BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jantung
2.1.1. Embriogenesis sistem kardiovaskular
2.1.1.1.Ruang Jantung dan Arteri Besar
Proses embriogenesis kardiovaskular merupakan rangkaian pembentukan
organ jantung yang sangat kompleks dan saling berkaitan. Selama kehamilan
bulan pertama, jantung hanya berupa sebuah tabung lurus(Usman, 2008).
Tabung jantung primitif ini tersusun dari 4 segmen berangkai, yaitu tiga
ruangan (sinoatrium, ventrikel primitif, dan bulbus kordis) dan arteri utama
tunggal (trunkus arteriosus)(Stanger, 2007).
darah dari sinus coronarius menuju ventrikel kanan dan berlanjut ke arteri
pulmonalis (Roebiono, et al., 1994).
Pada masa fetal hanya 12-15% darah dari ventrikel kanan yang akan
memasuki paru, selebihnya akan melewati duktus arteriosus menuju aorta
desenden lalu bercampur dengan darah dari aorta asenden. Darah yang banyak
mengandung CO2tersebut akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan
tahanan vaskular masing-masing dan juga ke plasenta melalui arteri umbilikalis
(Usman, 2008).
2.1.3. Anatomi
Jantung adalah organ berongga dan berotot seukuran kepalan yang terletak
di mediastinum medialis dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Berat jantung
tergantung dari umur, jenis kelamin, tinggi badan, lemak perikardium, dan nutrisi
seseorang. Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium,
dimana terdiri dari dua lapisan, yaitu:
a. Perikardium parietalis: lapisan luar yang melekat pada tulang dada
danparu.
b. Perikardium viseral (epikardium): lapisan permukaan jantung.
Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan,
dan ventrikel kiri (Oemar, 1996).
Atrium kanan dengan atrium kiri dipisahkan oleh septum interatriorum,
sedangkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh septum
interventrikulorum. Atrium dan ventrikel berhubungan satu sama lain melalui
orifisium atrioventrikuler. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup
trikuspid, sedangkan antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup
mitral/bikuspid. Kedua katup ini dapat terbuka ketika tekanan atrium melebihi
tekanan ventrikel sehingga darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Kedua katup
ini mulai menutup ketika tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium sehingga
darah tidak kembali ke atrium. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup
pulmonalis yang memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju
arteri pulmonalis. Pada pangkal aorta terdapat katup aorta yang akan membuka
saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah dapat mengalir ke seluruh
tubuh(Sherwood, 2011).
9
2.1.4. Fisiologi
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui
dua vena kava dimana satu vena mengembalikan darah dari level di atas jantung
yang disebut vena kava superior dan vena yang lain dari level di bawah jantung
yang disebut vena kava inferior. Darah yang masuk ke atrium kanan ini banyak
mengandung CO2. Kemudian darah ini akan mengalir dari atrium kanan ke
ventrikel kanan melewati katup trikuspid. Darah di ventrikel kanan dipompa
keluar melewati katup pulmonal dan dibawa oleh arteri pulmonalis menuju paru.
Di dalam paru, darah tersebut menyerap banyak O2. Lalu darah ini masuk ke
dalam atrium kiri dan mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral. Darah
yang ada di ventrikel kiri ini kemudian dipompa keluar melewati katup aorta dan
dibawa oleh aorta ke seluruh tubuh(Sherwood, 2011).
ditemukan pada orang dewasa, maka pasien tersebut mampu melewati seleksi
alam atau telah menjalani tindakan operasi dini pada usia muda (Rahmawati,
2011).
2.2.2. Epidemiologi
Penelitian di negara berkembang dan di negara maju menunjukkan bahwa
penyakit jantung bawaan terjadi pada kira-kira 10 dari 1.000 anak yang lahir
hidup (Stanger, 2007).
Berdasarkan penelitian, 1 orang bayi dilahirkan dari bapak dengan riwayat
PJB, sedangkan tidak ada bayi yang dilahirkan dari 4 orang ibu dengan riwayat
PJB (Harimurti, 1996).
PJB diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu PJB non-sianotik dan PJB
sianotik. Jumlah pasien PJB non-sianotik rata-rata 3-4 kali PJB sianotik. Pada PJB
non-sianotik, kelainan terbanyak adalah defek septum ventrikel. Sedangkan pada
PJB sianotik, kelainan terbanyak adalah tetralogi fallot. Perbandingan kejadian
penyakit jantung bawaan non-sianotik dan sianotik adalah 4:1. Meskipun
demikian, PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan PJB non-sianotik (Mansjoer, et al., 2000).
11
Tabel 2.1. Diagnosis Pasien Penyakit Jantung yang Berobat di Poliklinik Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI/SCM, Jakarta, 1983-1992
Defek ini dapat terletak dimana pun pada sekat ventrikel, dapat tunggal
atau banyak, serta ukuran dan bentuknya dapat bervariasi (Fyler, 1996).
Insidensi DSV terisolasi adalah sekitar 2-6 per 1000 kelahiran hidup dan
terjadi 30% dari semua jenis PJB. Defek ini lebih banyak terjadi pada wanita
daripada pria (Ramaswamy, 2009).
Klasifikasi DSV sebagai berikut:
a. Perimembranasea, merupakan lesi yang terletak di bawah katup aorta dan
terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV(Rao, 2005).
15
Insidensi DSA adalah 1 per 1.000 kelahiran hidup dan terhitung 7% dari
seluruh kejadian PJB. DSA lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria
dengan perbandingan 2:1(Carr & King, 2008).
Klasifikasi DSA menurut letak defek pada septum atrium sebagai berikut:
16
Bila shunt duktus kecil biasanya asimtomatis, tekanan darah dan tekanan
nadi dalam batas normal, terdapat bising kontinu yang khas di daerah subklavia
kiri. Gambaran radiologis dan EKG masih dalam batas normal (Mansjoer, et
al., 2000). Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya pembesaran
ruang jantung ataupun arteri pulmonalis (Soeroso & Sastrosoebroto, 1994).
Bila shunt duktus sedang, pasien biasanya mengalami kesulitan makan,
sering menderita infeksi saluran napas, namun berat badan masih dalam batas
normal. Frekuensi napas sedikit lebih cepat dari normal dan sering ditemukan
bising middiastolik dini. Pada foto toraks terlihat jantung membesar terutama
ventrikel kiri, vaskularisasi paru meningkat, dan pembuluh darah hilus
membesar. EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa
dilatasi atrium kiri (Mansjoer, et al., 2000). Pemeriksaan ekokardiografi
ditemukan adanya pelebaran atrium kiri dengan atau tanpa pelebaran ventrikel
kiri (Soeroso & Sastrosoebroto, 1994).
18
Bila shunt duktus besar, pasien mengalami kesulitan makan dan minum
hingga berat badannya tidak bertambah , terlihat dispnu atau takipnu dan
banyak berkeringat bila minum. Pada foto toraks terlihat pembesaran ventrikel
kanan dan kiri serta pembesaran arteri pulmonalis. EKG tampak hipertrofi
biventrikular dengan dominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri
(Mansjoer, et al., 2000). Pemeriksaan ekokardiografi ditemukan adanya dilatasi
ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan serta aorta dan arteri
pulmonalis yang besar(Soeroso & Sastrosoebroto, 1994).
Kelompok tanpa pirau adalah sebagai berikut:
a. Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal digunakan secara umum untuk menunjukkan adanya
obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya (Soeroso & Sastrosoebroto, 1994). Diagnosis ditegakkan dengan
ekokardiografi dan penatalaksanaan dilakukan dengan tindakan bedah
valvulotomy(Ren, 2012).
b. Stenosis Aorta
Stenosis aorta adalah penyempitan aorta yang dapat terjadi di subvalvular,
valvular, atau supravalvular. Kelainan ini mungkin tidak terdeteksi pada masa
anak karena katup berfungsi normal, hanya pada auskultasi ditemukan bising
sistolik di daerah aorta. Kelainan ini dapat ditemukan dalam kombinasi dengan
koarktasio aorta atau duktus arteriosus persisten. Pemeriksaan ekokardiografi
dapat dengan jelas menunjukkan jenis stenosis (subvalvular, valvular,
supravalvular) (Soeroso & Sastrosoebroto, 1994).
c. Koarktasio Aorta
Koarktasio aorta adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang
umumnya terjadi di daerah duktus arteriosus dan dapat juga terjadi praduktal
atau pascaduktal. Tanda klasik kelainan ini adalah nadi brakialis yang teraba
normal atau kuat, sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis tidak teraba
atau teraba kecil. Pada auskultasi bunyi jantung I dan II pada umumnya normal
dan dapat ditemukan bising sistolik halus di daerah pulmonal dan di punggung.
Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiografi dada
19
Pada waktu baru lahir biasanya bayi belum sianotik tetapi bayi tampak
biru setelah tumbuh. Manifestasi yang penting pada kelainan ini adalah
terjadinya serangan sianotik yang ditandai oleh timbulnya sesak napas
mendadak, napas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan bisa juga
disertai kejang atau sinkop (Prasodo, 1994).
Diagnosis penyakit ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ekokardiografi, radiografi dada, dan EKG (Bhimji, 2013). Penatalaksanaannya
dengan perawatan medis serta tindakan bedah(Prasodo, 1994).
b. Transposisi Arteri Besar
Transposisi arteri besar merupakan kelainan dimana terjadi perubahan
posisi aorta dan arteri pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan
terletak di sebelah anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis
keluar dari ventrikel kiri, terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta
menerima darah vena sistemik dari vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan,
dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedangkan darah dari vena
pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan diteruskan ke arteri
pulmonalis dan seterusnya ke paru. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan EKG, radiologi, dan ekokardiografi. Penatalaksanaan yang
dilakukan adalah dengan tindakan operasi (Prasodo, 1994).
21
Tabel 2.3. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks