Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kini telah kita ketahui bersama bahwa salah satu hak yang merupakan syarat
utama bagi peningkatan ekonomi adalah transportasi yang efektif. Transportasi
merupakan sebagian dari produksi. Tanpa transportasi yang baik, pemindahan
barang dan manusia (tenaga kerja) hanya dapat diselenggarakan dalam jumlah
dan jarak terbatas, sehingga produksi pun akan terbatas karenanya.
Jalan rel adalah alat pengangkut yang memenuhi kebutuhan itu untuk di darat.
Untuk pengangkutan secara besar besaran, jalan baja dapat menggunakan
beberapa satuan alat pengangkut sekaligus sebagai suatu rangkaian yaitu kereta
api. Selain itu, jalan baja mempunyai perlengkapan yang baik untuk digunakan
mengangkut berbagai jenis barang, seperti gerbong untuk mengangkut minyak,
mesin, hewan, batu bara, dan sebagainya.
Sebagai alat pengangkutan yang amat penting, jalan rel harus selalu dalam
keadaan baik. Kondisi jalan rel harus menjamin keamanan berjalannya kereta
api. Kereta api harus tenang dan membuat nyaman penumpang (comfortable).
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya pemeriksaan dan
pemeliharaan yang terencana dan teratur.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis jenis pemeliharaan rutin dan khusus pada jalan rel
2. Mengetahui berbagai kecacatan yang terjadi pada jalan rel
3. Mengetahui berbagai alat berat yang digunakan untuk pekerjaan
pemeliharaan jalan rel

1
1.3 Manfaat
Penulisan tugas ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya bagi
mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai pemeliharaan jalan rel
2. Untuk pihak pihak lain yang membutuhkannya.

1.4 Pembatasan masalah


Dalam penulisan tugas ini permasalahan yang ditinjau hanya dibatasi pada :
1. Jenis jenis pemeliharaan
2. Macam macam kecacatan pada jalan rel
3. Alat berat yang digunakan dalam pemeliharaan jalan rel

2.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Jalan rel kereta api (UK: Railway Tracks, US: Railroad Tracks) atau biasa
disebut dengan rel kereta api, merupakan prasarana utama dalam
perkeretaapian dan menjadi ciri khas moda transportasi kereta api, karena
rangkaian kereta api hanya dapat melintas di atas jalan yang dibuat secara
khusus untuknya, yaitu rel kereta api. Rel inilah yang memandu rangkaian
kereta api bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Rangkaian kereta atau
gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang
maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal
efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkan secara maksimal sebagai alat
transportasi utama angkutan darat baik didalam kota, antar kota, maupun antar
negara.

2.2 Tujuan dibangunnya rel kereta api


Kereta Api merupakan moda (metode dasar) transportasi dengan multi
keunggulan komparatif: hemat lahan & energi, rendah polusi, besifat massal,
adaptif dengan perubahan teknologi, yang memasuki era kompetisi, potensinya
diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala nasional, sehingga mampu
menciptakan keunggulan kompetitif terhadap produksi dan jasa domestik
dipasar global. Dengan tugas pokok dan fungsi memobilisasi arus penumpang
dan barang diatas jalur rel kereta api, maka ikut berperan menunjang
pertumbuhan ekonomi nasional.

2.3 Definisi struktur jalan rel


Struktur jalan rel merupakan suatu kontruksi yang direncanakan sebagai
prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Gambar 2.1 menjelaskan
gambar konstruksi jalan rel yang tampak secara visual dan secara skematik
digambarkan dalam potongan melintang.

3
Gambar 2.1 (a) Konstruksi jalan rel (b) skematik potongan melintang

Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi, yaitu :

1. Jalan rel dalam konstruksi timbunan.


2. Jalan rel dalam konstruksi galian.

Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah


persawahaan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian
umumnya terdapat pada medan pegunungan. Gambar 2.2 menunjukkan contoh
potongan konstruksi jalan rel pada daerah timbunan dan galian.

Gambar 2.2 Potongan jalan rel pada timbunan (a) dan galian (b)

4
2.4 Prinsip rel kereta api
Kereta api berjalan dengan roda besi, sehingga membutuhkan jalan khusus agar
dapat berjalan dengan baik. Untuk itulah dibuat jalan rel KA dengan
permukaan baja, sehingga roda baja KA beradu dengan jalan rel dari baja.
Jalan baja ini memiliki karakteristik dan syarat-syarat khusus yang berbeda
dengan jalan aspal, sehingga konstruksinya lebih rumit dan melibatkan banyak
komponen. Jalan rel KA harus dibangun dengan kokoh, karena setiap
rangkaian KA yang lewat memiliki beban yang berat, apalagi setiap harinya
akan dilalui berulang kali oleh beberapa rangkaian KA. Oleh karena itu,
konstruksi rel KA dibuat sebaik mungkin agar mampu menahan beban berat
atau istilahnya beban ganda (Axle Load) dari rangkaian KA yang berjalan di
atasnya, sehingga jalan baja ini dapat bertahan dalam waktu yang lama dan
memungkinkan rangkaian KA dapat berjalan dengan cepat, aman dan nyaman.
Merujuk pada bagan di atas, pada dasarnya konstruksi jalan rel KA terdiri atas
2 bagian. Bagian bawah adalah Track Foundation atau Lapisan
Landasan/Pondasi, dan bagian atas adalah Rail Track Structure atau Struktur
Trek Rel.Prinsipnya, jalan rel KA harus dapat mentransfer tekanan yang
diterimanya dengan baik yang berupa beban berat (axle load) dari rangkaian
KA melintas. Dalam arti, jalan rel KA harus tetap kokoh ketika dilewati
rangkaian KA, sehingga rangkaian KA dapat melintas dengan cepat, aman, dan
nyaman. Roda-roda KA yang melintas akan memberikan tekanan berupa beban
berat (axle load) ke permukaan trek rel. Oleh batang rel (rails) tekanan tersebut
diteruskan ke bantalan (sleepers) yang ada dibawahnya. Lalu, dari bantalan
akan diteruskan ke lapisan ballast dan sub-ballast di sekitarnya. Oleh lapisan
ballast, tekanan dari bantalan ini akan disebar ke seluruh permukaan tanah
disekitarnya, untuk mencegah amblesnya trek rel.

5
2.5 Komponen struktur jalan rel
Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yaitu terdiri dari
kumpulan komponen-komponenjalan rel yaitu :
1. Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari
komponen-komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan
(sleeper, tie).
2. Struktur bagian bawah,atau dikenal sebagai substructure, yang terdiri dari
komponen balas (ballast), subbalas (subbalast), tanah dasar (improve
subgrade) dan tanah asli (natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan
tanah di dibawah subbalas yang berasal dari tanah asli tempatan atau tanah
yang didatangkan (jika kondisi tanah asli kurang baik), dan telah
mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan
khusus (treatment). Pada kondisi tertentu, balas juga dapat disusun dalam
dua lapisan, yaitu : balas atas (top ballast) dan balas bawah (bottom
ballast).

Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang menghimpun


komponen-komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan lapisan pondasi
serta tanah dasar secara terpadu dan disusun dalam sistem konstruksi dan
analisis tertentu agar dapat dilalui kereta api secara aman dan nyaman. Gambar
2.3 menjelaskan bagian-bagian struktur atas dan bawah konstruksi jalan rel dan
secara skematik menjelaskan keterpaduan komponen-komponennya dalam
suatu sistem struktur.

Gambar 2.3 Struktur jalan rel beserta sistem komponen penyusunnya


BAB III

6
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif untuk menggambarkan
fenomena yang ada. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberi
uraian mengenai bahan yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai
variable bedasarkan indicator yang diteliti tanpa membuat hubungan dan
perbandingan dengan sejumlah variable yang lain.
Metode penelitian ini dipiih untuk memaparkan teori tentang pemeliharaan
jalan rel kereta api dari beberapa buku sumber.

3.2 Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini,
metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki
benda benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang metode
pemeliharaan jalan rel kereta api.

3.3 Data dan sumber data


Dalam penyusunan tugas ini, ada 2 buku yang dijadikan sumber yaitu buku
berjudul Jalan Kereta Api yang ditulis oleh Ir. Intan Subarkah, dan buku
berjudul Kereta Api yang ditulis oleh Suryo Hapsoro Tri Utomo. Adapun
data yang diambil adalah sub bab mengenai Pemeliharaan dan perbaikan jalan
rel dan pemeliharaan jalan rel berencana secara teratur.

3.4 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang dipilih dalam pengerjaan tugas ini adalah
dengan menggunakan studi literatur.Studi literature merupakan teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori
dan konsep yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Teori
dan konsep dalam penelitian ini terkait mengenai pemeliharaan jalan rel.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharaan jalan rel


Setelah jalan rel dibangun dan digunakan untuk lalulintas kereta api, seluruh
komponen dan struktur jalan rel dapat rusak akibat beban dan gerakan kereta
api, serta pengaruh cuaca. Apabila tidak dilakukan pemeliharaan yang terus
menerus, baik, dan tepat, komponen dan struktur jalan rel dapat semakin
memburuk sehingga dapat mengakibatkan perjalanan kereta api menjadi tidak
aman, tidak nyaman dan tidak lancar. Pemeliharaan jalan rel dilakukan untuk
merawat komponen dan fasilitas yang diperuntukan bagi jalan rel dalam
keadaan baik untuk memberikan gerakan perjalanan kereta api yang aman,
nyaman dan lancar. Selain itu pemeliharaan yang baik juga memberikan
keuntungan berupa komponen jalan rel dan kendaraan jalan rel yang lebih
panjang, dan biaya operasi yang lebih rendah Karena penggunaan bahan bakar
yang lebih sedikit.
Pemeliharaan jalan rel dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
peralatan ringan/sederhana atau menggunakan alat alat berat. Pemeliharaan
jalan rel yang secara umum harus dilakukan, secara garis besar dapat
dikelompokan dalam dua kategori, yaitu;
a. Pemeliharaan rutin (routine maintenance)
b. Pemeliharaan khusus (special maintenance)

4.1.1 Pemeliharaan rutin


1. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin yang dimaksud di sini meliputi pemeliharaan harian dan
pemeliharaan berkala. Pada dasarnya beberapa jenis pekerjaan yang perlu
dilakukan pada pemeliharaan rutin ialah membetulkan kerusakan, cacat, dan
hal lain yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, yang terjadi pada :
a. Alinemen jalan rel,
b. Lebar sepur,
c. Komponen struktur jalan rel,
d. Permukaan kepala rel,
e. Wesel dan persilangan,
f. Persilangan dengan jalan raya
g. Jembatan, gorong gorong dsb,
h. Sistem dan konstruksi drainase,
i. Terowongan.
2. Pemeliharaan harian

8
Pemeliharaan harian dilakukan oleh pekerja sepanjang tahun. Pemeliharaan
harian dilakukan oleh pekerja yang tergabung dalam regu, yang tiap regu
dikepalai oleh seorang kepala regu. Untuk pekerjaan pemeliharaan harian ini,
jalur jalan rel dibagi dalam beberapa bagian panjang (petak jalan rel). satu
petak jalan rel sekitar 6 kilometer. Tiap tiap regu bertugas dan bertanggung
jawab atas pemeliharaan jalan rel pada petak jalan rel dimaksudkan agar
komponen dan struktur jalan rel selalu dalam keadaan baik. Pemeliharaan
harian meliputi:
a. Pemeriksaan harian oleh regu,
b. Pengetatan (tightening) baut yang kendor,
c. Pengetatan komponen struktur penambat,
d. Pembersihan celah jalu flens pada wesel, persilangan, dsb,
e. Pemberian pelumas pada balok gelincir wesel,
3. Pemeliharaan berkala
Yaitu pemeliharaan jalan rel yang dilakukan secara berkala dalam interval
waktu tertentu, misalnya dua kali dalam setahun, setiap dua atau tiga tahun,
dan sebagainya. Pada pemeliharaan ini pengontrolan dan evaluasi dilakukan
secara menyeluruh terhadap:
a. Lebar sepur dan alinyemen,
b. Kedudukan dan dimensi rel,
c. Wesel dan persilangan.

Berdasarkan atas hasil pengontrolan dan evaluasi tersebut, dilakukan perbaikan


(jika perlu penggantian) agar supaya jalan rel dapat berada pada kondisi yang
baik.

Pemeliharaan rutin yang diuraikan diatas adalah merupakan pemeliharaan yang


secara umum perlu dilakukan, sedangkan jenis pekerjaan pemeliharaan dan
interval pemeliharaan dapat berbeda antara satu negara dengan negara yang
lain. Sebagai contoh di Indonesia pernah digunakan cara penglompokan
pekerjaan pemeliharaan jalan rel atas tiga jenis, yaitu: pekerjaan A, pekerjaan
B, dan pekerjaan C.

Pekerjaan A dilakukan dalam setiap jangka waktu selama setengah bulan,


meliputi:

a. Pelurusan dan pengankatan sepur,


b. Pengetaan baut yang kendor, tarpon, paku rel,
c. Pemadatan balas,

9
d. Pengontrolan dan perbaikan lengkung,
e. Pengrontrolan lebar sepur, peninggial rel, pelerbaran sepur,
f. Pemeriksaan dan perbaikan wesel,
g. Pembersihan badan jalan rel.

Pekerjaan B merupakan pekerjaan pembersihan badan jalan (butir g pada


pekerjaan A) untuk kedua kalinya, tetapi hanya dilakukan jika perlu. Pekerjaan
C ialah pekerjaan lainnya yang tidak termasuk pekerjaan A dan pekerjaan B,
misalnya: membersihkan selokan, mengganti bantalan, perbaikan cacat-cacat
sepur yang terjadi mendadak, memperbaiki pagar, dsb.

Pada sistem pemeliharaan jalan rel, Japanese National Railways (JNR) di


Jepang pernah menggunakan cara pemeliharaan jalan rel dilakukan dengan
tenaga manusia yang dalam satu regu terdiri atas 5-15 orang yang bertanggung
jawab terhadap jalan rel sepanjang 5-10 Km. apabila terjadi kerusakan, maka
regu dimaksud wajib segera menanganinya. Akan tetapi Karena frekuensi
perjalanan kereta api sudaj sedemikian tinggi sehingga sulit bagi pekerja untuk
menjalankan tugasnya, maka sustem tersebut diubah menjadi dengan periode
waktu pengawasan yang lebih panjang, tetapi dengan struktur dan komponen
jalan rel yang diperkuat dan mulai menggunakan peralatan bertenaga mesin.
Dengan sistem baru tersebut, panjang jalan rel yang menjadi tanggung jawab
tiap regu menjadi bertambah panjang.

Kerja perbaikan jalan rel oleh JNR dibagi pada tiga kelompok operasi, yaitu:
operasi A, operasi B, dan operasi C, yang masing masing kelompok tersebut
mempunyai periode waktu sendiri. Operasi A yang diantaranya ialah
penggantian bagian bagian yang rusak serta memadatkan bagian bagian yang
mulai gembur dilakukan tiap tahun. Pekerjaan levelling atau menyelaraskan
tinggi rel dan penyetelan sambungan rel, termasuk pada operasi B yang
dilakukan dua kali dalam setahun. Operasi C menangani
pemeliharaan/perbaikan skala kecil tanpa jadwal berkala, kapa saja dan dimana
saja terjadi kerusakan atau hal lain yang dipandang perlu dilakukan perbaikan.

4.1.2 Pemeliharaan khusus

10
Pemeliharaan jalan rel yang secara khusus diadakan sewaktu diperlukan
disebut sebagai pemeliharaan khusus. Pemeliharaan khusus ini biasanya
dilakukan Karena keadaan yang mendesak akibat dari:
a. Kereta api anjlok (derailment)
b. Kecelakaan kereta api
c. Kerusakan pada rel dan bantalan yang disebabkan oleh ausan dana tau
koyakan yang berlebih, sehingga memerlukan penggantian segera. \

4.2 Kecacatan pada jalan rel


Cacat pada jalan rel yang banyak kita jumpai adalah melekuk di satu tempat.
Perlu diteliti dan diselidiki apakah yang menyebabkan lekukan tersebut,
sehingga dapat menentukan cara perbaikannya yang tepat. Perbaikannya tidak
bisa ditunda tunda sebab ada kemungkinan cacat itu sudah ada sejak beberapa
lama. Apabila dibiarkan terlalu lama, perubahan bentuk relnya bisa menjadi
bentuk yang lebih sukar untuk diperbaiki. Lekukan tersebut dapat disebabkan
oleh :
1. Rel bengkok di satu tempat
2. Alat alat penambat rel kendor, sehingga timbul pelebaran rel setempat
3. Bantalan yang sudah lapuk
4. Bantalan kendor
5. Laspelat aus atau patah
6. Sambungan rel turun
7. Balas kotor

4.2.1 Turunnya sambungan rel


Sambungan rel yang turun perlu diselidiki penyebabnya. Biasanya terjadi
akibat adanya kotor di tempat turunnya sambungan rel. Untuk itu, maka
sebelum memperbaiki sambungan relnya, balasnya harus dibersihkan terlebih
dahulu. Balas yang kotor dapat dikeruk dan dibantu dengan penyiraman air
untuk mempermudah saat dibersihkan. Kotornya balas dapat disebabkan oleh
remukan batu yang masuk kedalam rongga rongga, kemudian tercampur air
hujan dan ditambah tekanan tinggi oleh beban kereta api yang lewat. Biasanya,
pengotoran ini berlangsung sampai lapisan terbawah dari balas. Untuk itu,
biasanya pengerukan kotoran pada balas harus dilakukan sampai lapisan dasar
balas. Dasarnya harus dibuat miring 1:15 agar air hujan dapat mengalir ke luar.
Setelah balas dibersihkan, maka sambungannya dapat diperbaiki. Berikut
langkah langkah dalam memperbaiki penurunan sambungan rel :
1. Kendorkan baut baut sambungan

11
2. Angkat sambungannya sampai sedikit (beberapa mm) daripada dasarnya
3. Padatkan balas di bawah bantalan bantalan sambungan. Bantalan yang
paling dekat dengan sambungan harus sangat padat, semakin jauh dari
sambungan, maka kepadatannya berkurang
4. Biarkan sambungan dilalui beberapa kereta api. Apabila sambungan sudah
terlihat kokoh dan tidak turun lagi, baut baut sambungan dikencangkan
hingga akhirnya balas diratakan dan diatur kembali.
4.2.2 Balas dalam kondisi kotor
Apabila balas yang kotor hanya terdapat setempat, perbaikannya dilakukan
seperti pembersihan kotoran pada balas. Apabila bagian yang kotor dalam jarak
yang cukup panjang dan dianggap belum perlu diganti baru, perbaikannya
dilakukan dengan membuat saringan saringan balas (balastdrain) untuk
mengeluarkan air. Saringan saringan yang dibuat di sebelah kiri dan kanan dari
sumbu sepur secara berloncatan kira kira 3 meter. Dasarnya dibuat sedikit lebih
dalam (10 cm) dari dasar balas, dan miring ke luar 1 : 15.
Ada metode yang mengeruk dan membersihkan seluruh lapisan balasnya yang
ada di ujung bantalan, yaitu yang disebut (ballasshoulder).
Kedua metode ini biasanya tidak banyak hasilnya, Karena yang dikeluarkan
dari dalam balas hanya airnya, bukan kotorannya. Apabila balasnya sudah
kotor atau mati, perbaikannya dilakukan dengan mengganti baru.

4.3 Alat alat berat untuk pekerjaan pemeliharaan jalan rel


4.3.1 Multiple Tie Tamper

Gambar 4.1 Alat Multiple Tie Tamped dan cara kerjanya


Multiple Tie Tamper berguna untuk mengangkat, meluruskan jalan rel dan
memadatkan balas di bawah bantalan.. MTT bisa juga digunakan untuk
mengangkat, meluruskan jalan rel dan memadatkan balas dibawah bantalan
untuk wesel dan perlintasan.
4.3.2 Ballas Regulator

12
Gambar 4.2 Ballas Regulator
Ballas Regulator berguna untuk mengatur posisi balas, membuat profil balas.
Saat pemeliharaan, alat ini digunakan untuk mengatur ulang dan
mendistribusikan balas ke sisi kanan dan kiri sepur.
4.3.3 Alat alat lain
Alat alat diatas adalah alat alat yang paling sering digunakan. Adapun alat lain
yang memiliki fungsi khusus, yaitu sebagai berikut.
1. Crib consolidator machine
Untuk memadatkan permukaan balas di antara dua bantalan
2. Flash butt welding machine
Untuk menyambung rel dengan sistem las
3. Ballas cleaner machine
Untuk membersihkan dan menyaring balas yang kotor
4. Universal permanent way motor vehicle machine
Mesing serba guna untuk membuat parit, mengeruk balas, pasir, dsb
5. Track relaying system machine
Untuk menyusun bantalan dan merakit jalan rel
6. Hydraulic rail treader machine
untuk memasang rel pada bantalan tersusun

13
BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data berasal dari benda tertulis seperti buku-
buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Pemeliharaan jalan rel yang secara umum harus dilakukan, secara garis besar
dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu;
a. Pemeliharaan rutin (routine maintenance)
b. Pemeliharaan khusus (special maintenance)
Pemeliharaan rutin yang dimaksud di sini meliputi pemeliharaan harian dan
pemeliharaan berkala, sedangkan pemeliharaan jalan rel yang secara khusus
diadakan sewaktu diperlukan disebut sebagai pemeliharaan khusus.
Pemeliharaan dilaksanakan untuk memperbaiki beberapa kecacatan pada jalan
rel seperti :
1. Rel bengkok di satu tempat
2. Alat alat penambat rel kendor, sehingga timbul pelebaran rel setempat
3. Bantalan yang sudah lapuk
4. Bantalan kendor
5. Laspelat aus atau patah
6. Sambungan rel turun
7. Balas kotor
Dalam pelaksanaanya tentu membutuhkan beberapa alat berat untuk
mengembalikan kecacatan pada rel ke kondisi awal. Seperti pada tabel dibawah
ini :

14
Tabel 5.1 Alat alat yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalan rel

Pada akhirnya, apabila kegiatan pemeliharaan dilaksanakan, maka jalan rel


yang dibangun akan mencapai umur rencana yang direncanakan. Apabila jalan
rel yang dibangun tidak dilakukan pemeliharaan secara rutin, maka tidak akan
mencapai umur rencana.

15

Anda mungkin juga menyukai