Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.sedangkan human
immunodeficiency vius (HIV) merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia
yang kemudian mengakibatkan AIdS. HIV system kerjanya menyerang jenis sel darah putih yang
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T4 atau sl Tpenolong (T
helper)atau juga sel CD4. HIV tergolong ke dalam kelompok retrovirus karna virus ini mempunyai
kemampuan membentuk DNA dari RNA virus, sebab mempunyai enzim transcriptase reverse. Enzim
ini dapat menggunakan RNA virus sebagai template untuk membentuk DNA yang kemudian
berintregasi dalam kromosom inang (bost) dan selanjutnya bekerja sebagai dasar untuk proses replikasi
HIV.juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetic diri di dalam materi
genetic sel-sel yang ditumpanginyadan melalui proses HIV dapat mematikan sel-sel T4 (Depkes:
1997).
HIV mempunyai inti (nukleoid) yang berbentuk silindris dan eksentrik yang mengandung genom
RNA diploid dan enzim transcriptase reverse (RT),protease,dan intregrase. Antigen kapsid (P24)
menetupi komponen nukleoid tersebut sehingga membentuk komponen nukleoid kapsid antigen P!&
yang merupakan bagian dalam simpul HIv. Bagian permukaan virion terdapat tonjolan yang terdiri atas
molekul glikoprotein (gp120) dengan bagian transmembran yang merupakan gp 41. Lapisan lipid pada
sampul HIV berasal dari membrane plasma sel inang (corry S.matondang: 1996)
Siklus hidup HIV terdiri atas dua fase yai tu dimulai dengan melekatnya HIV pada sel inang
melalui interaksi antara molekul gp 120 HIV dengan molekul CD4 sel inang. Melekatnya ini diikuti
dengan fase membrane sel HIV dengan membrane sel inang sehingga inti HIV masuk ke dalam
sitoplasma sel inang. Didalam sel inang terjadilah transkripsi DNA HIV dari RNA HIV oleh enzim RT
yaitu enzim polymerase spesifik HIV.DNA HIV yang terbentuk kemudian berinteraksi dengan DNA
sel inang dengan bentukan enzim integrase. DNA HIV yang berintegrasi disebut proviral dan
berperilaku seperti gen sel inang yang menggunakan perlengkapan sel inang untuk membentuk HIV
baru.
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom )
pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada
anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam
anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari
saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab
kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983
di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin
meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur
kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini
merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun
1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada
anak anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14 juta
anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta
orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun
pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan
angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005,
terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun. (WHO 1999)

B. Tujuan
- Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan HIV

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
HIV ( Human Immunodefciency Virus ) adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat didalam
cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi di dalam darah, air mania tau cairan vagina (Gunung,
20002). Sebelum HIV berubah menjadi AIDS tidak ada perbedaan antara orang yang menderita HIV
dengan orang normal. Penderita akan terlihat sehat-sehat saja pada kurun waktu kira-kira 5-10 tahun.
Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang
tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian (IDU/ Injection Drug User).
AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) adalah kumpulan berbagai gejala menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh
berbagai macam penyaikit, karena system kekebalan didalam tubuhnya telah menurun (Sabrawi,
1996). Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS, agar kita dapat terhindar
dari HIV / AIDS, maka kita harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya.

B. Etiologi

Banyak orang yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena AIDS. Oleh karena itu upaya preventif
dan kehati-hatian dari setiap individu harus selalu diperhatikan mengingat HIV dapat ditularkan
melalui beberapa cara, diantaranya adalah (Ditjen PPm & PL Depkes, 2005) :

1. Hubungan seks / heteroseksual / Homoseksual ( anal, oral, vaginal ) yang tidak terlindung dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3. Perinatal / Ibu hamil mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.
4. Tidak diketahui / kemungkinann karena kecelakaan di rumah sakit.
Khusus untuk kasus HIV / AIDS pada anak, paling besar karena factor perinatal. Dimana ibu
sudah menderita AIDS sebelumnya, entah itu karena didapat dari suami atau yang lainnya.
Kemungkinan yang lain adalah karena factor kecelakaan di rumah sakit (klien mungkin terkena
jarum suntik yang sudah terinfeksi virus HIV atau bisa karena transfuse darah yang juga
mengandung virus HIV ).

C. Patofiologi

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan tubuh
untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit T4
untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian
pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel
tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh
selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf
pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini
berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak
kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)

Pembagian stadium pada HIV/AIDS


Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi
terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga
HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )
2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi
berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent generalized
lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi
sekunder

Cara Penularan
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air mani,
cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan
tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat
tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar
keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau mani yang
terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit HIV.
(CORWIN 2001)

D. Manifestasi Klinis
Gejala mayor :
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
Gejala minor

Batuk kronis selama 1 bulan


Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
Munculnya herpes zosters berulang
Bercak bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh. (DEPKES 1997)

E. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di
lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat
enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi
virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah:
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah perilaku
resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat
dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari
stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan
untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS
dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar usia 9
17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
Demam dan diare yang berkepanjangan
Tachipnae
Batuk
Sesak nafas
Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
Diare lebih dan satu bulan
Demam lebih dan satu bulan
Mulut dan faring dijumpai bercak putih
Limfadenopati yang menyeluruh
Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
Dermatitis yang menyeluruh

Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi
HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual, kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat
dimungkinkan :
Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
Adanya penularan pada proses melahirkan
Terjadinya kontak darah dan bayi.
Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )

Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang
Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :


Gagal tumbuh
Berat badan menurun
Anemia
Panas berulang
Limpadenopati
Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau protozoa
yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada
mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll

B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Mata
Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
Retinitis sitomegalovirus
Khoroiditis toksoplasma
Infeksi pada tepi kelopak mata.
Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
Adanya stomatitis gangrenosa
Peridontitis
Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru
dan sering pada platum (Bates Barbara 1998)
3. Pemeriksaan Telinga
Adanya otitis media
Adanya nyeri
Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
Sesak nafas
Tachipnea
Hipoksia
Nyeri dada
Nafas pendek waktu istirahat
Gagal nafas
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Berat badan menurun
Anoreksia
Nyeri pada saat menelan
Kesulitan menelan
Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
Faringitis
Kandidiasis esophagus
Kandidiasis mulut
Selaput lendir kering
Hepatomegali
Mual dan muntah
Pembesaran limfa
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
Suhu tubuh meningkat
Nadi cepat, tekanan darah meningkat
Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
Haemorargie
Herpes zoster
Nyeri panas serta malaise
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
Didapatkan air seni yang berkurang
Annuria
Proteinuria
Adanya pembesaran kelenjar parotis
Limfadenopati
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Adanya sakit kepala
Somnolen
Sukar berkonsentrasi
Perubahan perilaku
Nyeri otot
Kejang-kejang
Encelopati
Gangguan psikomotor
Penururnan kesadaran
Delirium
Meningitis
Keterlambatan perkembangan
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Nyeri persendian
Letih, gangguan gerak
Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

C. Pemeriksaan Laboratorium
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia,
leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-
2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau
dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot.
Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus
dibuktikan dengan tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 (dengan polymerase chain
reaction - PCR). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu
terjangkit HIV).

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
4. Gangguan intregitas kulit

E. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko terjadinya tujuan : Bebas dari PePertahankan Mengurangi resiko
infeksi pada anak infeksi oportuniskit teknik septik dan kontaminasi silang
Kriteria Hasil : antiseptik (cuci
dengan HIV /AIDS
Mencapai masa tangan sebelum dan Memberikan
berhubungan penyembuhan sesudah tindakan) informasi data
dengan adanya luka / lesi Pantau TTV Kaji dasar, tindakan
Tidak demam frekuensi Kongesti / distress
penurunan system
dan bebas dari /kedalaman pernafasan
imun tubuh pengeluaran/ pernafasan, Dapat
sekresi purulen perhatikan batuk mengidentifikasika
dan tanda-tanda spasmedik kering n perkembangan
lain dari infeksi. pada inspirasi PCP
dalam Candidiasis oral,
Periksa adanya luka herpes dan
, dan tanda tanda Cyptococcus adalah
inflamasi penyakit umum dan
Gunakan sarung memberi pengaruh
tangan dan APD pada membran
selama kontak kulit,
langsung yang Mencegah
akresi / sekresi penularan
Pantau studi Mengidentifikasi
laboratorium, JDL proses infeksi dan
dan periksa kultur / untuk menentukan
sensivitas lesi, metode perawatan
darah, urine dan Menghambat proses
spuntum infeksi
Berikan antibiotik,
entijamun / agen
antimikroba.
2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan Kaji BB dasar Anak resti GUT
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak Observasi ditandai BB
terpenuhi koordinasi menurun atau
berhubungan Kriteria Hasil : menghisap dan penambahan BB
dengan anoreksia Terlihat adanya refleks menelan sedikit dari waktu
pertumbuhan BB Inspeksi rongga lahir
anak mulut Pola motorik oral
Nila-nilai Anjurkan abormal dapat
laboratorium pemberian makan merusak pemberian
dalam batas alternatif dan makan
normal konsulkan ibu Sariawan merusak
Bebas dari tanda mengenai resiko kemampuan makan
malnutrisis / menyusui HIV ada pada
gagal untuk Tinjau ulang diet kolestrum serta ASI
tumbuh (GUT) sesuai usia dan dan meskipun
tambahan makanan terbatas tetap ada
padat dan beberapa resiko
kemampuan pada bayi
perkembanan Memberikan nutrisi
Berikan makanan optimal berdasarkan
enteral / parenteral kebutuhan anak
dengan tepat. setelah pulang
Kerusakan motorik
dan adanya infeksi
memerlukan
alternative teknik
pemberian makanan
untuk memenuhi
kebutuhan diet.

3 Gangguan Tujuan : Integritas Kaji tiap hari, catat Menentukan garis


integritas kulit kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan
Kriteria Hasil : sirkulasi dan sensori melakukan
berhubungan
Tidak ada Pertahankan higiene intervensi yang
dengan defisit lagi lesi kulit mis : masase tepat
imunologis, resti : Permukaan dengan lotion dan Mempertahankan
kulit normal. krim kebersihan karena
penurunan tingkat
kulit yang kering
aktivitas, Atur posisi secara dapat menjadi barier
perubahan sensasi, teratur, ganti seprei infeksi
sesuai kebutuhan Mengurangi stress
malnutrisi,
Bersihkan area pada titik tekanan,
perubahan status meningkatkan aliran
perianal
metabolisme. Gunting kuku anak darah, kejaringan
secara teratur meningkatkan
Berikan obat proses
obatan topikal / penyembuhan
sistemik sesuai Mencegah maserasi
indikasi yang disebabkna
oleh diare
Kuku yang panjang
meningkatkan
resiko kerusakan
dermal
Digunakan pada
perawatan lesi kulit

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk
penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada
lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW
dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat melemahnya
daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai sistem kerja menyerang
jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap HIV/AIDS akan
mudah terserang infeksi atau virus dari luar.
Cara paling efektif dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara universal
adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-transmision ( MTCT )).
Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :
1 Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur
2 Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV
3 Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan
memberikan dukungan.
4 Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra :
2. Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Blog Riyawan | Kumpulan Artikel
Farmasi & Keperawatan Doenges,
3. Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC Rampengan
& Laurentz (1999) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC
4. Wartono, JH (1999) AIDS Dikenal Untuk Dihindari. Jakarta : Lembaga Pengembangan
Informasi Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan hiv /
aids.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa kini ataupun masa yang
akan datang bagi pembaca umumnya dan tenaga kesehatan khususnya.

Cirebon, September 2016

Anda mungkin juga menyukai