspensi semen akan melekat dengan baik pada dinding sumur.


16

2.7 Dasar Perhitungan Cement Slurry

Untuk mendapatkan hasil penyemenan yang baik hanya tergantung

dari teknik / peralatan yang dapat bekerja dengan baik, akan tetapi harus

dilakukan perhitungan perencanaan penyemenan. Adapun perhitungan yang

dilakukan adalah sebagai berikut.

2.7.1 Perhitungan kapasitas dan volume cement slurry.

Kapasitas / luas suatu ruang yang akan di semen dan volume

annulus harus diketahui, jumlah volume annulus yang akan disemen

sama dengan jumlah volume cement slurry yang dibutuhkan. Volume

bubur semen dapat di hitung dengan persamaan :

1. Volume casing

ID 2
Vca sin g Depth
1029.4 ...

(2.3)

2. Volume annulus

( ID 2 OD 2 )
Vannulus Depth
1029.4 (2.4)

Dimana :

ID = inside diameter previous casing, inch

OD = outside diameter casing, inch

1029.4 = konversi dalam satuan volume, bbl

V = volume cement slurry, bbl


17

Depth = kedalaman / ft

2.7.2 Perhitungan yield dan jumlah semen

Jumlah sak semen dapat didefinisikan sebagai jumlah sak

semen yang dibutuhkan dalam suatu proses penyemenan. Jumlah sak

semen berbeda-beda pada tiap-tiap suspensi, tergantung dari yield

semen yang diinginkan. Berat semen dalam satu sak umumnya

adalah 94 lb. Sehingga jumlah sak semen dan yield semen dapat di

hitung dengan rumus sebagai berikut :

vol.cementslurry
Sak cement
yield

(2.5)

Vcement Vwater Vadditive


yield
7.481

(2.6)

Dimana :

7.481 = konversi satuan dari gallon volume menjadi cuft volume

2.7.3 Perhitungan mixing water.

Mixing water adalah jumlah air yang dibutuhkan campuran

semen dan additive untuk menjadi cement slurry. Perhitungan

mixing water ditentukan dengan persamaan

Mixing water = total sak semen x mix water .(2.7)


18

2.7.4 Perhitungan volume displacement

Volume displacement merupakan volume fluida pendorong

yang dibutuhkan untuk mendorong suspensi semen dari dalam

casing agar keluar ke annulus. Besarnya displacement volume

merupakan volume casing dari permukaan sampai collar. Volume

displacement ditentukan dengan persamaan

Displacement volume = Ccasing x Hcollar ...(2.8)

Dimana :

C = kapasitas casing, bbl

H = kedalaman, ft

Anda mungkin juga menyukai