Anda di halaman 1dari 1

Beberapa pertanyaan yang perlu dieksplorasi dalam pembahasan ini,

diantaranya adalah:
1 Apa pengertian atau definisi dari zakat, infaq, sadaqah dan wakaf?
2 Seperti apa perbedaan dan persamaan dari masing-masing?
3 Bagaimana masyarakat mempraktikkan ZIS & Wakaf?
4 Apa yang bisa diharapkan dari ZIS & Wakaf? Dan seperti apa kondisi
terkini dari cita-cita sosial yang diharapkan tersebut?
5 Apa makna memberi (giving) bagi manusia (bagi Muslim)?

Zakat itu artinya mensucikan, membersihkan, menambah. Jadi, sebagian harta yang wajib
dikeluarkan itu, walaupun terlihat berkurang akan tetapi pada dasarnya akan bertambah
jumlah & keberkahannya, serta akan mensucikan dan membersihkan diri dari segala dosa.
Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan bukan zakat. Infaq ada yang wajib dan
ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll. Infak sunnah diantara nya, infak
kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll.

shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun
pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan.

Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada
seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa badan pengelola dengan
ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syariat Islam (M. Zein,
2004:425).

Persamaan perbedaan
Zakat
Infaq
Shadaqoh
Wakaf

masa-masa yang lalu pelaksanaan ZIS & Wakaf masih menggunakan cara-
cara tradisional, namun seiring dengan perkembangan zaman praktik ZIS &
Wakaf dikalangan masyarakat juga mengalami pergeseran. Meski demikian,
tidak dapat dipungkiri bahwa cara-cara tradisional-pun hingga saat ini masih
sering kita jumpai. Cara-cara tradisional yang dimaksud adalah lebih bersifat
karikatif (santunan) dan konsumtif.
Sebelum tahun 1990, dunia perzakatan di Indonesia memiliki beberapa karakteristik, antara lain zakat umumnya
diberikan langsung oleh muzakki kepada mustahik, jika pun melalui petugas zakat hanya terbatas pada zakat fitrah
yang bertugas temporer, kemudian zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat konsumtif dan harta objek
zakat terbatas pada harta yang secara eksplisit dikemukan dalam Al-Quran dan Hadist (Hafidhuddin 2006, 209).

Namun, dalam praktiknya, pengelolaan zakat di Indonesia belum mampu mewujudkan peran strategis tersebut.
Kondisi seperti ini terutama terjadi sebelum tahun 1990-an, ketika belum ada kemauan politik dari pemerintah untuk
mengatur pengelolaan zakat secara lebih optimal. Regulasi zakat pertama di Indonesia adalah Surat Edaran
Kementerian Agama No.A/VII/17367 tahun 1951 yang melanjutkan ketentuan ordonansi Belanda bahwa negara tidak
mencampuri urusan pemungutan dan pembagian zakat, tetapi hanya melakukan pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai