Anda di halaman 1dari 24

1.

1 Identitas Pasien
Nama : Nn. R
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Etnis : Sunda
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dusun Petir, Ciamis
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2016

1.2 Keluhan Utama


Mengamuk
1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
1.3.1 Autoanamnesis
Pasien tampak takut, waspada ketika didekati oleh siapapun dan berteriak-
teriak. Pasien mengatakan baru saja melahirkan disini (RSJ) dan mengakui melihat
bayi yang baru saja dilahirkannya, pasien sibuk mengambil bintang-bintang dilangit
untuk anaknya. Selain itu, pasien mengaku melihat bayangan kakaknya yang sedang
marah kepadanya, melihat teman-temannya sedang membicarakan dan
mentertawakannya. Pasien mengatakan bahwa ada mayat tergeletak disamping pasien
sehingga pasien tidak mau berbaring di kasurnya.
Pasien juga mendengar ada suara-suara yang menyuruhnya untuk tidak
berbicara dengan siapapun. Pasien mengatakan saat ini sedang merasa marah, namun
amarahnya tidak jelas ditujukan kepada siapa. Pasien mengaku sering dipegang-
pegang dibagian dada dan daerah kemaluan oleh laki-laki yang tidak pasien sebutkan
namanya karena merasa ada yang melarangnya untuk mengatakan hal tersebut. Pasien
mengatakan memiliki pacar dan hubungan antara keduanya baik-baik saja. Ketika
diungkit soal ayannya pasien terlihat marah dan menghindar.
1.3.2 Heteroanamnesis
Satu bulan SMRS pasien mengamuk, memukul, berteriak, berbicara sendiri,
berbicara tidak nyambung, mondar-mandir, memaksa ingin keluar rumah. Pasien
terlihat marah dan curiga kepada ayah kandungnya dan semakin tidak terkendali bila
melihat ayahnya. 2 minggu SMRS Pasien juga tidak tidur, kurang makan dan mandi
harus dipaksa oleh keluarganya. 10 hari SMRS pasien mengalami demam yang naik
turun namun ketika berobat tidak ada masalah dengan kesehatannya.
Bulan desember 2015 pasien mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh
ayah kandungnya beberapa kali. Keterangan ini diperoleh ibu pasien dari guru
disekolahnya. Sejak bulan desember pasien tampak semakin suka menyendiri,
berdiam diri dikamar, dan jarang berbicara dengan anggota keluarga dirumah.
Menurut keluarga, sebelum sakit pasien merupakan anak yang baik, jarang
keluar rumah dan memiliki sedikit teman. Begitu juga disekolahnya jarang sekali ikut
serta kegiatan organisasi atau acara-acara disekolahnya. Hubungan pasien dengan ibu
memang tidak terlalu dekat, dan memiliki hubungan kurang baik dengan ayahnya.
pasien juga tidak pernah menceritakan masalah pribadinya kepada ibu pasien.

4 Riwayat Penyakit Dahulu


pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama dan tidak pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya

5 Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai buruh dan
ibu pasien bejualan kue keliling kampung. Pasien memang memiliki hubungan yang
kurang baik dengan ayah pasien, ditambah pasien diperkosa oleh ayahnya beberapa kali.
ayah dan ibu pasien akan memproses perceraian yang disebabkan kasus pemerkosaan.
Sehungga lima bulan terakhir pasien tinggal dengan nenek dan ibunya.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yg sama dengan pasien ataupun
terdiagnosis mengalmi gangguan kejiwaan

6 Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah menjalani pengobatan penyakit fisik maupun mental sebelumnya

7 Riwayat Perkembangan
Riwayat prenatal dan masa bayi
Ibu mengandung 9 bulan dan persalinan secara normal dibantu paraji
Riwayat masa balita (usia 1-5 tahun)
Perkembangan dan pertumbuhan seperti anak seusianya

Riwayat masa sekolah (usia 5-12 tahun)


Pernah tidak naik kelas saat SD kelas 1 kekelas 2
Riwayat masa remaja (usia 13-18 tahun)
Pendiam, tidak banyak teman (masa yang saat ini sedang dijalani)
Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain
Pasien tidak pernah mengalami gangguan kejiwaan sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat demam tinggi
Tidak memiliki kejang
tidak memiliki riwayat trauma kepala dan cedera kepala lainnya
Riwayat meminum alcohol atau mengkonsumsi obat tertentu disangkal
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
Riwayat Kepribadian Sebelum Sakit
Seorang yang pendiam dan suka menyendiri
Tidak terlalu menyukai kegiatan organisasi disekolahnya dan hanya memiliki sedikit
teman
Riwayat Hubungan Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan teman disekolahnya
Pasien memiliki hubungan yang senggang dengan ayah dan ibunya

8 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : pasien tampak tenang
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : dalam batas normal
Status Interna : dalam batas normal

Status Psikiatrikus
Roman Muka : Bingung
Kesadaran : komposmentis
Kontak / Rapport : Ada inadekuat

Orientasi
Tempat : buruk
Waktu : buruk
Orang : baik
Memory
Masa kini: buruk
Masa dulu: baik
Segera : buruk
Perhatian : distraktibilitas
Insight of illness : buruk
Persepsi :
Halusinasi : dengar (+), lihat (+), olfaktori (-), taktil(+)
Pseudohalusinasi : (-)
Ilusi : (-)
Pikiran
Bentuk : Autistik
Isi :
Waham : waham kejar (-), waham kebesaran(-), waham kendali (+),
waham dosa (-)
Idea of reference (+) , idea of influence (+)
Thought : broadcast (-), insertion (-), withdrawal (-)
Suicide idea : (-), tentamen suicide (-)
Jalan : koheren
Emosi
Mood : cemas, marah
Afek : serasi
Tingkah laku : hiperaktif
Dekorum
Sopan santun : baik
Cara berpakaian : baik
Kebersihan : baik

9 Psikodinamika
Hubungan pasien dengan keluarga kurang hangat
Memiliki hubungan kurang baik dengan ayahnya
Pasien tidak memiliki teman dekat dan jarang bergaul dg orang disekitarnya
Pasien mengalami pemerkosaan oleh ayah kandungnya sendiri
Orang tua akan bercerai

10 Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD/ F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : tidak ada
Aksis III : tidak ada
Aksis IV : . Hubungan dengan keluarga kurang dekat
. Hubungan dengan ayah buruk
. Tidak memiliki teman dekat
. Diperkosa oleh ayah kandung sendiri
Aksis V : GAF scale pada saat pemeriksaan 30-21

11 Penatalaksanaan
Psikofarmaka
Zyprexa inj i.m (selama 3 hari)
Risperidon (2 mg 2 x tab)
THF 2 mg (2 x 1 tab)
Clozapin 25 mg (0 0 - )
Psikoterapi
Rawat inap
Psiko supportif
Piskoterapi reedukatif
Terapi kognitif perilaku
Edukasi :
o sarankan keluarga pasien tentang pentingnya dukungan dan kurangi hal-
hal yang dapat meningkatkan stressor
o Melakukan hal-hal yang menyenangkan dan jgn menyimpan emosi
o Diskusi pentingnya untuk teratur minum obat dan control

12 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Qou ad sanantionam : dubi ad malam
SKIZOFRENIA

Definisi

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapproproate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Skizofrenia merupakan penyakit kronis otak yang timbul akibat ketidakseimbangan


pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik
paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal.

Insidensi

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA)
tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Menurut
DSM-IV-TR insiden pertahun dari skizofernia berkisar 0.5-5.0/10.000 populasi dengan
variasi geografis. Ditemukan disemua tempat di dunia dengan insiden dan prevalensi yang
sama.

Walaupun insidensi pada lelaki dan wanita sama, gejala muncul pada lelaki lebih
awal. 75% penderita skizofrenia lelaki mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun dan wanita
biasanya antara 20 -30 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena
tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Prevalensi Genetik Skizofrenia pada Populasi Spesifik

Populasi Prevalensi (%)


Populasi umum 1,0
Bukan saudara kembar Penderita 8,0
skizofrenik
Anak dengan satu orang tua skizofrenik 12,0
Kembar dizigotik Penderita skizofrenik 12,0
Anak dari kedua orangtua skizofrenik 40,0
Kembar monozigotik Penderita skizofrenik 47,0

Gejala dan Klinis

Tidak ada pemeriksaan fisik maupun lab yang bisa mendiagnosa skizofrenia.
Biasanya diagnosa dicapai berdasarkan gejala-gejala klinis. Dengan pemeriksaan fisik
biasanya kita dapat menyingkirkan penyakit lain yang mungkin menyebabkan keadaan sakit
yang serupa pada Penderita seperti epilepsi, metabolik, disfungsi tiroid, tumor otak, zat
psikoaktif, lain-lain.

Saat ini beberapa penelitian telah mengklasifikasikan skizofrenia menurut kombinasi


5 buah gejala yang muncul, yaitu:

1. Gejala positif
2. Gejala negatif
3. Kognitif
4. Agresif/ hostile
5. Depresif / cemas
Jaras dopamin yang pertama adalah mesolimbik, suatu projeksi dari area ventral
tegmental ke arah daerah limbik, termasuk nukleus akumbens. Pada hipotesis dopamin,
terjadi pelepasan dopamin yang berlebihan di jaras tersebut yang akan menyebabkan gejala
positif psikosis, yaitu:
Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional.
Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Kekacauan alam pikir, dilihat dari isi pembicaraannya, bicaranya kacau.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
Merasa dirinya "Orang Besar", merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap
dirinya.
Menyimpan rasa permusuhan.
Jaras mesokortikal, berasal dari area ventral tegmental di batang otak, berprojeksi ke
kortex limbik. Apabila terjadi defisiensi dopamin, atau terjadi blokade dopamin, maka akan
muncul gejala negatif, yaitu:

Afek tumpul dan mendatar, yaitu wajahnya tidak ada ekspresi.


Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn), tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming)
Kontak emosional amat kurang, sukar diajak bicara, pendiam.
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
Sulit untuk pikir abstrak
Pola pikir stereotip
Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avoilition) dan tidak ada spontanitas,
monoton serta tidak ingin apa-apa dan serba malas
Problema kognitif juga ditemui seperti, gangguan berpikir, inkoheren, assosiasi
longgar, neologisme, hendaya perhatian, hendaya dalam memproses informasi.

Sedangkan gejala agresif, seperti hostility, acting out kepada diri sendiri (bunuh diri),
orang lain (menyerang), dan benda (menghancurkan), kasar, buruknya kontrol impuls, dan
acting out seksual.

Gejala depresif dan cemas juga berhubungan dengan skizofrenia, seperti rasa
bersalah, tension, iritabel, dan rasa cemas.
Skizofrenia kemungkinan merupakan suatu kelompok gangguan dengan penyebab
yang berbeda sehingga gambaran klinis, respon pengobatan, dan perjalanan penyakitnya
bervariasi.

Model Diatesis-Stres

Satu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan
adalah model diatesis-stres. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Pada model diatesis-
stres yang paling umum adalah biologis atau lingkungan atau keduanya. Komponen
lingkungan dapat biologis (infeksi) atau psikologis (situasi keluarga yang penuh ketegangan
atau kematian teman dekat).

Faktor Biologis

Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Tetapi dalam penelitian didapatkan keterlibatan


peranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks
frontalis, dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi
pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya.

Hipotesis Dopamin

Skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut


timbul dari dua pengamatan. Pertama, khasiat dan potensi antipsikotik adalah berhubungan
dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2 (D 2).
Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, yang paling jelas adalah
amfetamin, yang merupakan salah satu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah
hiperaktivitas dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu
banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi keduanya. Teori dasar juga tidak menyebutkan
apakah jalur dopamin di otak mungkin terlibat, walaupun jalur meoskortikal dan mesolimbik
paling sering terlibat.

Neurotransmitter Lainnya

Walaupun dopamin adalah neurotransmiter yang telah mendapatkan sebagian besar


perhatian dalam penelitian skizofrenia, meningkatnya perhatian juga telah ditujukan pada
neurotransmiter lainnya.

Serotonin

Serotonin telah mendapatkan banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak


pengamatan bahwa antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas berhubungan dengan serotonin
yang kuat (sebagai contoh, clozapine, risperidone, ritanserin). Secara spesifik, antagonisme
pada reseptor serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 2 (5-HT2) telah disadari penting untuk
menurunkan gejala psikotik dan dalam menurunkan perkembangan gangguan pergerakan
berhubungan dengan antagonisme-D2.

Norepinefrin

Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang


menurunkan aktivitas neuron noradrenergik di lokus sereleus dan bahwa efek terapetik dari
beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik-1 dan
adrenergik-2.

Asam Amino

Neurotransmiter asam amino inhibotro gamma-aminobutyric acid (GABA) juga telah


terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia adalah konsisten dengan hipotesis
bahwa beberapa Penderita dengan skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik di
dalam hipokempus. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat
menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik.

Kriteria Diagnosis Skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia adalah sebagai berikut :

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
Thought insertion" = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya.

"Thought withdrawal = isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya.

Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya

b. "Delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar
"Delusion of influence" = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

Delusion of passivity= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang "dirinya" = secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan

atau penginderaan khusus)


"delusional perception" = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat

c. Halusinasi suara
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku Penderita,

- Mendiskusikan perihal Penderita di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara


yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap


tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus
b. Arus pikiran yang terputus (Break) atau yang mengalami sisipan ( Interpolasi), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yangtidak relevan, atau neologisme
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
d. Gejala-gejala negatif: apatis, bicara yang jarang, pembicaraan terhenti, respons
emosional menumpul atau tidak wajar,biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


2. Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam Penderita atau memberi perintah, atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual; mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi, atau passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Hebefrenik adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onsetnya biasa mulai pada usia 15-25 tahun)


3. Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

4. Untuk menegakan diagnosis hebefrenia yang meyakinkan diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas

berikut ini memang benar bertahan:

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kencenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkaln(shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
cekikikan (giggling), atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimance), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reirated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren.

5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penederita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of
purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

Gangguan jiwa Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut
(kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu yang realtif
lama (berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun), hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil
mungkin kekambuhan (relapse).

Psikofarmaka
Terapi farmakologis merupakan terapi utama dari penatalaksanaan skizofrenia.
Pemilihan agent farmakologis yang tepat membutuhkan pertimbangan yang matang akan
keuntungan dan kerugian pemberian obat tersebut. Terapi farmakologis atau psikofarmaka
merupakan salah satu elemen dari terapi terpadu bagi penderita skizofrenia.

Dewasa ini banyak jenis psikofarmaka yang digunakan untuk mengobati penderita
skizofrenia. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, masing-masing jenis obat
ada kelebihan dan kekurangannya selain juga ada efek samping.

Syarat-syarat psikofarmaka yang ideal untuk skizofrenia :

a. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.


b. Tidak ada / sedikit efek samping.
c. Dapat menghilangkan gejala-gejala skizofrenia dalam waktu relatif singkat.
d. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
e. Tidak menyebabkan kantuk.
f. Memperbaiki pola tidur.
g. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi.
h. Tidak menyebabkan lemas otot.
i. (Jika mungkin) pemakaiannya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat yang beredar di pasaran yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan generasi kedua (atypical).

Tabel Sediaan Antipsikotik dan Dosis Anjuran

N Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


o
1 Chlorpromazine LARGACTIL Tab. 25 mg, 100 mg 150-600 mg/h
PROMACTIL
MEPROSETIL
ETHIBERNAL Amp.25 mg/ml
2 Haloperidol SERENACE Tab. 0,5 mg, 1,5&5 5-15 mg/h
mg
Liq. 2 mg/ml
HALDOL Amp. 5 mg/ml
GOVOTIL Tab. 0,5 mg, 2 mg
LODOMER Tab. 2 mg, 5 mg
HALDOL DECA- Tab. 2 mg, 5 mg 50 mg / 2-4
NOAS Amp. 50 mg/ml minggu
3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8 mg 12-24 mg/h
4 Fluphenazine ANATENSOL Tab. 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/h
Fluphenazine- MODECATE Vial 25 mg/ml 25 mg / 2-4
Decanoate minggu
5 Levomepromazin NOZINAN Tab.25 mg 25-50 mg/h
e Amp. 25 mg/ml
6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h
7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100 mg 150-600 mg/h
8 Sulpiride DOGMATIL Tab. 200 mg 300-600 mg/h
FORTE Amp. 50 mg/ml
9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h
10 Risperidone RISPERDAL Tab. 1,2,3 mg Tab 2-6 mg/h
NERIPROS Tab. 1,2,3 mg
NOPRENIA Tab. 1,2,3 mg
PERSIDAL-2 Tab. 2 mg
RIZODAL Tab. 1,2,3 mg
11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100 mg 25-100 mg/h
12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100 mg, 50-400 mg/h
200 mg
13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h

3 gejala yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah gejala positif, gejala negatif
dan gejala kognitif. Sebagaimana diketahui meskipun gejala-gejala positif dan negatif
skizofrenia telah dapat diatasi, namun bila fungsi kognitif tidak dipulihkan, maka penderita
tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengingat yang amat penting bagi
menjalankan fungsi kehidupannya sehari-hari. Sehingga dengan demikian bila ketiga gejala-
gejala tersebut di atas dapat diatasi, maka penderita skizofrenia dapat hidup produktif dan
mandiri. Hal ini dimungkinkan dengan ditemukannya obat anti skizofrenia golongan
atypical.

Pemakaian obat golongan typical pada 30% penderita skizofrenia tidak


memperlihatkan perbaikan klinis secara bermakna. Diakui bahwa golongan typical ini
mampu mengatasi gejala positif skizofrenia, tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala-
gejala negatif, dan gejala kognitif. Sedangkan obat golongan atypical dapat mengatasi gejala-
gejala positif, negatif dan memulihkan fungsi kognitif.

Dengan terapi psikofarmaka sesungguhnya gangguan jiwa skizofrenia dapat diobati


dan disembuhkan dalam arti manageable dan controllable. Penderita skizofrenia tidak harus
meminum obat seumur hidup, sebab kadang kala perjalanan gangguan jiwa skizofrenia ini
sewaktu-waktu dapat mengalami remisi, karena pada hakekatnya penyakit ini merupakan self
limitting process.

Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat diberikan
apabila apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA) sudah pulih kembali dan
pemahaman diri (insight) sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita
masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.

Psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar
belakang penderita sebelum sakit (pramorbid). Psikoterapi yang sering diterapkan antara
lain :

a. Psikoterapi Suportif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan


motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya (fighting spirit) dalam
menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.

b. Psikoterapi Re-edukatif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang


maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini
dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih
adaptif terhadap dunia luar.

c. Psikoterapi Rekonstruktif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula
sebelum sakit.

d. Psikoterapi Kognitif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika,
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan
haram, dan lain sebagainya.

e. Psikoterapi Psikodinamik

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses


dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari
jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan
kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense
mechanism) dengan baik.

f. Psikoterapi Perilaku

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang


terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali
secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat
kerja dan lingkungan sosialnya.

g. Psikoterapi Keluarga

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan hubungan penderita dengan


keluarganya. Dengan psikoterapi ini diharapkan keluarga dapat memahami mengenai
gangguan jiwa skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
penderita.

Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk memperkuat
struktur kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality), memperkuat ego
(ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan kepercayaan diri (self
confidence), yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat
(meaningfulness of life).

Terapi Psikososial

Salah satu dampak dari skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial penderita atau
hendaya (impairment). Hendaya ini terjadi dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan
sehari-hari, seperti dalam bidang studi (sekolah/kuliah), pekerjaan, hubungan sosial dan
perawatan diri. Sering pula diperlukan pengawasan agar kebutuhan gizi dan higiene terjamin,
dan untuk melindungi penderita dari akibat buruk yang disebabkan oleh hendaya daya nila
dan hendaya kognitif, atau akibat tindakannya yang berdasarkan waham (delusi) atau sebagai
respons atau tindak lanjut terhadap halusinasinya.

Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi


dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka sebagaimana juga halnya waktu menjalani psikoterapi. Kepada penderita
diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan
banyak bergaul.

Rehabilitasi

Bagi penderita gangguan jiwa skizofrenia (dan juga gangguan jiwa psikosis lainnya)
yang berulang kali kambuh dan berlanjut kronis dan menahun selain program terapi,
diperlukan program rehabilitasi sebagai persiapan penempatan kembali ke keluarga
masyarakat (re-entry program).

Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi,


misalnya di bagian lain dari suatu Rumah Sakit Jiwa khusus untuk penderita yang kronis. Di
lembaga itu para penderita tidak hanya diberikan terapi obat psikofarmaka saja tetapi juga
diintegrasikan dengan jenis-jenis terapi lainnya termasuk keterampilan (occupational
therapy). Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita merupakan suatu kelompok atau
komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi). Program rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat inap,
tetapi juga dapat diikuti oleh penderita yang dirawat jalan; yaitu pagi hingga sore hari
penderita berada di lembaga rehabilitasi, sedangkan malam harinya pulang menginap di
rumah masing-masing (day care)

Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali keluarga dan ke masyarakat meliputi


berbagai macam kegiatan, antara lain :

1. Terapi kelompok
2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama (berjamaah)
3. Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari-tarian, seni lukis dan sejenisnya)
4. Terapi fisik berupa olah raga (pendidikan jasmani)
5. Keterampilan (membuat kerajinan tangan)
6. Berbagai macam kursus (bimbingan belajar/les)
7. Bercocok tanam (bila tersedia lahan)
8. Rekreasi (darmawisata)
Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyianya memiliki sarana dan prasarana yang
memadai serta para pengasuh/ pelatih/ pembimbing (instruktur) yang profesional, terdiri dari
psikiater, psikolog, pekerja sosial, guru agama, guru kesenian, guru olah raga, guru
keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertanian dan lain-lain yang terkait.

Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka diharapkan bila
penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai keterampilan dan
penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya dapat dipulihkan.
Program rehabilitasi bagi penderita kronis ini semakin memberi harapan yang jauh
lebih baik dibandingkan masa lalu, karena ditemukannya obat-obat psikofarmaka yang lebih
canggih, dan juga obat obat psikofarmaka yang memiliki efek jangka panjang (long acting
transquilizer). Misalnya sejenis obat psikofarmaka dalam suatu bentuk cairan yang dengan
satu kali suntikan mempunyai khasiat terapi antara 2-4 minggu. Dengan demikian penderita
tidak terlalu direpotkan dengan setiap hari mengkonsumsi obat, cara ini lebih praktis dan
angka kekambuhan dapat ditekan seminimal mungkin. Perlu diketahui bahwa salah satu
penyebab utama kegagalan terapi dan seringnya kekambuhan, adalah bahwa penderita tidak
disiplin mengkonsumsi obat dengan teratur rutin setiap harinya. Penderita mengeluh bosan,
jenuh, dan merasa tidak sembuh-sembuh dari penyakitnya, atau merasa dirinya sudah sembuh
serta banyak lupa, yang akibatnya penderita tidak mengkonsumsi obat dan pada gilirannya
penyakitnya kambuh. Oleh karena itu diperlukan peran keluarga untuk selalu memonitor
pemakaian obat psikofarmaka pada penderita, jangan dikurangi atau dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter.

KESIMPULAN

Komponen Kasus Teori


Definisi Terdapat gangguan isi pikiran Suatu deskripsi sindrom
dengan halusinasi yang dominan dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau
"deteriorating") yang luas,
serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan
sosial budaya.

Epidemiologi Usia : 16 tahun Skizofrenia bisa mengenai


Jenis kelamin : Perempuan siapa saja.
Etnis : Sunda
75% penderita skizofrenia
lelaki mulai mengidapnya pada
usia 16-25 tahun dan wanita
biasanya antara 20 -30 tahun.

Manifestasi Klinik Pasien tampak takut, waspada o Delusi atau waham, yaitu suatu
ketika didekati oleh siapapun dan keyakinan yang tidak rasional.
berteriak-teriak. o Halusinasi, yaitu pengalaman
Pasien mengatakan baru saja
panca indera tanpa ada
melahirkan disini (RSJ) dan rangsangan.
mengakui melihat bayi yang baru o Kekacauan alam pikir, dilihat
saja dilahirkannya, dari isi pembicaraannya,
pasien sibuk mengambil bintang-
bicaranya kacau.
bintang dilangit untuk anaknya. o Gaduh, gelisah, tidak dapat
pasien mengaku melihat bayangan
diam, mondar-mandir, agresif,
kakaknya yang sedang marah
bicara dengan semangat dan
kepadanya, melihat teman-
gembira berlebihan.
temannya sedang membicarakan
o Merasa dirinya "Orang Besar",
dan mentertawakannya.
Pasien mengatakan bahwa ada merasa serba mampu, serba
mayat tergeletak disamping pasien hebat dan sejenisnya.
sehingga pasien tidak mau o Pikirannya penuh dengan
berbaring di kasurnya. kecurigaan atau seakan-akan
Pasien juga mendengar ada suara- ada ancaman terhadap dirinya.
suara yang menyuruhnya untuk o Menyimpan rasa permusuhan.
tidak berbicara dengan siapapun. Afek tumpul dan mendatar,
Pasien mengaku sering dipegang-
yaitu wajahnya tidak ada
pegang dibagian dada dan daerah
ekspresi.
kemaluan oleh laki-laki.
Menarik diri atau
mengasingkan diri
(withdrawn), tidak mau bergaul
atau kontak dengan orang lain,
suka melamun (day dreaming)
Kontak emosional amat kurang,
sukar diajak bicara, pendiam.
Pasif dan apatis, menarik diri
dari pergaulan sosial.
Sulit untuk pikir abstrak
Pola pikir stereotip
Tidak ada/kehilangan dorongan
kehendak (avoilition) dan tidak
ada spontanitas, monoton serta
tidak ingin apa-apa dan serba
malas
Diagnostik Adanya gangguan isi pikiran Menurut PPDGJ III
Adanya halusinasi auditorik yang pedoman diagnostik
memberikan perintah. Skizofrenia Paranoid adalah
Halusinasi lebih dominan.
sebagai berikut :
Terdapat waham kendali.
Memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau
waham harus menonjol.
Suara-suara
halusinasi yang mengancam
Penderita atau memberi
perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming) atau
bunyi tawa (laughing)
Halusinasi
pembauan atau pengecapan
rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual; mungkin ada
tetapi jarang menonjol
Waham
dapat berupa hampir setiap
jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi, atau
passivity dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling
khas;
- Gangguan afektif,
dorongan kehendak, dan
pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.

Anda mungkin juga menyukai