PENDAHULUAN
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan lain-lain nya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan
keluar lewat urin, tinja, keringat dan uap air pernafasan kira-kira sama, seperti tampak pada tabel
1:
Masukan (ml/24 jam) Keluaran (ml/24 jam)
Tampak Tak tampak Tampak Tak tampak
Minum 1200 - Urin 1200 -
Makan - 1000 Tinja - 100
Hasil - 300 Keringat - 800
pernafasan - 400
oksidasi
Total 1200 1300 Total 1200 1300
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, yang berfungsi menjadi pengangkut zat
makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil metabolisme sel untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia,
jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh.
Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-
75% dari berat badan, sebelum pubertas 65-70% dari berat badan, orang dewasa normal sekitar
50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan
air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada orang gemuk lebih rendah dari pada mereka yang
tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan ekstrasel dan intra
sel. Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute berupa kation dan anion (elektrolit)
yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel.
Gangguan keseimbangan cairan adalah adanya ketidakseimbangan antara air yang masuk
dan keluar dari tubuh, ketidakseimbangan antara cairan intra dan ekstrasel serta
ketidakseimbangan antara cairan interstisium dan intravaskular.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada
pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperative dan postoperatif..
Terapi cairan terutama dibutuhkan jika tubuh tidak mendapatkan masukan air, elektrolit
dan zat-zat makanan lain secara oral, misalnya pada keadaan pasien yang harus puasa lama
karena persiapan pembedahan, atau keadaan lain seperti perdarahan banyak, syok hipovolemik,
anoreksia berat, diare berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lain.
Pada saat melakukan terapi cairan, perlu diperhatikan pula jenis cairan yang digunakan
untuk penggantinya. Cairan tersebut dapat berupa kristaloid atau koloid yang masing-masing
mempunyai keuntungan tersendiri yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Dalam keadaan
tertentu adanya terapi cairan dapat pula digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat
dan zat makanan secara rutin atau dapat juga untuk menjaga keseimbangan asam basa.
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen Intraselular 5
Komponen intraseluler merupakan cadangan cairan tubuh yang terbesar, dan
berhubungan dengan cairan dalam sel. Komposisi ionnya berbeda dengan komponen
ekstraseluler karena mengandung ion kalium dalam konsentrasi tinggi (140-150 mmol/liter) dan
ion natrium dalam konsentrasi rendah (8-10 mmol/liter) dan ion klorida (3mmol/liter). Jadi jika
air diberikan bersama natrium dan klorida, maka cenderung mengisi komponen ekstraseluler. Air
yang diperlukan dalam bentuk larutan glukosa akan didistribusikan kesemua bagian tubuh dan
glukosa akan dimetabolisme. Air murni tidak pernah diberikan secara intravena karena dapat
menyebabkan hemolisis masif.
Komponen Ekstraselular 5
Komponen ekstraseluler dapat dibagi menjadi intravaskuler dan intertitial.
Komponen Intravaskuler
Volume darah normal kira-kira 70 ml/kgbb pada dewasa dan 85-90 ml/kgbb pada
neonatus. Selain darah, komponen intravskuler juga terdiri dari protein plasma dan ion, terutama
natrium (138-145 mmol/liter), klorida (97-105 mmol/liter) dan ion bikrbonat. Hanya sebagian
kecil kalium tubuh berada di dalam plasma (3,5-4,5 mmol/liter), tetapi konsentrasi kalium ini
mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.
Komponen Interstitial
Komponen interstitial lebih besar dari pada komponen intravaskuler. Jumlah total cairan
ekstraseluler (intravaskuler ditambah interstitial) bervariasi antara 20-35% dari berat badan
dewasa dan 40-45% pada neonatus. Air dan elektolit dapat bergerak bebas di antara darah dan
ruang interstitial, yang mempunyai komposisi ion yang sama, tetapi protein plasma tidak dapat
bergerak bebas keluar dari ruang intravaskuler kecuali bila terdapat cedera kapiler misalnya pada
luka bakar atau syok septik.
Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun dengan cepat,
maka air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke dalam darah untuk mengatasi
kekurangan volume intravaskuler, yang diprioritaskan secara fisiologis. Pemberian cairan
intravena yang terutama mengandung ion natrium dan klorida, seperti NaCl fisiologis (9 g/liter
atau 0,9%) atau larutan Hartman (larutan ringer laktat), dapat bergerak bebas kedalam ruang
intertitial sehingga efektif untuk meningkatkan volume intervaskuler dalam waktu singkat.
Larutan yang mengandung molekur yang lebih besar, misalnya plasma, darah lengkap,
dekstran, poligelin, hidroksietil, gelatin, lebih efektif untuk mempertahankan sirkulasi jika
diberikan secara intravena karena komponen ini lebih lama berada dalam komponen
intravaskuler. Cairan ini biasanya disebut sebagai plasma ex-panders.
Cairan transseluler 3
Merupakan cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS)
meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung dengan jumlah hamper mendekati angka 1 L, namun sejumlah besar cairan bergerak
kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal
(GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute berupa kation dan anion (elektrolit)
yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel. Ada dua kation yang penting
yaitu natrium dan kalium. Keduanya mempengaruhi tekanan osmotik cairan ektrasel dan intrasel
serta langsung berhubungan dengan fungsi sel. Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium
(kation utama) dan kalium, kalsium, magnesium. Untuk menjaga netralitas (elektronetral)
didalam cairan ekstrasel terdapat anion-anion seperti klorida, bikarbonat dan albumin. Kation
utama dalam cairan intrasel adalah kalium dan anion utama adalah fosfat.
Tabel 3 : menunjukkan jumlah dan jenis kation dan anion dalam tiap kompartemen : 4
Berikut tabel 4 memperlihatkan keadaan lain yang dapat menyebabkan kebutuhan cairan
bertambah dan berkurang : 6
Hiperventilasi 1C )
Aktivitas menurun
Tabel 4 : keadaan yang mempengaruhi Retensi cairan ( ex: gagal jantung,
cairan tubuh
gagal ginjal, dll )
Setiap kehilangan abnormal (ex: diare,
poliuri, dll )
Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlah normal akibat
kehilangan cairan, asupan yang tidak mencukupi atau kombinasi keduanya. Dengan manifestasi
klinis seperti pada tabel 5 : 1
Klinis Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Ringan (5%) Sedang (5-10%) Berat (> 10%)
Keadaan Umum Baik, Compos Gelisah, rewel Letargik, tak sadar
Mentis ,lesu
Mata cekung, Normal Cekung Sangat cekung
keing
Air mata Ada Kering Kering sekali
Mulut atau lidah Lembab Kering Sangat kering,
kering pecah-pecah
Haus Minum normal Haus Tak bisa minum
Turgor Baik Jelek Sangat jelek
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Tekanan darah Normal Turun Turun sekali
Air kemih Tabel 5 : Kurang, oliguri Kurang sekali
klasifikasi diare
Normal
Pemeriksaan laboratorium pada keadaan dehidrasi yang menunjukakan kelainan antara
lain:
Hematokrit biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi
Peningkatan berat jenis plasma
Peningkatan protein total
Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)
Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)
Fosfatase alkali meningkat
Natrium dan kalium masih normal, setelah reidrasi kalium ion dalam serum rendah.
a) Cairan hipotonik
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
b) Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c) Cairan hipertonik
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan
darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid 1. Internal
Publishing: Jakarta
2. Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC.
3. Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4. Latief AS, dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada pembedahan, ed.2
bagian anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5. Dobson, Michel B. 2012. Penuntun praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan elektrolit.
Jakarta : EGC.
6. Kaswiyan U. 2010. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.Fakultas
Kedokteran Universitas padjajaran.
7. Mulyono, I. 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in
Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.
8. Grethlein, Sara J. 2012. Blood Substitutes . journal of emedicine medscape.
9. Kardon, Eric M . 2014. Transfusion Reactions In Emergency Medicine. journal of emedicine
medscape.
10. Adriansyah, Rizky dkk. 2009. Reaksi Hemolitik Akibat Transfusi. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol: 59, No: 8. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
11. Hanafie, Achsanuddin. 2009. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis.
Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3. SMF-Anestesi dan Reanimasi FK-USU/RSUP
Haj Adam Malik, Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan
12. WHO. 2013. the clinical use of blood in general medicine obstetric pediatrics surgery &
anaesthasia trauma and Bums.
13. Ario, Dewangga dkk. 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk Resusitasi Terbatas
(Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat yang Menimbulkan Kenaikan Laktat
Darah Paling Minimal. Journal of Emergency Vol. 1. No. 1. Departemen/SMF Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kebutuhan Cairan Rutin (Pemeliharaan)
Dewasa 2 cc/kgBB/jam
10 kg I: 4 cc/kgBB/jam
10 kg III: 1 cc/kgBB/jam
Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg membutuhkan cairan rutin perhari:
10 kg I: 4 cc/kgBB/jam x 10 kg = 40
10 kg II: 2 cc/kgBB/jam x 10 kg = 20
10 kg III: 1 cc/kgBB/jam x 10 kg = 10
Ringan 4 cc/kgBB/jam
Sedang 6 cc/kgBB/jam
Berat 8 cc/kgBB/jam
Contoh: Anak usia 12 tahun dengan berat badan 30 kg dan suhu 38C untuk koreksi suhu
membutuhkan terapi cairan tambahan:
Kecepatan Infus
Macam Infus
NaCl 0,9 %: 0,9 gram NaCl dalam 100 ml air.
Ringer laktat (RL). Hati-hati pemberian pada pasien gangguan ginjal atau hati.
Dekstrosa 5 % (D5).
Dekstrosa 10 % (D10).
Dekstrosa 40 % (D40).
D5NS.
D5NS.
HES.
Aminovel.
Pengertian dasar mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan material utama dalam
menyusun konsep terapi cairan dan elektrolit. Tanpa material ini sulit dikatakan bagaimana bisa
seseorang mengatasi problema cairan dan elektrolit secara tepat dan akurat, apalagi dihadapkan
dengan fasilitas yang minimal, Padahal problem ini merupakan peristiwa rutin dalam dunia
pembedahan/anestesi yang sering membawa malapetaka yang cukup serius. Oleh sebab itu
seorang ahli anestesia wajar dituntut untuk tahu secara mendasar tentang keseimbangan cairan
dan elektrolit. Dalam tulisan ini hanya dikemukakan pengertian dasar tentang keseimbangan
cairan dan elektrolit sedangkan gangguan keseimbangan asam basa yang selalu menyertainya
akan dibahas di bab yang lain.
Beberapa pengertian :
A.Volume Cairan Tubuh :
Jumlah cairan tubuh seorang laki-laki dewasa dengan berat badan (BB) ideal kira-kira 60%
sementara pada orang gemuk lebih banyak lemak daripada air sebagaimana wanita presentasenya
lebih kecil sedangkan pada orang kurus dan bayi relatif lebih besar.
Kalau kita lihat tabel dibawah ini maka tampak gambaran sebagai berikut :
Pada bayi malnutrition presentase cairan tubuhnya > 80% hal ini penting karena bayi sangat
peka terhadap gangguan keseimbangan cairan ketimbang orang dewasa. Dengan catatan makin
gemuk seseorang makin mudah terjadi dehidrasi oleh karena jumlah cairan tubuh totalnya relatif
lebih sedikit
Terdiri dari :
a.Cairan intravascular
b.Cairan interstitial
3.Cairan transcellular
Cairan intracellular dan extracellular dibatasi oleh dinding cell yang permeabel terhadap air agak
permeabel terhadap natrium(Na) dan sedikit permeabel terhadap kalium(K) tetapi oleh karena
sering bergabung dalam molekul yang besar maka dinding cell jadi impermeabel.
Cairan intravascular (plasma) dan interstitial dibatasi dinding kapiler yang permeabel terhadap
air dan semua elektrolit sehingga kedua rongga tersebut dianggap continous compartment, hanya
dalam vascular ada protein yang menyebabkan tekanan onkotik dapat menahan air dalam
pembuluh darah.
Ad.1.Cairan intracellular merupakan bagian terbesar dari seluruh cairan tubuh diperkirakan dua
kali ECF pada orang dewasa sedangkan pada bayi sebesar 4/3 x ECF
Ad 2.Cairan extracellular terdiri dari cairan interstitial dan intravascular dalam perbandingan 3:1
pada orang dewasa sedangkan pada bayi 5:1
Dewasa Bayi
I = Interstitial
P= Plasma
Ini dapat dimengerti dalam keadaan berdiri lama dan tenang terjadi venous pooling terjadi
reduksi volume arterial system ===> circulasi ke organ vital menurun ==> syncope.
Baik cairan intracellular maupun interstitial jumlahnya cukup besar dibandingkan cairan
intravascular hal ini penting sebagai cadangan bila terjadi dehidrasi cairan intertitial/ intracellular
ditarik kedalam intravascular.
Jantung sebagai pompa plasma sementara ginjal sebagai sensor atau pengatur volume plasma
dimana ginjal laksana keran kalau cairan tubuh berlebihan keran terbuka sebaliknya bila
berkurang keran tertutup.
Peningkatan jumlah plasma terlihat dari tekanan dalam arterial/venous. Bila kita bagi volume
plasma dalam dua bagian atas forward dan backward compartment maka perubahan pada :
backward compartment : terlihat dari perubahan tekanan venous dan volume cairan interstitial.
Sedangkan perubahan pada forward compartment,terlihat pada tekanan aretei, nadi, ujung
extrimitas(acral) dingin atau oliguri.
Adanya cairan transcellular oleh karena pengangkutan ECF melalui epithel diperkirakan 1-5%
BB atau 15 cc/ kg BB dari jumlah ini berada dalam saluran pencernaan 7cc/kgBB, dalam saluran
empedu 2cc/kgBB dan sisanya dalam saluran getah bening.
Dalam keadaan normal jumlah ini tak berarti tetapi dalam kondisi tertentu seperti trauma
jaringan yang luas, peritonitis atau ileus jumlah ini memerlukan perhatian khusus dalam terapi
pengganti cairan dan elektrolit.
Kehilangan cairan memasuki rongga ketiga ini (third space) disebut squesterisasi.
Bila penyebab squesterisasi ini hilang maka cairan akan kembali ke ECF secara berangsur-
angsur dalam waktu 48-72 jam.
Dalam keadaan ini volume total cairan tubuh tak berkurang tetapi bergeser (translokasi) kedalam
rongga ketiga dan tak berfungsi, sehingga bisa muncul gejala berkurangnya volume ECF tanpa
terlihat keluarnya cairan yang nyata.
Bila ginjal gagal melakukan fungsinya cairan rongga ketiga akan masuk kedalam ECF bisa
menimbulkan overload.
Hampir seluruh cairan yang difiltrasi dalam ginjal dan disekresi oleh saluran cerna di reabsorbsi.
Phillip & Summershell menganggap saluran cerna sebagai entero systemic cycling of water and
electrolyte.
Makan dan minum (2-3)L> ECF (12-20)L> sekresi usus(6-8)L> absorbsi (7-8)L >ECF.
Kalau terjadi gangguan absorbsi usus seperti peradangan usus akan terjadi kehilangan cairan
yang banyak.
Pada obstruksi usus dimana passage isi usus berhenti maka tekanan intraluminar meningkat
karena penumpukan cairan dan gas pada proksimal sumbatan sehingga absorbsi akan menurun
sementara sekresi usus naik dua kali lipat kedalam lumen sehingga terjadi distensi usus
yang hebat akibatnya muntah muntah terjadi dehidrasi ECF dan hemokonsentrasi diikuti dengan
kegagalan sirkulasi.
Distensi usus akan menyebabkan udem dinding usus> kongesti vena usus>permeabilitas
dinding usus meningkat>toksin masuk rongga peritonium>peritonitis/perforasi dinding usus.
Dipekirakan defisit cairan yang timbul pada obstruksi usus sebesar 1500 cc kalau baru terlihat
dengan foto polos abdomen, tetapi bila telah jelas tanda klinisnya diduga defisit cairan mencapai
2500 -3000 cc malah kalau
sudah ada gejala preshock/shock diperkirakan 4000-6000 cc.
Bagian yang menyusun cairan tubuh disamping air juga zat-zat yang terlarut didalamnya terdiri
dari elekrolit (ion Na,K,Cl,H,HCO3) dan nonektrolit (glukose,urea,creatinine dan lain-lain).
Disebut elektrolit bila dalam larutan akan berdisosiasi menjadi atom-atom bermuatan listrik(ion).
Dalam semua cairan tubuh apapun komposisi anion dan kation akan selalu dalam jumlah yang
sama.
Natrium merupakan kation yang lebih banyak dalam ECF,sedangkan kalium dominan dalam ICF.
Pada binatang yang complex termasuk manusia dinding cell mempunyai sistem pompa yang
mendorong ion Na keluar cell yang cenderung memasuki cell (sodium pump) dan mendorong
ion kalium kedalam cell yang cenderung keluar cell. Ini berarti bahwa selama rongga ECF
dipertahankan dalam komposisi tetap cell dapat mempertahankan komposisi konstant dengan
mekanisme dalam dinding cell sendiri yang memakai energi yang dihasilkan oleh metabolisme
cell.
Elekrolit haruslah berada dalam kompartmentnya masing-masing dalam jumlah yang tepat agar
cell tubuh dapat berfungsi normal, umpama bila kalium keluar dari cell individu akan lemah dan
bila tak diganti mungkin bisa mati (myocard necrosis atau gagal circulasi ) karena otot dan syaraf
tak aktif.
Dalam keadaan normal kalium sedikit keluar cell diganti oleh natrium masuk intra cell. Aktifitas
ini menyebabkan impuls elektrokimia ditransmisi sepanjang serabut syaraf dan otot. Bila kalium
tak ada dalam cell transmisi impuls tak terjadi, secara klinis terlihat depressi neuromuscular yang
bisa berkembang jadi koma, pada usus tak ada peristaltik,otot-otot melemah dan ECG adanya
hipokalimia yang nyata sampai henti jantung.
Total
=================================================
Kelihatannya bahwa jumlah kation dan anion tiap kompartment selalu sama untuk
keseimbangan elektrolit. Tampak juga K,Mg,Phosphat lebih banyak dalam ICF sedangkan NaCl
dan HCO3 ion dominan di ECF.
Ditentukan oleh jumlah elektrolit dalam cairan tubuh, satuan ukuran konsentrasi
elektrolit dipakai meq/L memberikan informasi mengenai jumlah anion dan kation yang dapat
bergabung dengan kation atau anion lain.
Umpama kadar Na dalam plasma sebesar 140 meq/L artinya bahwa 140 kation bisa bergabung
dengan 140 anion untuk tiap liter darah / plasma. Rata-rata kadar Cl dalam darah 104 meq/L
artinya 104 anion Cl bergabung dengan 104 kation Na, dan sisa kation Na(140-104)=36 akan
bergabung dengan anion lain selain Cl.
Berat equivalent adalah jumlah satu elektrolit yang akan bereaksi dengan jumlah ion H tertentu
atau sama dengan berat atom (BA) dibagi valensi.
mg% x 10 x valensi
Contoh :
larutan NaCl 0,9% = 155 meq /L
Valensi NaCl = 1
mg% x 10 x valensi
Rumus : -
BA
900 x 10 x 1
58
Berarti satu liter NaCl 0,9% berisi 155 meq Na dan 155 meq Cl.
valensi KCl = 1
BA = 39 (K) + 35 (Cl) = 74
7500 x 10 x 1
74
E. KESEIMBANGAN OSMOLARITAS
Cairan disemua kompartment haruslah sama osmolaritasnya. Rata-rata 285 305 mosm /L.
Osmolarity menunjukkan jumlah molekul yang terlarut (osmol) per liter cairan tubuh, sedangkan
osmolalitas(ty) jumlah osmol perliter zat pelarut dalam klinis praktis keduanya dianggap sama.
Dalam praktek osmolalitas ECF dipengaruhi oleh Na (90-95%) glukose, ureum dapat dihitung
dengan rumus
glukosa BUN
18 2,8
Tekanan osmotik ditentukan oleh jumlah molekul dalam satu larutan bukan oleh besar atau berat
molekulnya.
Larutan mannitol berat molekulnya rendah tetapi menaikkan tekanan osmotik, sedangkan
dextran /albumin berat molekulnya 80.000 tak banyak menaikkan tekanan osmotif hanya
menaikkan tekanan onkotik (koloid osmotik) oleh dinding vascular relatif impermeabel sehingga
air dicegah keluar dari pembuluh darah secara berlebihan.
Seperti kita ketahui bahwa tekanan hidrostatik cenderung mendorong air keluar dari vascular
sementara tekanan onkotik cenderung menahan cairan dalam vascular(StarlingHypotese) :
Gradient tekanan onkotik 25 mmHg
Dengan demikian :
Daya filtrasi = gradient tekanan hidrostatik = 36 mmHg
Dengan demikian :
Daya osmotik = 25 mmHg
========================================
Kira-kira 90% cairan yang difiltrasi diujung arteriole kapiler direabsorbsi pada ujung vena.
Sedangkan 10% lainnya kembali ke system ke sistem vascular melalui saluran lympyh.
Pembuluh-pembuluh limpatik bisa membawa protein dan material besar lainnya yang tak dapat
diabsorbsi langsung kedalam kapiler venous keluar dari ruang jaringan Permeabilitas dinding
kapiler berbeda pada berbagai bagian tubuh, umpama kapiler liver bisa protein melewati
membrannya sedang kapiler glomerulus tak bisa melewatkan protein.
Tekanan hidrostatik pada end arteriole 2x end venous oleh karena disamping tekanan hidrostatik
biasa oleh berat cairan itu sendiri juga dari tekanan darah yang dikendalikan jantung. Proses
keluarnya cairan akibat perbedaan tekanan hidrostatik disebut filtrasi yang keluar air, solute
termasuk makanan
F.REGULASI CAIRAN TUBUH :
Dalam keadaan normal dijaga keseimbangan air sehingga air yang masuk(input) dan output
seimbang. Keseimbangan air dan elektrolit yang ingin dicapai adalah konstantnya volume dan
komposisi ECF. Pernyataan ini melibatkan masalah sensor yang mengenal perubahan dan efektor
yang mengoreksi perubahan, ini berarti satu feedback loop yang memungkinkan hubungan
kontinu antara output dari satu sensor dan efek yang ditimbulkannya.
Dalam keadaan sehat tubuh mampu mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat mencegah dan memperbaiki kerusakan. Haus sadar ingin air, salah satu faktor utama yang
menentukan intake(input) cairan, Osmoreseptor dihipotalamus adalah cell yang dirangsang oleh
kenaikan tekanan osmotik cairan tubuh.
Haus juga dirangsang oleh penurunan volume ECF, tapi harus diingat tanpa penurunan ECF bisa
timbul rasa haus bila mulut kering oleh atropin yang dapat menekan salivasi. Homeostatik
volume air dalam tubuh dipertahankan atau diperbaiki dengan menyesuaikan output dan intake.
Ginjal bertanggung jawab utama dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
mengontrol output, dalam pekerjaanya membantu mengatur total volume ECF ginjal diatur oleh
hormon ADH(anti diuretic hormon) dan aldosteron.
ADH adalah hormon yang diproduksi oleh nucleus supra optic hypothalamus dan mempunyai
fungsi utama meningkatkan permeabilitas tubulus distalis dan collecting tubules renalis terhadap
air sehingga air diserap kedalam medulla interstitialis. Sedangkan aldosteron diproduksi oleh
zone glomerulosa cortex adrenal mempunyai fungsi utama mempengaruhi membran tubulus
distalis renalis terhadap Na sehingga ion Na diabsorbsi dan ion K disekresi bersamaan dengan air
turut diabsorbsi.
Bila tekanan osmotik dalam ECF meningkat akan menstimulir osmoreseptor dalam hipotalamus
membebaskan ADH menyebabkan retensi air oleh ginjal. Bila volume ECF atau plasma menurun
akan menstimulir volume reseptor pada Yuxta glomerullar apparatus ginjal membebaskan renin
kedalam plasma menjadi angiotensin I kemudian oleh pengaruh enzym converting menjadi
angiotensin II yang berfungsi :
Aldosteron juga dibebaskan oleh pengaruh langsung kenaikan kalium darah terhadap glandula
adrenal untuk mensekrersi kalium ditubulus distalis renalis sehingga kadar kalium kembali
normal. Aldosteron juga mempengaruhi transport Na dalam colon, kelenjar keringat dan saliva
tapi tak begitu berarti dibandingkan renal tubules.
Sekresi ADH berlebihan bisa terjadi akibat takut, nyeri, infeksi akut, pengaruh analgetik/narkotik
seperti morphin, petidin, juga pengaruh stress trauma atau operasi besar yang bisa berlangsung
12-36 jam post operatif yang mana hal ini perlu dipertimbangkan dalam pemberian cairan selama
post operatif dimana cenderung terjadi retensi cairan dan natrium.
makan 700 cc
oksidasi 200 cc
2400 cc
keringat 100 cc
paru-paru 350 cc
faeces 200 cc
urine 1400 cc
2400 cc
Keluarnya air melalui kulit dan paru tanpa memandang berapa besar yang masuk disebut
insensibel loss atau hilang tanpa disadari dalam keadaan normal biasanya 700 cc/hari. Ini akan
bertambah hebat bila demam atau hiperventilasi yang sering lupa menggantinya dalam terapi
cairan,
Biasanya kalau demam perlu penambahan 12% dari maintainance setiap kenaikan satu derajat C,
diatas suhu tubuh normal. Air yang keluar dari faeces sama dengan yang diperoleh dari oksidasi
200 cc/hari. Jumlah air yang dikeluarkan oleh ginjal tergantung situasi air dalam tubuh (intake &
perspirasi).
Makanan yang banyak mengandung air yaitu sayuran dan daging (60 -97)%, air yang diperoleh
dari oksidasi makanan disebut air oksidasi diperkirakan setiap 100 g kalori karbohidrat atau
protein menghasilkan 10 cc air. Perlu diingat pengeluaran air via paru-paru dan kulit dipengaruhi
luas permukaan tubuh, suhu tubuh, suhulingkungan, kelembaban udara dan frekuensi pernafasan.
Pada bayi terutama yang prematur justru penguapan air ini 70% keluar dari permukaan kulit dan
30% dari paru-paru.
Gangguan keseimbangan air:
sedang antara (5 10 ) %
berat > 10%
fatal > 20%
Haus merupakan gejala paling dini hilangnya air, biasanya dirasakan setelah berat badan (BB)
turun 2%,bila mulut dan kulit kering diperkirakan >6%, bila telah muncul
bingung/gelisah(delirium) berarti diantara 7-14%.
Pada kasus pediatri bila turgor jelek dan fontanell cekung, diduga berat badan turun >10% tetapi
bila mata juga cekung berarti diantara 10-20%.
Setiap hilang cairan 6% diperkirakan natrium hilang 0,5%, atau setiap hilang 4,5 liter air berarti
natrium hilang 20 g.
Berdasarkan ratio air dan elektrolit yang ditahan ECF maka tipe dehidrasi dapat dibagi atas:
Diagnose yang tepat pada stadium lanjut penting oleh karena terapi yang tak sesuai diagnose
sangat berbahaya. Oleh sebab Na (sodium) sebagai pengatur utama serum osmolality maka bisa
digunakan juga istilah dehidrasi iso, hipo atau hipernatrimia.
Disebut isonatrimia bila jumlah air yang keluar sama banyak dengan elektrolit seperti muntah,
ileus obstruktif, tak ada kompensasi replacement dari ECF, bila berlangsung lama bila jadi shock.
Disebut hiponatrimia bila natrium lebih banyak hilang, seperti pada kasus kelaparan dimana
cairan masuk dari ECF kedalam ICF sehingga volume ECF berkurang, bahaya shock lebih cepat
terjadi. Disebut hipernatrimia bila cairan yang hilang lebih banyak dari elektrolit (Na) dimana
osmolaritas ECF meningkat, dalam hal ini cairan sekitar jaringan masuk kedalam plasma
sehingga bahaya shock berkurang. Sering terjadi pada diare yang akut tetapi jarang terjadi pada
kasus-kasus yang akan dioperasi. Bahaya dehidrasi ditentukan oleh derajat gangguan dan
cepatnya proses.
Penentuan jenis dehidrasi isotonis, hipotonis dan hipertonis penting untuk terapi yang tepat
memilih cairan.
Kebutuhan air untuk orang dewasa 30-35cc/kgBB/24jam sedangkan pada bayi dan anak
bergantung BB:
<10 kg 4cc /kgBB/jam
10 20 kg 40cc + 2cc/kgBB diatas 10kg
> 20 kg (60cc + 1cc/kgBB diatas 20kg ) per jam
Ini penting untuk maintainance cairan (pemeliharaan) dimana setiap suhu naik satu derajat C
ditambah kira-kira 12-15%.
Untuk lebih detail akan dibahas pada bab terapi cairan dan elektrolit.
G.REGULASI NATRIUM :
Pengatur utama sodium tubuh adalah ginjal, oleh karena sodium merupakan pengatur utama ECF
maka berarti ginjal adalah pengatur ECF. Hal ini karena sodium(natrium) merupakan partikel
kecil mudah difiltrasi oleh ginjal bersama anion Cl dan bikarbonat.
Kalau kita perhatikan tabel dibawah ini baik air maupun elekrolit lebih 90% yang difiltrasi akan
direabsorbsi kembali.(dewasa normal, diet normal).
10-12% filtrasi mencapai collecting tubules dan direabsorbsi kembali, dan diekskresikan lebih
kurang 1%. Tetapi dicollecting tubules lebih menentukan walaupun diproximal tubules
reabsorbsinya lebih besar karena bila intake natrium tak ada maka ekskresi natrium dalam urine
jauh sangat rendah 0.01% karena reabsorbsi di colecting tubules meningkat. Dengan demikian
banyak sedikitnya keluar natrium dalam urine ditentukan oleh reabsorbsi natrium dicollecting
tubules yang dipangaruhi oleh aldosteron.
Keseimbangan natrium
Total sodium dalam tubuh kira-kira 4000-5000 meq, hanya 10% berada dalam cell. Kebutuhan
minimal natrium untuk dewasa perhari minimum 5,9 g per hari (100 meq)(1,5 meq/kgBB)
Output : Hampir seluruhnya dikeluarkan via urine hanya sedikit via keringat maupun faeces
kecuali ada diarrhea atau hilangnya lendir mukose usus maka hilangnya natrium meningkat.
Yang murni jarang sekali oleh sebab natrium tak dapat hilang tanpa air sehingga kenyataan apa
yang disebut hiponatrimia adalah jumlah air tubuh yang berlebihan yang diperberat dengan
kurangnya intake natrium pengganti yang hilang. Umpama berkeringat banyak diminum air yang
banyak sehingga terjadi dilusi hiponatrimia.
Tekanan osmotik ECF menurun, cairan interstitial ditarik ke ICF, ginjal berusaha mengeluarkan
air yang banyak untuk mempertahankan tonicity ECF, akibatnya terjadi dehidrasi ECF sementara
overhidrasi ICF sehingga penderita tak merasa haus dan tak ingin minum
Kadar Na plasma normal: 135 145 mg /L, bila < 120 mg/L akan muncul tanda-tanda
disorientasi, lethargi, gangguan mental, irritability, dan henti nafas dan bila < 110 mg/L bisa
terjadi kejang sampai koma.
Ini bisa dikoreksi bila Na >= 125 mg/L cukup retriksi cairan.
b.Hipernatrimia
Relative hipernatrimia terjadi pada deplesi air (dehidrasi) dengan adanya fungsi renal yang
mundur bisa akibat kerusakan tubuler overproduksi aldosteron primer/sekunder sehingga
kelebihan Na tak bisa dikeluarkan. Kelebihan Na murni bisa didapat oleh sebab overinfused
dengan NaCl hipertonis, asupan berlebihan salt tablet, bicarbonas natricus.
Adanya retensi natrium dan air yang meningkat terjadi odem. Timbul dehidrasi ICF karena
penarikan cairan ICF ke ECF penderita merasa haus, bila kadar Na >160 mg/L akan
timbul gejala lethargi, kejang, koma.
Terapinya :
Total kalium dalam tubuh lebih kurang 3500 meq dan 98% berada dalam cell, terutama dalam
cell otot.
Intake : rata-rata pemasukan perhari 2-3 gram, daging sumber utama kalium disamping teh dan
buah-buahan.
Output terutama via urine sedikit via keringat atau faeces, pada diarrhae atau hilangnya lendir
mukosa usus yang banyak hilangnya kalium meningkat. Bila protein dipecah selama kelaparan,
stress pembedahan atau anestesi atau peradangan maka tiap gram nitrogen yang dipecah akan
membebaskan kalium sebesar 3 meq.
a.Hipokalimia :
Jarang menimbulkan problem yang serius bila tidak berlangsung lama atau tiba-tiba dalam
jumlah yang banyak seperti pada gastroenteritis atau colitis atau pasien yang diinfus jangka lama
tanpa kalium. Penyebab yang lebih sering muntah-muntah karena stenosis pilorus terutama bila
banyak mukus yang hilang seperti pada chronic gastritis yang berat atau suction gastrointestinal
post operatif .
Bisa juga karena pergeseran kalium kedalam cell, oleh karena plasma alkalosis, atau karena
koreksi diabetes dengan insulin, beta adrenergik agonis serta keluarnya kalium via urine
pengaruh aldosteron, diuretikum. Bila kalium hilang dari cell diganti Na atau H ion, secara klinis
akan timbul kelemahan, tetani dan aritmia.
Kadar K< 3 meq/L bisa menimbulkan gejala aritmia (VT.SVT, bradikardi.) ECG abnormal(U
wave, flat atau inverted T), paralise parestesi, mual muntah bila K<2 meq bisa fatal.
b. Hiperkalimia:
Umumnya tejadi bila ion kalium bergeser dari dalam cell ke cairan interstitial dan plasma darah
dalam jumlah yang lebih besar dari normal
infeksi atau trauma yang luas, kematian cell (rhabdomyolisis, hemolisis, tumorlisis, luka bakar)
-dysfungsi ginjal, diabetik asidosis/ketosis,hypoaldesteronisme.
-obat-obatan yang membatasi sekresi kalium didistal tubules seperti spironolacton,triamteren,
-NSAID,ACE inhibitor,
-Succinilcholine menggeser K+ keluar otot terutama otot yang paralise berbahaya
pada penderita paralyse otot.
Perlu diingat oklusi vena terlalu lama waktu mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium bisa menggambarkan hiperkalimia palsu, juga pada thrombocytosis atau
leukositosis dimana pelepasan K+ dari platelet atau leukosit selama pembekuan darah.
Kadar K plasma > 6 meq/timbul gejala aritmia, heart block, bradikardi, ECG abnormal(PR
prolonggation, QRS wide QRS, Diminish P wave) paralise dan reflex hipoaktif. Bila > 7 meq/L
sering berakhir dengan cardiac atau respirasi arrest.
Yang perlu diingat lagi adalah selama post operatif oleh karena trauma bedah/anestesi,
premedikasi (morpin,petidin), emosi terjadi retensi cairan dan natrium serta mobilisasi K dari
cell ke ECF serta penurunan urine output ini semua karena pengaruh ADH dan aldosterone serta
pemecahan protein cell yang menaikkan output nitrogen.
Awas overload cairan, natrium maupun kalium selama periode 24-72 post operatif.
Terapi ECG abnormal beri CaCl2 10%, 5-10 cc perlahan-lahan . Untuk mendorong K ke
intracell, biasanya satu unit regular insulin dalam 30cc D10. Na bikarbonat 1 meq/kgBB iv
pelan-pelan beta agonist -albuterol inhaled 10-20 mg Lasix Loop diuretik) utk exkresi K Dialisis
kalau K>7 meq/L +oliguri/anuria.
Hiperventilasi membuat alkalosis sehingga kalium masuk cell, Yang paling penting adalah
intake kalium distop.
Calcium homeostatis :
Hipocalcemia :
Bila Ca++ < 1 mmol/L bisa muncul gejala aritmia, gagal jantung sampai henti jantung ,hipotensi,
ECG (Prolonggasi QT,ST) tetani, spasmo otot, parestesi dan kejang.
Bisa disebabkan : Transfusi massif, gangguan ginjal, malabsorbsi, sakit liver, pancreatitis, luka
bakar dan lain-lain.
aritmia, hipertensi, bradikardi, ischeia cordis, digitalis toxicity, gangguan konduksi, depresi
mental, kejang koma, mual muntah konstipasi dan lain-lain.
Terapi : NaCl 0,9% untuk perbaikan volume plasma agar perfusi dan renal blood flow cukup.
Magnesium homeostasis:
Konsentrasi Mg dalam plasma 1,6-1,9 mg%(1,4-1,7meq)/L, kira-kira 55% dalam bentuk ionized,
13% complex dan 32% ikatan protein) Gangguan klinis umumnya disebabkan hipo
magnesemia atau hipermagnesemia.
Hipomagnesemia
TERAPI
Hati-hati pemberian Mg pada renal insuficiency dengan evaluasi sering kadar Mg plasma
karena sebagian besar ekskresi via renal.
Dosis dan jalur pemberiannya tergantung pada beratnya deficiency dan gejala yang timbul
seperti adanya kejang bisa diberi Mg sampai 2meq /kgBB iv dalam 4 jam.
Untuk yang sedang bisa diberi 0,25-0,5 meq/kgBB setiap 4 jam via oral atau parenteral. Hati-hati
memberikan iv pada anak kecil bisa hipotensi.
Untuk dosis peroral, 12,5-25 meq ,4x sehari tersedia dalam sediaan Mg citrat,Mg
Hidroksida,MgChloride dan asetat.
Sangat effektif untuk pre atau eklampsi via parenteral karena mendepressi neuromuscular
function dan menurunkan tekanan darah dengan efek vasodilatasi perifer.
Hipermagnesemia:
Manifestasi klinisnya mensupressi fungsi mental mulai dari mengantuk sampai koma depresi
fungsi motorik mulai menurunnya reflex tendon paralise otot,reflex patella menghilang bila
kadar Mg > 8 meq/L, dan paralise otot respirasi bila > 10 meq/L.
Untuk terapi emergensi Ca gluconate 10% 10 cc iv pelan2 oleh karena ion Ca mengantagonis ion
Mg.
Bila fungsi renal baik beri diuretik furesemide, Hentikan obat2an yang berisi Mg. Bila tak
respons lakukan dialise.
Phosphate Homeostasis :
Hampir 85% total body phosphate dijumpai dalam tulang, merupakan mayor intracellular anion
konsentrasi mencapai 140 meq/L air cell.
Konsentrasi plasma bervariasi 12 mg% pada kanak-kanak dan turun serenda pada dewasa karena
diperlukan untuk pertumbuhan skletal.
Fungsi utamanya :
Gangguan kronis biasanya dijumpai pada penyakit tulang sedangkan gangguan metabolisme
akut mempengaruhi fungsi otot,syaraf dan sel darah.
Hipopospatemia :
Akut hipofosfatemi bisa terjadi dalam beberapa keadaan menyebabkan sindroma klinik yang
berat melibatkan banyak organ.
P< 1 mg beri potassium fosfat 0,6-0,9/kg/jam iv pelan2 kemudian 1000 mg/hari ditambah
kehilangan,
Hiperphosphatemia :
Penyebabnya adalah :
Oleh karena hyperphosphatemia umumnya akibat menurunnya eksresi fosfat via renal biasanya
tak dapat dikoreksi maka terapi ditujukan dengan menurunkan absorbsi fosfat diusus dengan
intestinal phosphate binding agent seperti Alumenium hydoxide gel.
Kesimpulan:
Ketrampilan mengelola gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah kecakapan yang
harus dimiliki oleh ahli anesthesiologi.
Hal ini penting karena kejadian ini sangat sering dalam dunia pembedahan/anestesi.
Telah dikemukakan dasar-dasar keseimbangan cairan dan elektrolit dimana perubahan kadar
Na,K Ca,Mg dan Pospat yang abnormal dan mendadak dapat mengancam nyawa penderita.
Pada bayi dan anak memerlukan perhatian yang lebih khusus. Sering dilupakan perhitungan
penggantian cairan sehubungan dengan kenaikan suhu tubuh,lingkungan, surgical exposure dan
translokasi cairan akibat pembedahan dan anestesi.
Kepustakaan :
1.Weldy JN; Bodu Fluid and Electrolyte ,3rd edit,The CV Mosby Company St.
Louis,Toronto,London, 1980.
4.Bunton LG : Fluid Balance without tears or The Child guide to electrolyte,2nd edit; LLoyd Luc
(Medical Books) ltd,New Street,London,1976.