1 Identitas Pasien
Nama : Nn. R
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Etnis : Sunda
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dusun Petir, Ciamis
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2016
5 Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai buruh dan
ibu pasien bejualan kue keliling kampung. Pasien memang memiliki hubungan yang
kurang baik dengan ayah pasien, ditambah pasien diperkosa oleh ayahnya beberapa kali.
ayah dan ibu pasien akan memproses perceraian yang disebabkan kasus pemerkosaan.
Sehungga lima bulan terakhir pasien tinggal dengan nenek dan ibunya.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yg sama dengan pasien ataupun
terdiagnosis mengalmi gangguan kejiwaan
6 Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah menjalani pengobatan penyakit fisik maupun mental sebelumnya
7 Riwayat Perkembangan
Riwayat prenatal dan masa bayi
Ibu mengandung 9 bulan dan persalinan secara normal dibantu paraji
Riwayat masa balita (usia 1-5 tahun)
Perkembangan dan pertumbuhan seperti anak seusianya
8 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : pasien tampak tenang
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : dalam batas normal
Status Interna : dalam batas normal
Status Psikiatrikus
Roman Muka : Bingung
Kesadaran : komposmentis
Kontak / Rapport : Ada inadekuat
Orientasi
Tempat : buruk
Waktu : buruk
Orang : baik
Memory
Masa kini: buruk
Masa dulu: baik
Segera : buruk
Perhatian : distraktibilitas
Insight of illness : buruk
Persepsi :
Halusinasi : dengar (+), lihat (+), olfaktori (-), taktil(+)
Pseudohalusinasi : (-)
Ilusi : (-)
Pikiran
Bentuk : Autistik
Isi :
Waham : waham kejar (-), waham kebesaran(-), waham kendali (+),
waham dosa (-)
Idea of reference (+) , idea of influence (+)
Thought : broadcast (-), insertion (-), withdrawal (-)
Suicide idea : (-), tentamen suicide (-)
Jalan : koheren
Emosi
Mood : cemas, marah
Afek : serasi
Tingkah laku : hiperaktif
Dekorum
Sopan santun : baik
Cara berpakaian : baik
Kebersihan : baik
9 Psikodinamika
Hubungan pasien dengan keluarga kurang hangat
Memiliki hubungan kurang baik dengan ayahnya
Pasien tidak memiliki teman dekat dan jarang bergaul dg orang disekitarnya
Pasien mengalami pemerkosaan oleh ayah kandungnya sendiri
Orang tua akan bercerai
10 Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD/ F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : tidak ada
Aksis III : tidak ada
Aksis IV : . Hubungan dengan keluarga kurang dekat
. Hubungan dengan ayah buruk
. Tidak memiliki teman dekat
. Diperkosa oleh ayah kandung sendiri
Aksis V : GAF scale pada saat pemeriksaan 30-21
11 Penatalaksanaan
Psikofarmaka
Zyprexa inj i.m (selama 3 hari)
Risperidon (2 mg 2 x tab)
THF 2 mg (2 x 1 tab)
Clozapin 25 mg (0 0 - )
Psikoterapi
Rawat inap
Psiko supportif
Piskoterapi reedukatif
Terapi kognitif perilaku
Edukasi :
o sarankan keluarga pasien tentang pentingnya dukungan dan kurangi hal-
hal yang dapat meningkatkan stressor
o Melakukan hal-hal yang menyenangkan dan jgn menyimpan emosi
o Diskusi pentingnya untuk teratur minum obat dan control
12 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Qou ad sanantionam : dubi ad malam
SKIZOFRENIA
Definisi
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapproproate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Insidensi
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA)
tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Menurut
DSM-IV-TR insiden pertahun dari skizofernia berkisar 0.5-5.0/10.000 populasi dengan
variasi geografis. Ditemukan disemua tempat di dunia dengan insiden dan prevalensi yang
sama.
Walaupun insidensi pada lelaki dan wanita sama, gejala muncul pada lelaki lebih
awal. 75% penderita skizofrenia lelaki mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun dan wanita
biasanya antara 20 -30 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena
tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Prevalensi Genetik Skizofrenia pada Populasi Spesifik
Tidak ada pemeriksaan fisik maupun lab yang bisa mendiagnosa skizofrenia.
Biasanya diagnosa dicapai berdasarkan gejala-gejala klinis. Dengan pemeriksaan fisik
biasanya kita dapat menyingkirkan penyakit lain yang mungkin menyebabkan keadaan sakit
yang serupa pada Penderita seperti epilepsi, metabolik, disfungsi tiroid, tumor otak, zat
psikoaktif, lain-lain.
1. Gejala positif
2. Gejala negatif
3. Kognitif
4. Agresif/ hostile
5. Depresif / cemas
Jaras dopamin yang pertama adalah mesolimbik, suatu projeksi dari area ventral
tegmental ke arah daerah limbik, termasuk nukleus akumbens. Pada hipotesis dopamin,
terjadi pelepasan dopamin yang berlebihan di jaras tersebut yang akan menyebabkan gejala
positif psikosis, yaitu:
Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional.
Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Kekacauan alam pikir, dilihat dari isi pembicaraannya, bicaranya kacau.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
Merasa dirinya "Orang Besar", merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap
dirinya.
Menyimpan rasa permusuhan.
Jaras mesokortikal, berasal dari area ventral tegmental di batang otak, berprojeksi ke
kortex limbik. Apabila terjadi defisiensi dopamin, atau terjadi blokade dopamin, maka akan
muncul gejala negatif, yaitu:
Sedangkan gejala agresif, seperti hostility, acting out kepada diri sendiri (bunuh diri),
orang lain (menyerang), dan benda (menghancurkan), kasar, buruknya kontrol impuls, dan
acting out seksual.
Gejala depresif dan cemas juga berhubungan dengan skizofrenia, seperti rasa
bersalah, tension, iritabel, dan rasa cemas.
Skizofrenia kemungkinan merupakan suatu kelompok gangguan dengan penyebab
yang berbeda sehingga gambaran klinis, respon pengobatan, dan perjalanan penyakitnya
bervariasi.
Model Diatesis-Stres
Satu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan
adalah model diatesis-stres. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Pada model diatesis-
stres yang paling umum adalah biologis atau lingkungan atau keduanya. Komponen
lingkungan dapat biologis (infeksi) atau psikologis (situasi keluarga yang penuh ketegangan
atau kematian teman dekat).
Faktor Biologis
Hipotesis Dopamin
Neurotransmitter Lainnya
Serotonin
Norepinefrin
Asam Amino
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
Thought insertion" = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya.
luar dirinya.
mukjizat
c. Halusinasi suara
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku Penderita,
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut :
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Hebefrenik adalah sebagai berikut :
2. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kencenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkaln(shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
cekikikan (giggling), atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimance), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reirated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren.
5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penederita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of
purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
Gangguan jiwa Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut
(kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu yang realtif
lama (berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun), hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil
mungkin kekambuhan (relapse).
Psikofarmaka
Terapi farmakologis merupakan terapi utama dari penatalaksanaan skizofrenia.
Pemilihan agent farmakologis yang tepat membutuhkan pertimbangan yang matang akan
keuntungan dan kerugian pemberian obat tersebut. Terapi farmakologis atau psikofarmaka
merupakan salah satu elemen dari terapi terpadu bagi penderita skizofrenia.
Dewasa ini banyak jenis psikofarmaka yang digunakan untuk mengobati penderita
skizofrenia. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, masing-masing jenis obat
ada kelebihan dan kekurangannya selain juga ada efek samping.
3 gejala yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah gejala positif, gejala negatif
dan gejala kognitif. Sebagaimana diketahui meskipun gejala-gejala positif dan negatif
skizofrenia telah dapat diatasi, namun bila fungsi kognitif tidak dipulihkan, maka penderita
tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengingat yang amat penting bagi
menjalankan fungsi kehidupannya sehari-hari. Sehingga dengan demikian bila ketiga gejala-
gejala tersebut di atas dapat diatasi, maka penderita skizofrenia dapat hidup produktif dan
mandiri. Hal ini dimungkinkan dengan ditemukannya obat anti skizofrenia golongan
atypical.
Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat diberikan
apabila apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA) sudah pulih kembali dan
pemahaman diri (insight) sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita
masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar
belakang penderita sebelum sakit (pramorbid). Psikoterapi yang sering diterapkan antara
lain :
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-edukatif
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula
sebelum sakit.
d. Psikoterapi Kognitif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika,
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan
haram, dan lain sebagainya.
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Perilaku
g. Psikoterapi Keluarga
Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk memperkuat
struktur kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality), memperkuat ego
(ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan kepercayaan diri (self
confidence), yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat
(meaningfulness of life).
Terapi Psikososial
Salah satu dampak dari skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial penderita atau
hendaya (impairment). Hendaya ini terjadi dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan
sehari-hari, seperti dalam bidang studi (sekolah/kuliah), pekerjaan, hubungan sosial dan
perawatan diri. Sering pula diperlukan pengawasan agar kebutuhan gizi dan higiene terjamin,
dan untuk melindungi penderita dari akibat buruk yang disebabkan oleh hendaya daya nila
dan hendaya kognitif, atau akibat tindakannya yang berdasarkan waham (delusi) atau sebagai
respons atau tindak lanjut terhadap halusinasinya.
Rehabilitasi
Bagi penderita gangguan jiwa skizofrenia (dan juga gangguan jiwa psikosis lainnya)
yang berulang kali kambuh dan berlanjut kronis dan menahun selain program terapi,
diperlukan program rehabilitasi sebagai persiapan penempatan kembali ke keluarga
masyarakat (re-entry program).
1. Terapi kelompok
2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama (berjamaah)
3. Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari-tarian, seni lukis dan sejenisnya)
4. Terapi fisik berupa olah raga (pendidikan jasmani)
5. Keterampilan (membuat kerajinan tangan)
6. Berbagai macam kursus (bimbingan belajar/les)
7. Bercocok tanam (bila tersedia lahan)
8. Rekreasi (darmawisata)
Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyianya memiliki sarana dan prasarana yang
memadai serta para pengasuh/ pelatih/ pembimbing (instruktur) yang profesional, terdiri dari
psikiater, psikolog, pekerja sosial, guru agama, guru kesenian, guru olah raga, guru
keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertanian dan lain-lain yang terkait.
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka diharapkan bila
penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai keterampilan dan
penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya dapat dipulihkan.
Program rehabilitasi bagi penderita kronis ini semakin memberi harapan yang jauh
lebih baik dibandingkan masa lalu, karena ditemukannya obat-obat psikofarmaka yang lebih
canggih, dan juga obat obat psikofarmaka yang memiliki efek jangka panjang (long acting
transquilizer). Misalnya sejenis obat psikofarmaka dalam suatu bentuk cairan yang dengan
satu kali suntikan mempunyai khasiat terapi antara 2-4 minggu. Dengan demikian penderita
tidak terlalu direpotkan dengan setiap hari mengkonsumsi obat, cara ini lebih praktis dan
angka kekambuhan dapat ditekan seminimal mungkin. Perlu diketahui bahwa salah satu
penyebab utama kegagalan terapi dan seringnya kekambuhan, adalah bahwa penderita tidak
disiplin mengkonsumsi obat dengan teratur rutin setiap harinya. Penderita mengeluh bosan,
jenuh, dan merasa tidak sembuh-sembuh dari penyakitnya, atau merasa dirinya sudah sembuh
serta banyak lupa, yang akibatnya penderita tidak mengkonsumsi obat dan pada gilirannya
penyakitnya kambuh. Oleh karena itu diperlukan peran keluarga untuk selalu memonitor
pemakaian obat psikofarmaka pada penderita, jangan dikurangi atau dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
KESIMPULAN
Manifestasi Klinik Pasien tampak takut, waspada o Delusi atau waham, yaitu suatu
ketika didekati oleh siapapun dan keyakinan yang tidak rasional.
berteriak-teriak. o Halusinasi, yaitu pengalaman
Pasien mengatakan baru saja
panca indera tanpa ada
melahirkan disini (RSJ) dan rangsangan.
mengakui melihat bayi yang baru o Kekacauan alam pikir, dilihat
saja dilahirkannya, dari isi pembicaraannya,
pasien sibuk mengambil bintang-
bicaranya kacau.
bintang dilangit untuk anaknya. o Gaduh, gelisah, tidak dapat
pasien mengaku melihat bayangan
diam, mondar-mandir, agresif,
kakaknya yang sedang marah
bicara dengan semangat dan
kepadanya, melihat teman-
gembira berlebihan.
temannya sedang membicarakan
o Merasa dirinya "Orang Besar",
dan mentertawakannya.
Pasien mengatakan bahwa ada merasa serba mampu, serba
mayat tergeletak disamping pasien hebat dan sejenisnya.
sehingga pasien tidak mau o Pikirannya penuh dengan
berbaring di kasurnya. kecurigaan atau seakan-akan
Pasien juga mendengar ada suara- ada ancaman terhadap dirinya.
suara yang menyuruhnya untuk o Menyimpan rasa permusuhan.
tidak berbicara dengan siapapun. Afek tumpul dan mendatar,
Pasien mengaku sering dipegang-
yaitu wajahnya tidak ada
pegang dibagian dada dan daerah
ekspresi.
kemaluan oleh laki-laki.
Menarik diri atau
mengasingkan diri
(withdrawn), tidak mau bergaul
atau kontak dengan orang lain,
suka melamun (day dreaming)
Kontak emosional amat kurang,
sukar diajak bicara, pendiam.
Pasif dan apatis, menarik diri
dari pergaulan sosial.
Sulit untuk pikir abstrak
Pola pikir stereotip
Tidak ada/kehilangan dorongan
kehendak (avoilition) dan tidak
ada spontanitas, monoton serta
tidak ingin apa-apa dan serba
malas
Diagnostik Adanya gangguan isi pikiran Menurut PPDGJ III
Adanya halusinasi auditorik yang pedoman diagnostik
memberikan perintah. Skizofrenia Paranoid adalah
Halusinasi lebih dominan.
sebagai berikut :
Terdapat waham kendali.
Memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau
waham harus menonjol.
Suara-suara
halusinasi yang mengancam
Penderita atau memberi
perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming) atau
bunyi tawa (laughing)
Halusinasi
pembauan atau pengecapan
rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual; mungkin ada
tetapi jarang menonjol
Waham
dapat berupa hampir setiap
jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi, atau
passivity dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling
khas;
- Gangguan afektif,
dorongan kehendak, dan
pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.