Anda di halaman 1dari 4

Mola Hidatidosa

Definisi
Mola hidatidosa termasuk ke dalam penyakit trofoblastik gestasional. 1
Penyakit trofoblastik gestasional mencakup baik bentuk jinak maupun ganas
dan meliputi kelompok mola hidatidosa yang dibagi menjadi mola komplit
dan parsial dan kelompok penyakit trofoblastik ganas yang mencakup mola
invasif, koriokarsioma dan PSTT (placental site throloblastic tumor) dan
tumor trofoblastik epiteloid. 2-4 Mola hidatidosa dikarakteristikan sebagai
abnormalitas pada vili korion yang berisi proliferasi dan edema dari stroma
vilus. 1

Insidens
Insidens dari penyakit trofoblastik gestasional bervariasi antara 1:200-1.000
kehamilan, dengan ras Asia memiliki insidens yang lebih tinggak dibanding
populasi non-Asia (1/390 dan 1/750). Insidens lebih tinggi didapatkan pada
wanita kurang dari 15 tahun dan lebih dari 45 tahun. 5 Adapun insidens mola
hidatidosa di USA dan Eropa adalah 1-2 tiap 1000 kehamilan, dan insidens
didapatkan lebih tinggi di populasi Asia. 1 Di Taiwan, insidens mola hidatidosa
yang dilaporkan adalah sebesar 1 dari 125 kelahiran hidup, di Asia Tenggara
dan Jepang sebesar 2 dari 1000 kehamilan. 2 Wanita usia 36-40 tahun
memiliki resiko 2 kali lipat terkena mola hidaditosa dan usia lebih dari 40
tahun memiliki resiko hampir 10 kali lipat.1 Faktor resiko yang paling kuat
selain usia adalah riwayat kahamilan mola sebelumnya. 1

Klasifikasi
Mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi mola komplit dan mola parsial
bergantung pada genetik dan gambaran histopatologi.

Mola komplit
Mola komplit secara makroskopik digambarkan sebagai kumpulan massa
berbentuk vesikel yang jernih dengan ukuran bervariasi. Secara
histopatologi mola komplit menunjukkan gambarah degenerasi hidrofik dan
edema vilus; ketiadaan pembuluh darah vilus; dan proliferasi epitel trofoblas
dengan derajat yang bervariasi serta tidak ditemukan elemen janin. 1 Pola
kromosomal dari mola komplit adalah diploid dan paternal dengan 85-90%
menunjukkan kariotip 46 XX . Pada bentuk yang lain pola kromosomalnya
dapat berupa 46 XY sebagai hasil fertilisasi dispermi dari ovum yang
kosong.1,3 Mola komplit memiliki insidens yang lebih tinggi untuk berlanjut
menjadi ganas dibandingkan dengan mola parsial. 1

Mola parsial
Gambaran dari mola parsial mencakup elemen jaringan fetus dan
perubahan hidatidiform yang fokal dan less advanced. Mola parsial
umumnya merupakan hasil dari kegagalan fertilisasi dimana ovum yang
normal dibuahi oleh dua sperma sehingga menghasilkan kariotip triploid
69XXY. Resiko dari penyakit trofoblas yang pesisten setelah kehamilan mola
parsial lebih rendah dibandingkan mola komplit. 1,5

Tabel 1. Perbedaan klinis dan patologis antara mola komplit dan parsial 1,6

Mola Komplit Mola Parsial


Klinis
Gejala klinis Umumnya berat, sejak awal Umumnya ringan, serupa
kehamilan dengan abortus
Diagnosis -Kehamilan mola -Missed abortion
-Umumnya diketahui dari -Seringkali terlewati baik
gejala klinis dan gambaran klinis maupun
ultrasonografi ultrasonografi, terdiagnosis
dari histologi produk
konsepsi
Penyakit trofoblastik 15 % kasus 0.5% kasus
persisten
Kadar hCG awal >100.000mIU/ml <100.000 mUI/mL
Patologis
Gambaran makroskopik Kumpulan vesikel Umumnya normal atau
menyerupai anggur, tidak dicurigai keguguran
tampak jaringan fetus hidrofik. Dapat ditemui
jaringan fetus
Gambaran mikroskopik Proliferasi trofoblas disertai Vilus hidrofik yang fokal.
vilus hidrofik yang difusa Proliferasi trofoblas yang
ringan-sedang. Diagnosis
mikroskopik seringkali sulit.
Kariotip Umumnya diploid. Umumnya triiploid,
Kromosom paternal Kontribusi paternal diploid
dan maternal haploid.
Immunostaining P57 KIP2
Negatif Positif

Tanda dan gejala


Klinisi harus waspada terhadap tanda dan gejala kehamilan mola. Selain
amenorea, gambaran klasik dari kehamilan mola antara lain perdarahan
pervaginam ireguler (dapat berupa spotting maupun perdarahan hebat),
hiperemesis, ukuran uterus yang tidak sesuai usia kehamilan dan kegagalan
kehamilan muda. Gambaran yang lebih jarang ditemui pada kehamilan mola
antara lain hipertiroid, preeklampsia onset dini atau pembesaran abdomen
akibat kista teka lutein.3 Kista teka lutein ditemukan pada 25-60% kasus
mola komplit dengan ukuran bervariasi sampai dengan 10cm atau lebih.
Permukaan kista licin, umumnya kekuningan dan dilapisi sel lutein (akibat
over stimulasi dari elemen lutein akibat tingginya kadar hCG yang dihasilkan
proliferasi sel trofoblas).1

Diagnosis
Pemeriksaan ultrasound sangat membantu dalam membuat diagnosis pre-
evakuasi, namun diagnosis definitif dibuat dengan pemeriksaan
histopatologi dari produk konsepsi.3 Karakteristik sonografi dari mola komplit
antara lain masa ekogenik uterus yang kompleks dengan beberapa rongga
kistik tanpa jaringan fetus ataupun kantong amnion. Sedangkan gambaran
sonografi dari mola parsial mencakup plasenta yang menebal, hidrofik
disertai jaringan fetus.1 Estimasi dari kadar hCG dapat membantu dalam
diagnosis kehamilan mola; kadar hCG lebih dari 2 kali lipat median memiliki
makna dalam diagnosis.3

Tatalaksana
Setalah diagnosis kehamilan mola ditegakkan, evakuasi dilakukan dengan
suction curretage. Pemberian oksitosin selama dan setelah prosedur masih
diperdebatkan. SOGC merekomendasikan pemberian oksitosin intravena
selama prosedur dan setelahnya.4 Setelah miometrium berkontraksi, maka
dapat dilakukan kuretase dengan sendok kuret besar secara perlahan.1,4
RCOG tidak merekomendasikan penggunaan oksitosin saat evakuasi, kecuali
didapatkan perdarahan hebat dan penggunaan infus oksitosin bermanfaat
melebihi resiko embolisasi dan penyebaran dari tumor melalui sistem vena.
Pada mola komplit yang tidak terdapat jaringan fetus didalamnya, maka
evakuasi dengan suction merupakan pilihan. Untuk mola parsial dimana
jaringan fetus menghalangi penggunaan suction curretage, maka dapat
dilakukan evakuasi secara medis.3 Pada mola hidatidosa dengan usia
kehamilan lebih dari 16 minggu, maka evakuasi harus dilakukan di rumah
sakit pusat karena ada resiko emboli paru dari jaringan mola. 2 Apabila
kehamilan sudah tidak diinginkan, maka histerektomi medapat menjadi
pilihan.1,4

Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan hal yang penting dilakukan pada wanita pasca
evakuasi mola. Tujuan jangka panjang adalah untuk memastikan resulosi
yang lengkap dari penyakit trofoblastik. Langkah berikut direkomendasikan:
1. Mencegah kehamilan selama minimal 6 bulan menggunakan
kontrasepi hormonal
2. Setelah nilai dasar B-hcG dicapai setelah 48 jam pasca evakuasi,
maka nilai B-hCG dimonitor setiap 1-2 minggu apabila kadarnya
masih tinggi. Hal ini penting untuk mendeteksi penyakit trofoblas
persisten.
3. Kemoterapi tidak diindikasikan selama kadar B-hCG berlanjut untuk
turun. Peningkatan atau kadar yang menetap membutuhkan evaluasi
untuk penyakit trofoblas persisten dan pengobaan.
4. Ketika nilai B-hCG telah turun mencapai nilai normal, maka nilai B-
hCG serum diperiksa setiap bulan selama 6 bulan dilanjutkan setiap 2
bulan selama 6 bulan berikutnya. Apabila nilainya sudah tidak dapat
dideteksi, maka sudah tidak diperlukan lagi pemeriksaan lanjutan dan
pasien diperbolehkan untuk hamil. 1,2

Referensi
1. Cunningham, dkk. Williams Obstetrics. 24 th edition. USA: McGraw-Hill.
2014.
2. Ngan, HYS dkk. FIGO Cancer report 2012: Thropoblastic disease.
International Journal od Gynecology & Obstetrics 119S2 2012: S130-
S136.
3. The management of gestational thropoblastic disease. RCOG Green
Top Guideline No.38. 2010.
4. Gerulath AH. SOGC Clinical practice guidelines: Gestational
trophoblastic disease. JOGC 2002;114:1-6.
5. Duggan dkk. RANZCOG Statement for the management of gestational
thropoblastic disease. C-Gyn-31. 2013.
6. Cahill DJ, Swingler R, dan Wrdle PG. Bleeding and Pain in early
pregnancy. In : High risk pregnancy management options. USA:
Elsevier. 2011.

Anda mungkin juga menyukai