Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH FAKTOR GENETIK, POLA KONSUMSI DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK


KELAS 4 6 SD SBI PERCOBAAN UJUNG GURUN PADANG
Yani Maidelwita*

ABSTRAK

Prevalensi obesitas merupakan salah satu masalah yang meningkat secara tajam
dekade terakhir ini pada beberapa negara didunia. Obesitas didefenisikan sebagai
meningkatnya berat badan akibat akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas
pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah
kalori yang dilepaskan atau di bakar melalui proses metabolisme di dalam tubuh.
Aktivitas fisik dan riwayat obesitas merupakan faktor yang menjadi penyebab obesitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengaruh faktor genetik, pola konsumsi dan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas
fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada anak
sekolah dasar SBI Percobaan Ujung Gurun Padang. Jenis penelitian ini adalah kasus
kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah dasar SBI Percobaan Ujung
Gurun Padang yang berjumlah 70 orang, sampel masing masing : 35 kasus dan 35
kontrol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2012. Analisa data
dilakukan dengan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik).
Hasil penelitian pada analisa bivariat menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara faktor genetik (p = 0,026; OR = 4,580), pola konsumsi (p = 0,001; OR
= 6,303), aktivitas fisik (p = 0,001 OR = 6,444), terhadap kejadian obesitas pada siswa
SD SBI Percobaan Ujung Gurun Padang. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang
paling dominan yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas
fisik (OR = 6,710).
Kejadian obesitas pada siswa SD SBI Percobaan Ujung Gurun Padang, dipengaruhi oleh
variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas
fisik terutama aktivitas fisik berat dan sedang, sedangkan variabel keturunan tidak
berpengaruh. Sesuai dengan hasil penelitian disarankan untuk menggiatkan kembali
monitoring status gizi siswa melalui UKS yang telah ada, mengadakan penyuluhan pola
hidup sehat secara berkala, penyuluhan gizi.

Kata kunci : genetik, pola konsumsi, aktivitas , obesitas.

Alamat Korespondensi
*Yani Maidelwita, SKM, M.Biomed
Dosen Kopertis Wilayah X DPK di Prodi DIII Kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang
Telp. 0751 442295
PENDAHULUAN prevalensinya meningkat dari 5%
menjadi 12,4%, pada kelompok usia 6-
Masalah gizi pada anak di 11 tahun prevalensinya meningkat dari
Indonesia akhir-akhir ini cenderung 6,5% menjadi 17%; dan pada kelompok
menunjukkan masalah gizi ganda yang usia 12-19 tahun prevalensinya
berarti di samping masih terus berkutat meningkat dari 5% menjadi 17,6%.
dalam menghadapi gizi kurang, dilain (Wahyu, 2008).
pihak pada golongan masyarakat Di Provinsi Sumbar, prevalensi
tertentu di kota besar, kita mulai kegemukan menurut indikator BB/TB
menghadapi gizi lebih atau obesitas. adalah sebesar 9,9%. Sembilan
(Subardja, 2004). kabupaten/kota masih memiliki masalah
Kegemukan dan obesitas adalah kegemukan pada balita di atas angka
kelebihan berat badan sebagai akibat provinsi yaitu Kabupaten Kepulauan
dari penimbunan lemak tubuh yang Mentawai, Tanah Datar, Lima Puluh
berlebihan (Sudilarsih, 2010). Pada Kota, Dharmas Raya, Pasaman Barat,
hakikatnya obesitas terjadi akibat Kota Padang, Padang Panjang,
interaksi faktor lingkungan (makan Bukittinggi, dan Payakumbuh
berlebihan atau kurangnya aktivitas (Riskesdas Sumbar ; 2009).
fisik) dan faktor genetis. Menurut Dietz Salah satu kelompok umur yang
dan Robinson dalam Subardja (2004), berisiko terjadinya gizi lebih adalah
sebagian besar obesitas pada anak kelompok umur usia sekolah. Hasil
disebabkan oleh interaksi lingkungan penelitian Husaini yang dikutip oleh
dengan faktor genetis (obesitas primer) Hamam (2005), mengemukakan bahwa,
dan hanya sebagian kecil (1%) dari 50 anak laki-laki yang mengalami
disebabkan oleh penyakit herediter gizi lebih, 86% akan tetap obesitas
familial atau bagian dari suatu penyakit hingga dewasa dan dari 50 anak
sistemik tertentu (obesitas primer). perempuan yang obesitas akan tetap
(Subardja, 2004). obesitas sebanyak 80% hingga dewasa.
Saat ini lebih dari sembilan juta Obesitas permanen, cenderung akan
anak di dunia berusia enam tahun ke terjadi bila kemunculannya pada saat
atas mengalami obesitas. Itu menurut anak berusia 5 7 tahun dan anak
laporan Dennis Bier dari Pediatric berusia 4 11 tahun, maka perlu upaya
Academic Society (PAS) dalam Tuti pencegahan terhadap gizi lebih dan
(2009). Sejak 1970, obesitas kerap obesitas sejak dini (usia sekolah)
meningkat di kalangan anak, hingga (Aritonang, 2003).
kini angkanya terus melonjak dua kali SD SBI Percobaan Ujung Gurun
lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia Padang merupakan salah satu SD
12-19 tahun, bahkan meningkat tiga kali unggulan dan favorit di kota Padang.
lipat pada anak usia 6-11 tahun. (Tuti : Pada umumnya siswa-siswi yang
2009) bersekolah di SD SBI Percobaan Ujung
Data dari dua survei yang Gurun Padang berasal dari keluarga
dilakukan Lembaga Survei Gizi dan menengah ke atas. Hal ini
Kesehatan Nasional (NHANES) pada memungkinkan bagi siswa-siswi untuk
periode 1976-1980 dan 2003-2006 mendapatkan kemudahan teknologi
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas dalam melaksanakan proses belajar
terus meningkat secara nyata pada mengajar. Tidak hanya dalam hal
beberapa kelompok usia anak, yakni belajar mengajar, tapi hampir pada
pada kelompok usia 2-5 tahun semua aspek kehidupan.
Survey awal yang dilakukan menimbulkan penimbunan lemak
pada bulan September 2011, SD SBI berlebih di dalam tubuh (Wahyu, 2009).
Percobaan Ujung Gurun Padang Selain itu, kejadian obesitas
memiliki 12 kelas dari kelas 1 sampai pada anak sering dikaitkan dengan
kelas 6, yang berarti setiap tingkatan kejadian obesitas pada orang tua.
kelas memiliki dua kelas. Berdasarkan Menurut Whitney dan Hegarthy dalam
wawancara dengan salah seorang guru, Manurung (2009), genetik memegang
dari observasi dapat dilihat bahwa peranan penting dalam mempengaruhi
kegemukan pada anak kelas 4, 5 dan 6 berat dan komposisi tubuh seseorang.
terjadi sekitar 20 % di SD SBI Jika kedua orang tua mengalami
Percobaan Ujung Gurun ini. obesitas, kemungkinan bahwa anak-
Kejadian obesitas pada anak di anak mereka menderita obesitas 75-80
sekolah ini dipengaruhi oleh faktor %. Jika salah satu orang tua yang
sosial ekonomi keluarga yang umumnya mengalami obesitas, kemungkinan
menengah ke atas yang memungkinkan tersebut hanya 40 %. Sedangakan jika
mereka mendapatkan pola konsumsi tidak seorang pun dari orang tuanya
makanan yang berlebihan, mendapatkan mengalami obesitas, peluangnya relatif
kemajuan teknologi yang secara tidak kecil (kurang dari 10%).
langsung berhubungan dengan aktivitas Berdasarkan uraian dan
fisik sehari-hari, misalnya alat-alat informasi diatas, maka penulis tertarik
permainan yang mengandalkan mengadakan penelitian mengenai
kecepatan jari-jari tangan dan mata Pengaruh Faktor Genetik, Pola
daripada gerak tubuh, seperti konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan
playstation, nonton TV, dan game Kejadian Obesitas Pada Anak Kelas 4-6
online. SD SBI Percobaan Ujung Gurun
Beberapa faktor yang Padang Tahun 2011.
menyebabkan terjadinya gizi lebih
(obesitas) pada anak usia sekolah, METODE PENELITIAN
antara lain sosial ekonomi yang
mempengaruhi pola konsumsi, Jenis penelitian adalah
ketidakseimbangan antara asupan energi penelitian deskriptif analitik. Penelitian
dengan energi yang digunakan. Selain ini bertujuan untuk melihat pengaruh
itu faktor yang mempengaruhi gizi faktor genetik, pola konsumsi dan
lebih, adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik terhadap kejadian
tingkat sosial ekonomi, faktor obesitas di SD SBI Percobaan Padang
lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan pada Tahun 2011. Desain Penelitian
makan dan faktor neuropsikologik serta yang digunakan adalah case control.
faktor genetika (Suhendro, 2003). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Pola aktivitas yang minim Oktober Desember 2012.
berperan besar dalam peningkatan
resiko obesitas pada anak. Kegemukan
Populasi dan sampel
dan obesitas pada anak yang kurang
Populasi dalam penelitian ini
beraktivitas fisik maupun berolahraga
adalah seluruh siswa- siswi di kelas 4-6
disebabkan oleh jumlah kalori yang
SD di Sekolah Dasar SBI Percobaan
dibakar lebih sedikit dibandingkan
Padang Tahun 2011. Sampel dalam
kalori yang diperoleh dari makanan
penelitian ini adalah diambil secara total
yang dikonsumsi sehingga berpotensi
sampling yaitu seluruh siswa pada kelas
4-6 SD SBI Percobaan Ujung Gurun
Padang yang mengalami obesitas yang menggunakan kuesioner penelitian,
berjumlah 35 orang. Sampel terdiri dari Food Frequency Questionaire (FFQ).
kasus dan kontrol. Untuk mengurangi Pengumpulan data dilakukan
kemungkinan adanya bias, maka kasus oleh peneliti dibantu oleh 1 (satu) orang
dan kontrol diambil dalam satu populasi mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
dengan kriteria : STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
a. Kasus adalah siswa- siswi di kelas dan 1 orang mahasiswa D3 Gizi
4-6 SD di Sekolah Dasar SBI Poltekes Padang sebagai enumerator.
Percobaan Padang yang menderita Enumerator sebelumnya dilatih dan
obesitas. Kasus diukur status diberi pengarahan terlebih dahulu,
gizinya dengan menggunakan terutama tentang cara pengukuran dan
metode antropometri dengan indeks wawancara yang baik, pemahaman isi
berat badan menurut tinggi badan kuesioner, dan cara mengisinya.
dan dibandingkan dengan grafik
Pengolahan dan Analisa Data
CDC 2000. Adapun jumlah kasus
Pengolahan data dilakukan
dalam penelitian ini adalah 35
dengan menggunakan langkah editing,
orang siswa yang obesitas.
koding, processing, cleaning, Analisis
b. Kontrol adalah siswa- siswi di kelas
data dilakukan secara komputerisasi
4-6 SD di Sekolah Dasar SBI
menggunakan program SPSS. Analisis
Percobaan Padang yang
data suatu penelitian, biasanya melalui
mempunyai berat badan normal
prosedur bertahap antara lain : Analisa
sesuai dengan baku CDC-2000
Univariat, bivariat dan multivariat.
laki-laki dan perempuan. Kasus
Analisa univariat dilakukan tabulasi
diukur status gizinya dengan
frekuensi, baik untuk variabel
menggunakan metode antropometri
independen maupun dependen. Analisa
dengan indeks berat badan menurut
Bivariat yaitu menggunakan uji chi
tinggi badan dan dibandingkan
square dengan menggunakan derajat
dengan baku CDC-2000, maka
kemaknaan 0,05 (derajat kepercayaan
jumlah control yang diambil adalah
95%). Sedangkan Analisa Multivariat
sebanyak 35 orang siswa yang tidak
menggunakan pendekatan analisa untuk
mengalami obesitas.
mengetahui faktor yang paling
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data berpengaruh digunakan Teknik analisa
Data primer terdiri dari data multivariat dengan uji regresi logistik.
hasil wawancara dan pengukuran, yaitu
berat badan dan tinggi badan responden, HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis kelamin, umur, karakteristik orang
1. Karakteristik Subjek penelitian
tua, pola konsumsi makanan, aktivitas
Hasil penelitian terhadap 70
fisik dan keturunan. Data tentang
orang siswa SD Percobaan Ujung
obesitas yang dikumpulkan dengan cara
Gurun Padang, berdasarkan
melakukan pengukuran berat badan dan
karakteristiknya dapat dilihat pada table
tinggi badan. Data pola konsumsi
berikut ini :
dilakukan dengan cara wawancara
langsung pada responden dengan
Tabel 1 Distribusi Siswa Kelas 4-6 Sekolah Dasar SBI Percobaan Ujung
Gurun Berdasarkan Karakteristiknya
Karakteristik Responden Obes Tidak Obes pvalue
f % f %
Umur Responden
- Umur 9 10 tahun 23 57,5 17 42,5 0,227
- Umur 11 12 tahun 12 40 18 60
Jumlah 35 50 35 50
Jenis Kelamin
- Laki-laki 13 52 12 48 1,000
- Perempuan 22 48,9 23 51,1
Jumlah 35 50 35 50

Menurut Salam (1989) dikutip Jenis kelamin merupakan istilah yang


dalam Simatupang (2008) Obesitas membedakan antara laki-laki dan
sering dianggap kelainan pada umur perempuan secara biologis dan dibawa
pertengahan. Obesitas yang muncul sejak lahir dengan sejumlah sifat yang
pada tahun pertama kehidupan biasanya diterima orang sebagai karakteristik
disertai dengan perkembangan rangka laki-laki dan perempuan.
yang cepat.. Berdasarkan karakteristik
umur, siswa yang banyak mengalami 2. Faktor Genetik
obesitas berada pada umur 9 10 tahun Pengaruh faktor genetik orang
yaitu sebanyak 23 Orang (57,5%) tua, terhadap kejadian obesitas pada
Selain itu karakteristik jenis siswa kelas 4-6 SD SBI Percobaan
kelamin siswa yang mengalami obesitas Ujung Gurun Padang dapat dilihat pada
adalah siswa dengan jenis kelamin tabel berikut :
perempuan yaitu 22 orang (48,9%).

Tabel 2. Distribusi Faktor Genetik Orang Tua Siswa Kelas 4-6 Sekolah
Dasar SBI Percobaan Ujung Gurun Berdasarkan Faktor Genetik
Faktor Genetik Obes Tidak Obes OR (95% CI) Pvalue
f % f %
Obesitas 13 76,5 4 23,5
4,580 1,316 15,932 0,026
Tidak Obesitas 22 41,5 31 58,5
Jumlah 35 50 35 50
pengaruh yang bermakna antara faktor
Hasil penelitian didapatkan genetik keluarga dengan kejadian
bahwa dari 17 siswa yang memiliki orang obesitas. Nilai OR 4,580 (95% CI : 1,316-
tua obesitas, terdapat 13 (77,5 %) siswa 15,932) artinya siswa yang obesitas
yang mengalami obesitas dan 4 (23,5%) risikonya 4,580 kali lebih besar akan
siswa yang tidak obesitas. Sedangkan dari mengalami obesitas dibandingkan
53 siswa yang memiliki orang tua tidak kelompok tidak obesitas apabila
obesitas, terdapat 22 (41,5%) siswa mempunyai orang tua obesitas.
mengalami yang obesitas dan 31 ( 58,5%) Menurut hasil penelitian
siswa yang tidak obesitas. Padmiari (2002), bahwa ada keterkaitan
Dari hasil uji statistik yang yang erat kejadian obesitas dengan orang
diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada tua yang kedua-duanya gemuk atau salah
satunya untuk menurun ke anaknya lebih sedikit ahli kesehatan yang menilai
besar, dimana ibu dapat meningkatkan bahwa faktor genetik bukanlah hal utama
risiko kejadian obesitas sebesar 2,69 kali dalam peningkatan resiko kegemukan dan
(95 % IC : 1,38 5,22), sedangkan ayah obesitas pada anak. Hal ini mengacu pada
hanya sebesar 1,99 kali (95 % IC : 1,02 fakta bahwa tidak terdapat perubahan
3,92). genetik yang bermakna pada manusia
Hal senada di ungkapkan oleh selama kurun waktu tiga dasawarsa
WHO (2000) yang menyatakan bahwa terakhir, sedangkan peningkatan
risiko relatif seorang anak untuk menjadi prevalensi kegemukan dan obesitas di
obesitas bila di dalam suatu keluarga seluruh dunia menunjukkan fenomena
terdapat anggota keluarga lainnya yang sebaliknya. (Wahyu, 2009)
obesitas adalah sebesar 4,7 sampai 8,6 Hal ini juga sesuai dengan
kali lebih sering. Senada dengan hal Hipotesis Barker menyatakan bahwa
tersebut, hasil studi Anjali (2004) perubahan lingkungan nutrisi intrauterin
menyatakan faktor keturunan sebesar 70 menyebabkan gangguan perkembangan
% mempengaruhi kejadian obesitas. Hal organ-organ tubuh terutama kerentanan
senada dinyatakan oleh Loos (2003) terhadap pemrograman janin yang
prevalensi obesitas dimana anggota dikemudian hari bersama-sama dengan
keluarga lainnya mengalami obesitas pengaruh diet dan stress lingkungan
bahwa 30 70 % merupakan pengaruh merupakan predisposisi timbulnya
biologis atau kontribusi keturunan. berbagai penyakit dikemudian hari.
Anak yang obesitas cenderung Mekanisme kerentanan genetik terhadap
akan mengalami obesitas hingga dewasa obesitas melalui efek pada resting
dimana 40 70 % anak-anak yang metabolic rate, thermogenesis non
obesitas akan tetap obesitas hingga exercise, kecepatan oksidasi lipid dan
dewasa. Hasil studi ini diperkuat lagi oleh kontrol nafsu makan yang jelek.
Dhriti, dkk (2005) dikutip dalam Dengan demikian kerentanan terhadap
Simatupang (2008) yang menyatakan obesitas ditentukan secara genetik
bahwa dalam satu keluarga dimana kedua sedang lingkungan menentukan ekspresi
orangtuanya diklasifikasikan mengalami fenotipe. (Newnham, 2002)
obesitas ternyata 19,8 % anak- anaknya
akan mengalami obesitas. Hal ini dapat 3. Pola Konsumsi
dibandingkan dengan hanya 6,7 % bila Pola Konsumsi adalah gambaran
kedua orang tuanya tidak obesitas. kebiasaan makan yang dilihat dari
Anak yang memiliki orang tua asupan makanan yang meliputi jumlah
obesitas memiliki resiko mengalami makanan yang dikonsumsi, frekuensi
obesitas lebih besar bila dibandingkan makan dalam sehari dan banyaknya
dengan anak yang tidak memiliki riwayat jenis makanan yang dikonsumsi dalam
obesitas. Tapi bukan tidak mungkin sehari yang ditanyakan dengan
seorang anak yang tidak memiliki riwayat menggunakan food frequency
obesitas mengalami obesitas. Tidak questionaire.
Tabel 3. Distribusi Pola Konsumsi Siswa Kelas 4-6 Sekolah Dasar SBI
Percobaan Ujung Gurun Berdasarkan Asupan Makanan
Pola Konsumsi Obes Tidak Obes OR (95% CI) pvalue
f % f %
> 2345 Kkal/hari 26 70,3 11 29,7
6,303 2,225-17,852 0,001
2345 kkal/hari 9 27,3 24 72,7
Jumlah 35 50 35 50

Dari tabel menunjukkan bahwa Penelitian ini juga sesuai


asupan energi > 2345 kkal/hari dengan penelitian Ana Medawati dkk.
sebanyak 26 siswa (70,3%) dimiliki (2005) Di Yogyakarta yang
oleh kelompok siswa yang obesitas, menyimpulkan bahwa semakin tinggi
sementara yang memiliki asupan energi asupan energi semakin tinggi
2345 kkal/hari ada 11 orang (29,7%). kemungkinan untuk terjadinya obesitas
Sebaliknya siswa yang tidak mengalami pada remaja dan semakin tinggi asupan
obesitas 9 orang (27,3%) memiliki lemak semakin tinggi untuk terjadinya
asupan energi 2345 kkal/hari, obesitas.
sedangkan yang memiliki asupan energi Kedua hasil penelitian tersebut
2345 kkal/hari sebanyak 24 orang di atas, didukung pendapat Suhardjo
(72,7%) (1989) yang dikutip dalam Simatupang
Hasil analisa bivariat diperoleh (2008) yang menyatakan bahwa
nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang kebiasaan makan yang salah pada anak
bermakna antara asupan energi > 2345 akan mempertinggi risiko terjadinya
kkal/hari dengan kejadian obesitas. obesitas. Kebiasaan tersebut meliputi
Nilai OR 6,303 (95% CI : 2,225- frekuensi makan, kebiasaan makan
17,852) artinya siswa yang obesitas makanan camilan, atau jajanan.
risikonya 6,303 kali lebih besar akan Pendapat ini, lebih dipertajam
mengalami obesitas dibandingkan Syarif (2003) yang menyatakan Peranan
dengan kelompok tidak obesitas apabila faktor nutrisi dimulai sejak dalam
asupan energinya > 2056,1 kkal/hari. kandungan dimana jumlah lemak tubuh
Hasil penelitian ini sebanding dan pertumbuhan bayi dipengaruhi
dengan penelitian Simatupang (2008) berat badan ibu. Kenaikan berat badan
yang menyatakan bahwa asupan energi dan lemak anak dipengaruhi oleh :
> 2056,1 kkal/hari sebanyak 83,7% waktu pertama kali mendapat makanan
dimiliki oleh kelompok siswa yang padat, asupan tinggi kalori dari
obesitas, sementara yang memiliki karbohidrat dan lemak serta kebiasaan
asupan energi 2056,1 kkal/hari ada mengkonsumsi makanan yang
16,3%. Sebaliknya siswa yang tidak mengandung energi tinggi.
obesitas 84,7% memiliki asupan energi
2056,1 kkal/hari, sedangkan yang 4. Aktivitas Fisik
memiliki asupan energi > 2056,1
Pengaruh pemanfaatan waktu
kkal/hari sebanyak 15,3%. Hasil analisa
untuk aktivitas fisik terhadap kejadian
bivariat memperliihatkan ada pengaruh
obesitas pada siswa kelas 4-6 Sekolah
yang bermakna antara asupan energi >
Dasar SBI PercobaanUjung Gurun
2056,1 kkal/hari dengan kejadian
Padang
obesitas.
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 4. Distribusi Aktivitas Fisik Siswa Kelas 4-6 Sekolah Dasar SBI
Percobaan Ujung Gurun Berdasarkan Aktivitas Fisik Ringan
Aktivitas Fisik Sedang dan Aktivitas Fisik Berat
Aktivitas Fisik Obes Tidak Obes OR (95% CI) pvalue
f % f %
Ringan 29 65,9 15 34,1
6,444 2,135-19,456 0,001
Sedang 6 23,1 20 76,9
Jumlah 35 50 35 50
Dari tabel menunjukkan bahwa gerak ini berdampak buruk bagi
siswa yang obesitas 29 orang (65,9%) kesehatan karena berpotensi
menggunakan aktivitas ringan 10,9 jam, menimbulkan kegemukan dan obesitas
sementara yang menggunakan waktu (Wahyu, 2009).
untuk aktivitas sedang ada 6 orang Menurut Meenu dan Madhu
(23,1%). Hasil analisa bivariat (2001), menyatakan bahwa kehilangan
menunjukkan ada pengaruh aktivitas aktivitas fisik, akibat menonton televisi
fisikterhadap kejadian obesitas (p < atau bermain video game lebih dari 1
0,05).Nilai OR 6,444 (95% CI : 2,135- (satu) jam setiap hari memiliki
19,456) artinya siswa yang obesitas kontribusi yang signifikan terhadap
risikonya 6,444 kali lebih besar akan obesitas pada anak. Pendapat ini
mengalami obesitas dibandingkan memperkuat ditemukannya data
dengan kelompok tidak obesitas apabila aktivitas fisik pada penelitian
menggunakan waktu untuk melakukan sebagaimana Tabel 4.8 dimana kegiatan
aktivitas fisik. menonton TV selama 1 jam 60,2% dan
Dari hasil penelitian, > 1 jam 30,8 % pada kelompok siswa
didapatkan juga data bahwa selain obesitas. Lebih jauh dikatakan oleh
untuk belajar, sebagian besar waktu Musaiger (2004) bahwa perubahan gaya
anak dihabiskan dengan bermain. hidup dan status sosial ekonomi di
Bermain bagi anak semestinya bukan negara-negara Mediternia Timur,
sekedar aktivitas fisik biasa, tetapi dapat berdampak pada aktivitas fisik.
menjadi sarana belajar yang Ketersediaan kenderaan, peningkatan
menyenangkan dan berolahraga secara peralatan elektrikal rumah tangga
tidak langsung. Bermain yang dilakukan menyebabkan hidup lebih santai.
seorang anak diharapkan permainan Pernyataan di atas dikuatkan
yang bermanfaat melatih kekuatan otot oleh Misnadiarly (2007), obesitas
dan fisik, kemampuan komunikasi, banyak dijumpai pada orang yang
sosialisasi, sehingga dapat menyehatkan kurang melakukan aktivitas fisik dan
anak. Hanya saja, saat ini jenis kebanyakan duduk. Di masa industri
permainan berkembang adalah sekarang ini, dengan meningkatnya
permainan yang dimanjakan teknologi. mekanisasi dan kemudahan transportasi,
Beberapa penelitian orang cenderung kurang gerak atau
menunjukkan bahwa permainan modern menggunakan sedikit tenaga untuk
seperti video game cenderung aktivitas sehari-hari.
menghabiskan banyak waktu, membuat 5. Faktor Resiko Yang Paling
anak malas bergerak, dan cenderung Dominan Terhadap Kejadian
enggan bersosialisasi dengan teman Obesitas
sebayanya. Dalam jangka waktu Untuk menganalisa pengaruh
panjang kebiasaan anak yang minim faktor risiko terhadap kejadian obesitas
dilakukan uji regresi logistik. Faktor variabel independen dimasukkan dalam
risiko yang dianalisa meliputi pola analisa menggunakan metode enter.
konsumsi, faktor keturunan dan aktivitas Kemudian variabel yang tidak signifikan
fisik terhadap kejadian obesitas pada dikeluarkan dari analisa hingga diperoleh
siswa sekolah dasar. Dalam menentukan pemodelan yang paling cocok.
signifikansi faktor risiko, maka seluruh
Tabel 5. Analisa Pengaruh Faktor Genetik, Pola Konsumsi dan Aktivitas
Fisik Terhadap Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar SBI Ujung
Gurun Padang
No Variabel B pvalue OR / Exp (B)
1 Faktor genetik 1,416 0,059 4.122
2 Pola Konsumsi 1,869 0,02 6.481
3 Aktivitas Fisik 1,841 0,04 6.300
4 Konstant -7,754 0,000

Dari hasil analisa di atas, analisa berikutnya yang dimulai dari


diperoleh nilai p-value < 0,05 adalah variabel yang paling besar nilai p-
variabel pola konsumsi dan aktivitas valuenya. Analisa tahap berikutnya
fisik. Sedangkan untuk variabel yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
tidak signifikan akan dikeluarkan dari

Tabel 6. Analisa Pengaruh Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik Terhadap


Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar SBI Ujung Gurun Padang
No Variabel B pvalue OR /Exp (B)
1 Pola Konsumsi 1,879 0,001 6,545
2 Aktivitas Fisik 1,904 0,002 6,710
3 Konstant -5,335 0,000 0,005
Tabel 6 menunjukkan bahwa Pendapat ini diperkuat lagi
variabel pola konsumsi dan aktivitas dengan pendapat Egger dan Swinburn
fisik merupakan variabel yang (1997) yang mengemukakan penyebab
signifikan (p < 0,05) terhadap kejadian penting terjadinya obesitas adalah faktor
obesitas. Dengan demikian gambaran di biologis (genetis), pola hidup dan faktor
atas merupakan pemodelan yang paling lingkungan. Faktor sosial seperti pola
sesuai dalam penelitian ini. Apabila hidup dan faktor lingkungan dalam
dilihat nilai ORnya, maka Aktivitas bentuk pola konsumsi dan aktivitas fisik
fisik memiliki nilai (OR = 6,7) mempengaruhi asupan energi dan energi
memiliki pengaruh yang paling besar yang dikeluarkan. Tingkat kerentanan
terhadap kejadian obesitas yang diikuti individual terhadap faktor tersebut di
oleh pola konsumsi (OR =6,5), berarti atas berkaitan dengan faktor genetis dan
asupan lemak memiliki pengaruh faktor biologis lainnya, seperti gender,
sebesar 6,7 kali untuk terjadinya umur dan aktivitas hormonalnya.
obesitas setelah dikontrol variabel lain.
Berdasarkan nilai OR nya, maka
pemodelan secara matematis dapat KESIMPULAN DAN SARAN
digambarkan sebagai berikut :
Kejadian obesitas = 5,335 + Berdasarkan hasil penelitian dan
1,904 X1 + 1,879 X2 pembahasan, maka dapat dikemukakan
Dimana : X1 = Aktivitas fisik kesimpulan, sebagai berikut :
X2 = pola konsumsi 1. Terdapat pengaruh faktor genetik
Menurut Subardja dkk (2000) terhadap kejadian obesitas siswa
menyatakan bahwa bila dibandingkan sekolah dasar pada siswa kelas 4-
besarnya hubungan antara pola makan, 6 Sekolah Dasar SBI Percobaan
aktivitas fisik, ternyata pola aktivitas Ujung Gurun Padang.
fisik lebih berhubungan dengan 2. Terdapat pengaruh pola konsumsi
terjadinya obesitas pada anak. Hal ini terhadap kejadian obesitas siswa
mencerminkan pola hidup sedentary sekolah dasar pada siswa kelas 4-
berkontribusi dalam terjadinya obesitas 6 Sekolah Dasar SBI Percobaan
pada anak. Senada dengan hal tersebut, Ujung Gurun Padang.
Keith SW dkk (2006) berpendapat 3. Terdapat pengaruh aktivitas fisik
bahwa aktivitas fisik yang tidak baik terhadap kejadian obesitas siswa
dan pola makan yang buruk merupakan sekolah dasar pada siswa kelas 4-
faktor paling dominan menimbulkan 6 Sekolah Dasar SBI Percobaan
risiko terjadinya obesitas, dan berbagai Ujung Gurun Padang.
faktor lainnya yang saling berkaitan. 4. Berdasarkan analisa regresi
Di Indonesia, terutama di kota- logistic yang dilakukan ternyata
kota besar, dengan adanya perubahan aktivitas fisik memiliki pengaruh
gaya hidup yang menjurus ke paling besar terhadap kejadian
westernisasi dan sedentary berakibat obesitas pada siswa Sekolah
pada perubahan pola makan / konsumsi Dasar SBI PercobaanUjung
masyarakat yang merujuk pada pola Gurun Padang yang diikuti oleh
makan tinggi kalori, tinggi lemak dan faktor pola konsumsi makanan
kolesterol, terutama terhadap penawaran
makanan siap saji ( fast food ) yang Permasalahan gizi di lokasi
berdampak meningkatkan risiko penelitian terlihat telah mengarah ke
obesitas (Satoto, 1998) masalah
gizi ganda, oleh sebab itu disarankan Manurung, Nelly Katharina. 2009. Tesis
kepada pihak sekolah (kepala sekolah, : Pengaruh Karakteristik
guru), orang tua dan siswa untuk : Remaja, Genetik, Pendapatan
1. Menggiatkan kembali monitoring Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola
status gizi anak sekolah terutama Makan dan Aktivitas Fisik
siswa sekolah dasar untuk Terhadap Kejadian Obesitas di
memantau pertumbuhan dan SMU RK Tri Sakti Medan,
perkembangan status gizinya. Hal 2008. Medan : Universitas
ini dapat dilakukan melalui Sumatera Utara.
Program Usaha Kesehatan Sekolah Meenu Singh, Madhu Sharma, 2005.
(UKS) yang telah ada. Risk Factors for Obesity in
2. Mengadakan penyuluhan- Children, Department of
penyuluhan mengenai gizi dan Pediatrics, Advanced Pediatric
kesehatan termasuk pola hidup Center, Postgraduate Institute
sehat kepada siswa sekolah dasar. of Medical Education and
3. Melakukan kegiatan penyuluhan Research, Chandigarh, India.
tentang gizi secara berkala baik Misnadiarly. 2007. Obesitas : Sebagai
kepada siswa, maupun orang tua Faktor Resiko Beberapa
siswa, dengan materi penyuluhan, Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor
antara lain : masalah gizi lebih, Populer
cara pencegahan dan Musaiger, A.O., 2004 Overweight and
penanggulangannya, dampak yang Obesity in the Eastern
diakibatkan, pemilihan makanan Mediterranian Region : Can
jajanan yang sehat, pola konsumsi We Control It?., Eastern
yang sehat, memperbanyak Mediterranian Health Journal.
konsumsi sayuran, buah-buahan, Newnham,J.,P. 2002. Nutrition and the
dan pentingnya kebiasaan early origins of adult disease,
berolahraga. Asia Pacific J Clin Nutr,
2002;11(Suppl): S537-42
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
DAFTAR PUSTAKA Metodologi Penelitian
Ana Medawati, Hanan Hadi, I.D.P.
Kesehatan, Jakarta : Rineka
Pramantara, , 2005. Hubungan
Cipta.
antara Asupan Emergi, Asupan
Padmiari. Ida. A, 2002. Prevalensi
Lemak dan Obesitas pada
Obesitas dan Konsumsi Fast
Remaja SLTP di Kota
Food Sebagai Faktor Resiko
Yogyakarta dan di Kabupaten
Terjadinya Obesitas Pada Anak
Bantul, Jurnal Gizi Klinik
SD di Kota Denpasar, Bali.
Indonesia.
Tesis Magister Gizi dan
Anjali Jain, M.D., 2004. What Works
Kesehatan Pasca Sarjana
for Obesity, A Summary of the
Universitas Gadjah Mada,
Research behind Obesity
Yogyakarta.
Interventions, BMJ Publishing
Satoto, Karjati, S., Darmojo, B.,
Group, London, UK.
Tjokroprawiro, A., Kodyat,
Keith, S.W. et al., 2006. Putative
BA. 1998. Kegemukan,
Contributors to the Secular
Obesitas dan Penyakit
Increase in Obesity; Exploring
Degeneratif: Epidemiologi dan
the Roads Less Traveled. Int J.
Strategi Penanggulangannya,
Obes.
Dalam: Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VI tahun
1998. Jakarta: LIPI
Simatupang, M. Romauli. 2008.
Pengaruh Pola Konsumsi,
Aktivitas Fisik Dan Keturunan
Terhadap Kejadian Obesitas
Pada Siswa Sekolah Dasar
Swasta Di Kecamatan Medan
Baru Kota Medan, 2008. USU
Repository 2008
Subardja, Dedi. 2004. Obesitas Primer
Pada Anak. Bandung : PT.
Kiblat Buku Utama
Sudilarsih, Feni. 2010. Mampu
Mengatasi Masalah 1001
Masalah Balita Anda Sehari-
Hari. Jakarta : Garailmu
Syarif, D.R. 2003. Childhood Obesity:
Evaluation and Management,
Dalam Naskah Lengkap
National Obesity Symposium II,
Editor: Adi S., dkk. Surabaya.
Tuti. 2009. Ancaman di Balik Obesitas
di unduh dari :
http://www.okezone.com.
Wahyu, Genis Ginanjar. 2009. Obesitas
Pada Anak. Yogyakarta : B
FirstBentang Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai