Anda di halaman 1dari 5

JORDAN ROMORA SIMARMATA

13/348474/TK/40933

PAPER PETROGRAFI BATUAN BEKU

1. Jelaskan bagaimana tectonic setting pada batuan beku! Dan bagaimana


hubungannya?
Batuan beku terbentuk dari hasil pendinginan magma, baik ketika magma
masih di dalam bumi ataupun telah sampai di permukaan bumi. Umumnya magma
terbentuk dari hasil pelelehan sebagian batuan pada mantel bumi bagian atas.
Pelelehan batuan dapat terjadi karena perubahan 3 parameter dasar yaitu, tekanan
(P), temperature (T), dan komposisi kimia (X). Pelelehan batuan dapat terjadi
akibat kenaikan temperature pada kondisi tekanan dan komposisi kimia yang
konstan, penurunan tekanan pada temperature dan komposisi kimia yang konstan,
dan perubahan komposisi kimia pada tekanan dan temperatur yang konstan.
Secara langsung, jenis magma tertentu akan menghasilkan produk batuan
beku yang tertentu pula. Jenis magma tertentu tersebut dipengaruhi oleh proses
yang mengenai dan tempat terbentuknya magma asalnya. Sehingga, dengan
mengetahui tempat terbentuknya suatu magma, maka dapat diketahui pula
tectonic setting batuan beku.

(Schmincke, 2004)
Secara sederhana magma dapat terbentuk di dua tectonic setting yaitu,
pada batas antar lempeng dan tubuh lempeng itu sendiri. Pembentukan magma
pada batas antar lempeng dibedakan lagi menjadi pada zona divergen dan
JORDAN ROMORA SIMARMATA
13/348474/TK/40933

konvergen. Sedangkan, pembentukan magma pada tubuh lempeng itu sendiri


terbagi lagi menjadi intra-oceanic dan intra-continental.
Pembentukan magma pada zona konvergen termasuk di dalamnya pada
island arcs dan active continental margin. Zona konvergen identik dengan zona
penjunjaman, apabila penunjaman terjadi antara lempeng samudra dengan
lempeng samudra maka disebut sebagai active continental margin dan apabila
penunjaman terjadi antara lempeng samudra dengan lempeng benua maka disebut
island arc. Selain dapat terjadi pelelehan mantel bagian atas juga dapat terjadi
anateksis. . Hal ini menyebabkan magma induk terdiferensiasi lebih lanjut.
Akibatnya, terbentuk dapat terbentuk jenis magma yang variatif tergantung
intensitas diferensiasi, dari magma basa (mafik) sampai magma asam (felsic).
Pada zona ini pun dapat terbentuk batuan beku seperti riolit, diorite, andesit, dan
basalt.
Pembentukan magma pada zona divergen termasuk di dalamnya pada
mid-oceanic ridge dan back-arc spreading centre. Pembentukan magma pada
zona ini lebih disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Magma pada zona ini
tidak terlalu mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan lebih
sering berkomposisi kimia basa (mafik). Batuan beku yang dihasilkan dapat
berupa gabbro dan basalt.
Pembentukan magma pada intra-oceanic dipengaruhi oleh adanya hot-
spot. Hot-spot dapat dikatakan sebagai zona pembentukan magma. Begitu pula
yang terjadi pada intra-continental. Akan tetapi magma pada intra-continental
terdiferensiasi, akibat kerak kontinental/benua yang lebih tebal daripada kerak
samudera. Magma yang dihasilkan pada intra-oceanic berkisar antara magma
mafik sampai intermediet sedangkan pada intra-continental berkisar antara magma
intermediet sampai felsic. Produk batuan beku yang dihasilkan pun akan sesuai
jenis magma yang terbentuk.
Jika berbicara mengenai setting tectonic maka hal tersebut dapat dikaitkan
dengan afinitas magma. Afinitas magma adalah perbandingan silika dan alkali
dalam batuan beku dan dapat dikelompokkan berdasarkan perbandingan tersebut.
Aspek yang mempengaruhi afinitas adalah oksida kimianya dari perbandingan
JORDAN ROMORA SIMARMATA
13/348474/TK/40933

alkali dan silika dan setting tectonic. Afinitas magma lebih banyak terkait dengan
magma series.
Afinitas magma atau magma series dapat terbagi ke dalam dua kelompok
yaitu alkaline dan subalkaline. Batuan alkaline kaya akan alkali dan biasanya
tidak jenuh dengan silika. Sedangkan, batuan subalkaline jenuh akan silika.
Golongan subalkaline terbagi lagi menjadi calc-alkaline dan tholeiitic. Batuan
tholeiitic lebih menunjukkan pengkayaan unsur Fe dibanding Mg daripada batuan
calc-alkaline dan umumnya variasi silikanya lebih sedikit. Golongan calc-
alkaline lebih menunjukkan pengkayaan silika dan alkali.
Berikut tabel yang menunjukkan setting tectonic dan rentang SiO2 tiap
magma series:

(Wilson, 1989)
Magma series juga dapat menggambarkan variasi
temporal dan spasial magma pada
zona subduksi. Semakin jauh dari
trench yang dibentuk oleh subduksi maka
afinitas magma berubah dari tholeiitic
kemudian calc-alkaline dan semakin jauh
menjadi alkaline.
(Wilson, 1989)
JORDAN ROMORA SIMARMATA
13/348474/TK/40933

2. Apa yang dimaksud dengan afinitas batuan beku?


Afinitas batuan beku ialah tingkat keasaman atau kebasaan batuan beku
dengan melihat parameter kandungan silika batuan.Tingkat keasaman atau
kebasaan batuan beku dapat dibedakan menjadi 4, yaitu;
Batuan Beku Asam / Felsik mempunyai kadar silika >66%, kuarsa
minimal 10% dan ortoklas minimal berjumlah 2/3 dari total feldspar.
Contoh: granit dan riolit
Batuan Beku Menengah / Intermediet mempunyai kadar silika 52-66%
dengan indeks warna < 40. Bisa terdapat mineral kuarsa dan terkadang
dijumpai feldspatoid. Contoh: diorite dan andesit.
Batuan Beku Basa / Mafik mempunyai kadar silika 45-52% dengan
indeks warna 40-70. Batuan berwarna gelap akibat banyak mengandung
mineral mafik. Contoh gabbro dan basalt.
Batuan Beku Ultrabasa / Ultramafik mempunyai kadar silika < 45%,
tidak mengandung feldspar, berwarna gelap atau hitam dengan indeks
warna > 70. Contoh: dunit, peridotit, piroksenit.

3. Jelaskan manfaat dari analisis petrografi! Apa kekurangan dari analisis


petrografi?
Petrografi dapat menganalisis kandungan mineral dan tekstur batuan
secara detil. Melalui pengamatan petrografi dapat dilihat jika suatu batuan
mempunyai tektur khusus dan spesies dari suatu mineral. Dengan mengetahui
spesies mineral dan tekstur khusus batuan secara detil, maka dapat diinterpretasi
sejarah pembentukan dan nama dari batuan tersebut. Dari pengamatan yang detil
tersebut pun dapat diketahui persentase kandungan mineral dalam suatu batuan.
Kekurangan dari analisis petrografi ialah tidak bisa diketahui persentase
oksida utama dalam suatu batuan, seperti pada analisis geokimia. Analisis
petrografi pun rentan akan multi interpretasi. Hal ini disebabkan analisis
petrografi dilakukan secara individual, yaitu dengan melakukan pengamatan
sayatan tipis dengan menggunakan mikroskop polarisasi secara sendiri-sendiri.
Pegamatan sayatan tipis pribadi satu dengan pribadi lainnya pun bisa berbeda satu
sama lain atau bersifat subjektif.
JORDAN ROMORA SIMARMATA
13/348474/TK/40933

DAFTAR PUSTAKA

Best, M.G. 2003. Igneous and Metamorphic Petrology (2nd edition). USA:

Blackwell Publishing Co.

Winter, John D. 2001. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology.

New Jersey: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai