Secara umum, sel bahan bakar terdiri dari dua komponen penting yakni
elektroda (katoda dan anoda) dan elektrolit. Susunan dari sel bahan bakar mirip
halnya dengan roti lapis (sandwich), dimana kedua elektroda mengapit elektrolit
yang kemudian bahan bakar dialirkan di atas permukaan anoda, sedangkan
oksigen dialirkan di atas permukaan katoda. Bahan bakar yang digunakan untuk
sel bahan bakar umumnya adalah gas hidrogen (H2). Adapun beberapa jenis sel
bahan bakar yang dapat menggunakan metanol (CH3OH), CO, maupun
hidrokarbon seperti metana (CH4).
Berdasarkan suhu operasinya, sel bahan bakar terbagi ke dalam dua jenis
yaitu sel bahan bakar suhu rendah yang beroperasi pada suhu dibawah 300 oC dan
sel bahan bakar suhu tinggi yang beroperasi pada suhu dibawah 300 oC. Gambar
dibawah ini merangkum keenam jenis sel bahan bakar tersebut dan juga
perbedaannya (Winter, M. dan Brodd, R.J., 2004).
Setiap jenis sel bahan bakar memiliki keunggulan dan kelemahan. Contoh
PEMFC memiliki keunggulan dimana efisiensi yang diperoleh cukup tinggi pada
temperatur pengoperasian yang rendah namun PEMFC mudah sekali
terkontaminasi oleh pengontrol CO dalam bahan bakar. Sedangkan SOFC, SOFC
di operasikan pada suhu yang tinggi yang menyebabkan SOFC dapat
menggunakan sejumlah bahan bakar dari mulai hidrogen hingga hidrokarbon.
Suhu yang tinggi menyebabkan SOFC mudah mengalami reaksi antar komponen
yang tidak diharapkan yang dapat menurunkan efisiensi dari sel.
Fuel cell mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini terdiri dari dua
buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah membran
polimer yang berfungsi sebagai elektrolit. Membran ini sangat tipis, ketebalannya
hanya beberapa mikrometer saja. Hidrogem dialirkan ke bagian katoda, dengan
adanya membran, maka gas hidrogen tidak akan tercampur dengan oksigen.
Membran dilapisi oleh platina tipis yang berfungsi sebagai katalisator yang
mampu memecah atom hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton mengalir
melalui membran, sedang elektron tidak dapat menembus membran, sehingga
elektron akan menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion
positif. Apabila anoda dan katoda dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik,
maka akan terjadi pengaliran elektron dari anoda ke katoda, sehingga terdapat
arus listrik. Elektron yang mengalir ke katoda akan bereaksi dengan proton dan
oksigen pada sisi katoda dan membentuk air.
Jenis fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang
mampu menghantar proton.
Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)
Solid Oxide Fuel Cell adalah suatu jenis perangkat elektrokimia yang
menggunakan bahan bakar oksida padat yang dapat mengkonversi energi kimia
menjadi energi listrik secara langsung sehingga lebih efisien dan bahan bakarnya
bebas dari polusi. Sama seperti jenis fuel cell yang lain, SOFC membutuhkan
bahan bakar berupa hidrogen, reaktan pengoksidasi berupa oksigen untuk bereaksi
secara elektrokimia pada temperatur tinggi dan menghasilkan energi listrik. SOFC
sangat berguna karena kemungkinannya untuk menggunakan jenis bahan bakar
yang beragam. Tidak seperti jenis-jenis fuel cell yang hanya menggunakan
hidrogen sebagai bahan bakar, SOFC bisa berfungsi dengan hidrogen, butana,
metanol, dan produk minyak bumi lainnya.
SOFC seperti layaknya fuel cell yang lainnya yaitu terdiri dari tiga
komponen utama yaitu anoda, elektrolit, dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi bahan bakar yaitu hidrogen, CO, atau CH4. Elektron yang dilepaskan di
anoda kemudian dialirkan melalui sirkuit luar untuk dimanfaatkan sebagai sumber
energi listrik. Elektron tersebut kemudian masuk ke katoda, sehingga di katoda
terjadi reaksi reduksi zat oksidan yaitu oksigen. Ion oksida hasil reduksi kemudian
mengalir melalui komponen elektrolit untuk bereaksi dengan ion positif atau
molekul bahan bakar di anoda untuk menghasilkan air dan/atau CO 2. Agar ion
oksida dapat bergerak dalam material elektrolit dan reaksi katalitik berlangsung
dengan cepat maka dibutuhkan suhu operasional yang sangat tinggi. Adapun
persamaan reaksi dari reaksi-reaksi yang terjadi pada anoda maupun katoda
adalah sebagai berikut :
Pada katoda, terjadi reaksi reduksi oksigen yang berlangsung dengan reaksi
sebagai berikut :
Struktur elektrolit yang padat tidak memperbolehkan bagian dari gas pada katoda
untuk lewat, sementara konduktivitas ionik dan resistansi elektrik yang tinggi
hanya memperbolehkan ion O2- untuk bermigrasi dari katoda ke anoda. Pada
anoda, O2- bereaksi dengan hidrogen menghasilkan air :
Selama reaksi (2) terjadi, elektron dilepaskan pada anoda dan bermigrasi dari
katoda melalui sirkuit elektrik eksternal yang menghasilkan arus listrik. Reaksi
keseluruhan yang terjadi di dalam sel adalah sebagai brikut.
1
H2 + 2 O2 H2O (3)
Tabel Komponen-komponen utama SOFC (Sammes, N. M.,2006)
Gadolinium adalah suatu unsur kimia dengan simbol Gd dan nomor atom
64. Ini adalah putih keperakan dan mudah dibentuk. Hal ini ditemukan di alam
hanya dalam gabungan (garam) bentuk. Gadolinium pertama kali terdeteksi
spectroscopically pada tahun 1880 oleh de Marignac yang dipisahkan oksida dan
dikreditkan dengan penemuannya. Ini adalah nama untuk gadolinit, salah satu
mineral yang ditemukan, pada gilirannya dinamai kimiawan Johan Gadolin.
Logam ini diisolasi oleh Paul Emile Lecoq de Boisbaudran pada tahun 1886.
Tabel Gadolinium
Cerium
Cerium adalah unsur yang paling umum dari lantanida, diikuti oleh
neodymium, lanthanum, dan praseodymium. Ini adalah unsur yang paling
berlimpah 26, membuat naik 66 ppm kerak bumi, setengahnya sebanyak klorin
dan sebanyak lima kali memimpin. Meskipun selalu ditemukan dalam kombinasi
dengan unsur tanah jarang lainnya di mineral seperti monasit dan bastnasit,
cerium mudah untuk mengekstrak dari bijih, karena dapat dibedakan antara
lantanida dengan kemampuan untuk dioksidasi ke 4 negara.