terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sepanjang 2014 produksi biji kakao mencapai
370 ribu ton jika merujuk data International Cocoa Organization (ICCO).
Guna mengamankan pasokan bahan baku, salah satu kebijakan pemerintah adalah
pemberlakuan Bea Keluar (BK) Biji Kakao sejak 2010. Hasilnya ekspor biji kakao turun dari
188,4 ribu ton pada 2013 lalu menjadi hanya sepertiganya atau 63,3 ribu ton pada tahun
berikutnya.
Pada tahun 2014, devisa yang disumbangkan dari komoditi kakao mencapai USD 1,24 miliar,
dan memiliki potensi untuk terus ditingkatkan.
Kakao sebagai komoditas tanaman perkebunan memiliki banyak kegunaan. Biji kakao
kering dimanfaatkan menjadi lemak kakao, pasta kakao, dan bubuk coklat (Bhattacharjee &
Kumar, 2007; Ruku, 2008; Suharyanto, 2014). Data Kementrian Pertanian (2015) mencacat
bahwa, perkembangan luas areal kakao di Indonesia selama periode 1980-2014 cenderung
meningkat yaitu dari 37,08 ribu ha menjadi 1,71 juta ha pada tahun 2014.