Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
DISINTEGRASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

RAHMAD FAJAR JAMAL (D32116509)


RYAN PRATAMA PUTRA (D32116502)

TEKNIK KELAUTAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dengan semangat yang ada penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Disintegrasi. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Penulis
mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT.yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar. Penulis menyadari makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat menambah ilmu kita khususnya
dalam hal disintegrasi.

Gowa, 28-11-2016

Kelompok 11
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam sebuah kelompok masyarakat terjadi penyesuaian-penyesuaian


akan menimbulkan integrasi sosial dan disintegrasi sosial. Integrasi sosial
akan terjadi jika ditemukannya sistem nilai dan sistem norma yang baru yang
menjadi landasan dalam menjalankan aktivitas sosial, sedangkan disintegrasi
sosial akan terjadi jika dari proses penyesuaian-penyesuaian tersebut
berkembang permasalahan-permasalahan baru sebagai akibat dari kegagalan
dalam melaksanakan upaya penyesuaian terhadap sistem nilai dan sistem
norma yang baru tersebut.
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung
potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras
dan etnis golongan. Hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
potensi timbulnya konflik sosial. Dengan semakin marak dan meluasnya
konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa
nasionalisme di dalam masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang
bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan
diri dari NKRI akibat dari ketidak puasan dan perbedaan kepentingan,
apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan baik akhirnya akan
berdampak pada disintegrasi bangsa.
Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat
mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai
Pancasila yang dulu dicita-citakan oleh bapak pendiri bangsa? Sudahkah nilai-
nilai Pancasila luntur dari bangsa ini? Untuk itu inilah PR bagi bangsa ini,
bukan hanya pemerintah, bukan hanya TNI dan POLRI tetapi juga kita seluruh
warga Indonesia. Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila tidak bisa
ditunda-tunda lagi, bangsa ini sudah krisis dalam segala aspek kehidupan
khususnya krisis moral. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan kembali dalam
setiap aspek kehidupan, bukan hanya terkristalisasi sebagi ideologi Negara.
Permasalahan disintegrasi ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi
permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang
saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan
bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka
akan menjadi problem yang berkepanjangan. Untuk itulah, makalah ini
disusun dalam rangka menyadarkan kembali akan pentingnya nilai-nilai
Pancasila ditegakkan kembali.

1.2 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut ini:

1. Memahami apa arti dari disintegrasi.

2. Memahami arti penting nilai-nilai Pancasila.

3. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kini sudah hilang dari hati kita.

1.3 Rumusan masalah

Adapun rumusan makalah ini sebagai berikut:

1. Apa pengertian disintegasi ?


2. Apa penyebab terjadinya disintegrasi ?
3. Bagaimanakah solusi dini untuk mencegah disintegrasi bangsa ini ?
4. Bagaimana contoh kasus disintegrasi di Indonesis ?
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian distegrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi berarti penyatuan


supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Disintegrasi berarti
kebalikan dari kata integrasi, yaitu pemisahan. Ancaman Disintegrasi Bangsa
berarti ancaman akan cerai berainya suatu bangsa. Di Indonesia sendiri, pada
awal-awal kemerdekaanya, masih banyak ancaman-ancaman disintegrasi
bangsa

Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya


keutuhan atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Secara harfiah
dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling
terpisah.

2.2 Penyebab terjadinya disintegrasi

Ada beberapa faktor yang memicu timbulnya disintegrasi diantaranya


sebagaiberikut:

a) Geografi

Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang
sangat strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga
memiliki berbagai permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya
disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau yang dihubungkan oleh laut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi alamnya yang juga sangat
berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial yang disebabkan
oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana
sumber kehidupan sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain
atau tergantung dari daerah lain.

b) Demografi

Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya


lahan pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan,
telah mengakibatkan semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya
tingkat pendapatan, ditambah lagi mutu pendidikan yang masih rendah yang
menyebabkan sulitnya kemampuan bersaing dan mudah dipengaruhi oleh tokoh
elit politik/intelektual untuk mendukung kepentingan pribadi atau golongan.
c) Kekayaan Alam

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati
akan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum
secara keseluruhan dapat digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi
ini perlu didayagunakan dan dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan
pemberdayaan masyarakat dalam peran sertanya secara berkeadilan guna
mendukung kepentingan perekonomian nasional.

d) Ideologi

Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam


penghayatan dan pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-
nilai dasar Pancasila, bahkan saat ini sering diperdebatkan. Ideologi pancasila
cenderung tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang
mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas, demikian pula faham
keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.

e) Politik

Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh


bangsa Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi
partai, pemisahan TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai
saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas
karena berbagai masalah pokok inilah yang paling rawan dengan konflik sosial
berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.

f) Ekonomi

Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat


pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk
kemitraan dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN.
Hal ini dihadapkan dengan krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat dan meningkatnya tingkat pengangguran serta
terbatasnya lahan mata pencaharian yang layak.

g) Sosial Budaya

Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi


dan dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung
berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga
masyarakat yang terjadi adalah konflik tata nilai. Konflik tata nilai akan
membesar bila masing-masing mempertahankan tata nilainya sendiri tanpa
memperhatikan yang lain.
h) Pertahanan dan Keamanan

Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung
didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang
bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.

2.3 Pencegahan dan penangulan disintegrasi bangsa.

Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya


berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya,
hukum dan hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan
sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama
yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi politiknya serta para eks
tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal
dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan


nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada
posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh
karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan
stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka mendukung integrasi
bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Adapun pencegahan dan penangulangan disintegrasi bangsa diantaranta


sebagai berikut :

1. Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis.

Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara kondisi stabilitas


keamanan yang mantap dan dinamis diseluruh wilayah tanah air merupakan
syarat mutlak. Artinya setiap gangguan dan ancaman yang datang disebagian
wilayah NKRI pada hakekatnya ancaman bagi seluruh wilayah NKRI.
Menciptakan keamanan merupakan tanggung jawab semua pihak (Warga
Negara) dengan pihak aparat keamanan (TNI dan POLRI) sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Dengan mencermati dan memperhatikan
kondisi keamanan diberbagai daerah saat ini dan kondisi bangsa yang
sedang krisis kepercayaan dan mutlidimensi, maka terciptanya kondisi
stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis amat diperlukan. Hal ini selain
merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan rasa aman, nyaman,
tentram dan adanya tata kehidupan masyarakat yang tertib juga untuk
meningkatkan kepercayaan dunia usaha yang membutuhkan adanya kepastian
dan jaminan investasi. Tanpa adanya stabilitas keamanan di suatu daerah,
sudah dapat dipastikan akan terganggu roda pembangunan dalam banyak hal.
Oleh karena itu gangguan keamanan/konflik yang terjadi di beberapa daerah
perlu dilakukan penangganan yang serius agar tidak terjadi sikap balas
dendam dan luka yang terus berlanjut bahkan dapat mengancam perpecahan
bangsa.

2. Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa.

Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup serius dan


segera harus diselesaikan melalui langkah-langkah yang komprehensif. Guna
mendorong kembalinya semangatnya persatuan bangsa dan kesatuan wilayah
yang telah dimiliki dan guna mencegah disintegrasi bangsa tidak ada
alternatif lain mengembalikan kondisi aman yang didambakan oleh seluruh
masyarakat dan bangsa Indonesia. Stabilitas keamanan di daerah konflik
yang cenderung mengarah kepada disintegrasi bangsa harus terus diciptakan
dengan pendekatan komprehensif baik dari aspek ekonomi, sosial budaya,
politik maupun dari pendekatan hukum dengan dibantu aparat hukum yang
terus melakukan tindakan konkrit dan koordinatif serta tetap mengedepankan
semangat kebersamaan dalam menciptakan keutuhan bangsa dan negara.

3. Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku.

Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan diberbagai


daerah yang rawan konflik saat ini serta kondisi bangsa supaya tidak terjadi
ancaman disintegrasi bangsa pemerintah pusat, instansi maupun daerah dalam
hal ini pihak keamanan/aparat keamanan harus menegakkan aturan hukum
dan perundang-undangan yang berlaku serta melakukan tindakan persuasif
dan pendekatan keamanan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi
daerah masing-masing. Guna mendorong kembali semangat persatuan,
kesatuan wilayah dan bela negara sebaiknya pemerintah mencari terobosan
lain untuk mensosialisasikan Pancasila agar dapat dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2.4 Peristiwa-peristiwa disintegrasi di Indonesia

A. PKI MADIUN 1948

Waktu : 1948, dengan memproklamasikan berdirina


Negara Republik Soviet Indonesia

Sebab : Hasil kesepakatan Renville menguntungkan Belanda


Pemimpin : Muso

Cara Penumpasan:

Pemerintah mengajak Rakyat untuk menentukan sikap untuk


memilih Sukarno- Hatta atau Mus gerakan operasi Militer I dan
melakukan pembridelan terhadap beberapa surat kabar berhaluan
komunis

Hasil : Seluruh kekuatan pemberontak dapat ditumpas dan


kota Madiun dapat direbut

Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI ( Sarikat


Islam ) yang mendapat pengaruh ISDV ( Internasionalisme Sosialisme
Democratise Vereeniging ) yang didirikan oleh HJFM. Snevliet Dkk
pada bulan Mei 1914 di Semarang yang pada bulan Desember
diubah menjadi PKI.

Pada tanggal 13 Nopember 1926 melakukan pemberontakan


terhadap pemerintah Belanda. Pada tanggal 18 September 1948
MUSO memimpin pemberontakan terhadap RI di Madiun. Tujuannya
ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara
komunis. Pemberontakan ini menyebarhampir di seluruh daerah
Jawa Timur namun berhasil di gagalkan dengan ditembak matinya
MUSO sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.

B. DI/TII

1. JAWA BARAT

Waktu : 14 Agustus 1947

Latar belakang : Tidak sejalan dengan pemerintah RI ketika


terjadi perundingan Renville yang dianggap
merugikan pemerintah Indonesia

Pemimpin : Sekarmaji Maridjan Kartosuwiryo

Cara penumpasan : Melakukan Operasi Militer taktik pagar besi


menggunakan ratusan ribu tenaga
rakyat untuk mempersempit ruang gerak
Hasil : Pada tanggal 4 juni 1962 kartosuwiryo
berhasil ditangkap di gunung beber
oleh pasukan siliwangi

Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo karena tidak setuj


terhadap isi perjanjian Renville. Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI
( Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau
mengakui Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila
sebagai dasar negara. Untuk itu ia memproklamasikan berdirinya
Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam ( DI )

2. JAWA TENGAH

Waktu : 23 Agustus 19

Latar belakang : Mengurus penggabungan laskar laskar


masukke dalam TNI

Pemimpin : Amir Fatah

Cara penumpasan : Pemerintah membentuk pasukan baru


yang disebut dengan bintang raiders

Hasil : Akhirnya dilakukan operasi guntur pada


tahun 1954 gerombolan dapat dicerai
Beraikan

Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Selama Agresi


Militer Belanda ke II Amir Fatah diberi tugas menggabungkan laskar-
laskar untuk masuk dalam TNI. Namun setelah banyak anggotanya ia
beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari
DI/TII.

3. SULAWESI SELATAN

Waktu : 30 April 1950

Latar belakang : Banyak pemuda sulawesi yg tergabung


dalam PRI sulawesi ikut bertempur untuk mempertahankan
kota Surabaya

Pemimpin : Kahar Muzakar


Cara penumpasan : Dilakukan penyergapan oleh pasukan TNI
dan

Hasil : Kahar Muzakar tertembak mati

Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk


menduduki jabatan sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut aga45r Komando
Gerilya Sulawesi Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS
dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan tersebut ditolak oleh
pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang
akan menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.

4. ACEH

Waktu : 20 September 1953

Latar belakang : Setelah proklamasi Kemerdekaan RI , di


aceh terjadi pertentangan antara
alim ulama dengan para kepala asla

Pemimpin : Tengku Daud

Cara penumpasan : Antar prakarsa panglima kadam iskandar


muda , colonel M. jann maka
dilaksanakan musyawarah kerukunan rakyat aceh

Hasil : Musyawarah ini mendapat dukungan dari tokoh


tokoh masyarakat aceh dan berhasil
memulihkan keamanan .

Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena


status Aceh sebagai daerah Istimewa diturunkan menjadi sebuah
karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Ia lalu menyusun
kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.
Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan jalan Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).

5. KALIMANTAN SELATAN

Waktu : Oktober 1950

Latar belakang :Terjadi pemberontakkan kesatuan


masyarakat tertindas
Pemimpin : Ibnu Hajar

Cara mengatasi : Melakukan gerakan Operasi militer ke


Kalimantan selatan

Hasil : Pada tahun 1954 ibnu hajar di


tangkap dan di hukum mati pada 22
maret 1955.

Dipimpin oleh Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari


DI/TII dengan memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas.
Ia dan anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta
melakukan tindakan pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar
sendiri ditembak mati.

C. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )

Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling


bekas tentara KNIL. Tujuannya agar pemerintah RIS dan negara
Pasundan mengakui APRA sebagai tentara negara Pasundan dan agar
negara Pasundfan tidak dibubarkan/dilebur ke dalam NKRI.

D. ANDI AZIS

Waktu :5 Januari 1950

Latar belakang : Menyerang gedung tempat


berlangsungnya sidang kabinet

Pemimpin : Kapten Raymond Westerling

Cara penumpasan : Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan


ultimatum bahwa dalam waktu 4x24 jam Andi
Azis harus melaporkan diri ke Jakarta
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Hasil : Pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata


dikembalikan, dan semua tawanan
harus dilepaskan.

Beliau merupakan komandan kompi APRIS yang menolak


kedatangan TNI ke Sulawesi Selatan karena suasananya tidak
aman dan terjadi demonstrasi pro dan kontra terhadap negara
federasi. Ia dan pasukannya menyerang lapangan terbang, kantor
telkom, dan pos-pos militer TNI. Pemerintah mengeluarkan ultimatum
agar dalam tempo 4 x 24 jam ia harus mempertanggung jawabkan
perbuatannya.

E. RMS ( Republik Maluku Selatan )

Waktu : 25 April 1950

Latar belakang : Tidak puas dengan terjadinya proses


kembali ke NKRI

Pemimpin : Dr.Christian Robert Steven Soumokil

Cara penumpasan : Diselesaikan secara damai dengan


mengirimlkan misi dipimpin Leimena gagal
sehingga kemudian dikrimkan pasukan
ekspedisi militer pimpinan Kawilarang.

Hasil : Sisa sisa kekuatan RMS banyak yang


melarikan diri ke pulau seram dan
membuat kekacauan akhirnya Soumokil dapat
ditangkap dan jatuhi hukuman mati

Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson


Soumokil bekas jaksa agung NIT ( Negara Indonesia Timur ). Ia
menyatakan berdirinya Republik Maluku Selatan dan
memproklamasikannya pada 25 April 1950. Pemberontakan ini dapat
ditumpas setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet
Riyadi, Letkol S. Sudiarto dan Mayor Abdullah.

F. PRRI/PERMESTA

Waktu : 15 Februari 1958

Latar belakang : Keinginan adanya otonomi yg luas

Pemimpin : Letnal Kolonel Achmad Husein

Cara penumpasan : Operasi militer Pemerintah mengerahkan


pasukan militer terbesar di sejarah
militer Indonesia

Hasil : Operasi militer dipimpin AE Kaliurang


berhasil kembali menguasai
daerah
G. PERMESTA

Waktu : 7 Februari 1958

Latar belakang : Masyarakat di manado tidak puas dengan


keadaan ekonomi

Pemimpin : Letkol Ventje Sumual

Cara penumpasan : Pemerintah Republik Indonesia


menggunakan operasi militer untuk
menghentikan pemberontakan

Setelah Pemilu I dilaksanakan, situasi semakin memburuk dan


terjadi pertentangan . Beberapa daerah merasa seolah-
olah diberlakukan secara tidak adil ( merasa dianaktirikan )
sehingga muncul gerakan separatis di Sumatera yaitu PRRI (
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia ) dipimpin oleh
Kolonel Ahmad Husen dan PERMESTA ( Piagam Perjuangan Rakyat
Semesta ) di Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan Kolonel
Ventje Sumual.

G. G 30 S/PKI

Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00 dinihari PKI


melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil
membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin
menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis-
Marxis. Setelah jelas terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka
diadakan operasi penumpasan :

1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI

2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel


Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD

3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat


langsung maupun yang mendalanginya.

Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh


lagi tersebar di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden
yang ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto yang
menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12
Maret 1966.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga negara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat
bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal
penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu saja.

Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk
kasus yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam
masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses
sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga memerlukan penanganan
khusus dengan pendekatan yang arif namun tegas walaupun aspek hukum,
keadilan dan sosial budaya merupakan factor berpengaruh dan perlu pemikiran
sendiri.

3.2 Saran

a. Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus


diselesaikan dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna
menghindari korban dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek
ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.

b. Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan


hukum dan HAM.

c. Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan


faktor perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward and punishment dari strata pimpinan diatasnya.

d. Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang


berdampak disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen
yang handal.

Anda mungkin juga menyukai