Anda di halaman 1dari 42

PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU


(AGT 311/ PNA 3250)

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Pelaksanaan praktikum Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu mulai dari

jam yang sudah disepakati sampai selesai.

2. Praktikan harus sudah hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.

3. Sebelum praktikum dimulai dilakukan test sesuai dengan jadwal praktium.

4. Selama pelaksanaan praktium, praktikan harus memakai jas praktikum

(warna putih) dan bertingkah laku sopan, tertib dan ikut menjaga

keamanan peralatan.

5. Praktikan diketahui menyebabkan peralatan laboratorium menjadi rusak

wajib mengganti dengan peralatan yang baru atau kompensasi yang

sepadan.

6. Mahasiswa yang tidak hadir pada acara praktikum tertentu, harus segera

melapor kepala koordinator praktikum paling lambat 1 (satu) hari sebelum

praktikum dimulai.

7. Praktikkan harap memperhatikan pembagian tugas yang sudah diumumkan

terlebih dahulu.

8. Praktikkan harus terlebih dahulu menyiapkan data pengamatan sesuai

tugasnya maksimum 3 hari sebelum acara praktikum yang bersangkutan

dilaksanakan.

9. Hal lain yang belum disebutkan akan diatur sesuai dengan keperluan.
DAFTAR ISI

Halaman

ACARA I Agroekosistem dan analisis agroekosistem .........................

ACARA II Pengenalan dan pengamatan serangan hama


pada tanaman pangan ..........................................................
ACARA III Pengenalan dan pengamatan gejala serangan patogen
pada tanaman pangan ...........................................................
ACARA IV Pengenalan dan pengamatan serangan hama
pada tanaman perkebunan ..................................................
ACARA V Pengenalan dan pengamatan gejala serangan patogen
pada tanaman perkebunan ................................................
ACARA VI Pengenalan dan pengamatan serangan hama
pada tanaman hortikultura ................................................
ACARA VII Pengenalan dan pengamatan gejala serangan patogen
pada tanaman hortikultura .................................................

ACARA VIII Pengendalian Hama Lalat Buah .........................................

ACARA IX Penerapan Komponen PHT pada Tanaman Kakao .......

ACARA X Petunjuk Lapang ................................................................


PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA I
AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA I
AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

A. TUJUAN
1. Uuntuk mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem
2. Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian
3. Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem
4. Untuk memberi kesempatan praktikkan mejadi ahli di lahannya sendiri

B. LANDASAN TEORI
Berdasarkan proses pembentukannya, ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu
Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian. Ekosistem Alami (EA) merupakan
ekosistem yang proses pembentukan dan perkembangannya terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia, sehingga pada ekosistem ini terdapat diversitas (keragaman)
organisme yang tinggi, dengan populasi rendah. Tingginya diversitas inilah yang
menyebabkan susunan trofik menjadi lebih kompleks, sehingga tercipta ekosistem
yang stabil. Oleh karena itu pada ekosistem alami jarang sekali terjadi permasalahan
peledakan hama dan penyakit tanaman.
Ekosistem Pertanian/agroekosistem (EP) adalah ekosistem yang proses
pembentukan dan perkembangannya ada campur tangan manusia dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan
manusia. Campur tangan manusia biasanya mempunyai kecenderungan mengubah
keseimbangan alam dan menyebabkan ekosistem menjadi tidak stabil bila tidak
dikelola dengan baik. Contoh masukan energi tinggi, antara lain: pestisida kimia
sintetik, pupuk kimia, benih unggul dll.
Ekosistem pertanian dapat diartikan sebagai totalitas/kesatuan lingkungan
pertanian yang tersusun oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang
saling berinteraksi dan manusia dengan sistem sosialnya merupakan komponen yang
tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian EP yang

1
paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah adalah hubungan timbal
balik antara komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abitik) serta manusia pada suatu
lingkungan pertanian.
Unsur penyusun ekosistem pertanian dan interaksinya selalu berubah sesuai
dengan besarnya faktor yang mempengaruhinya menurut waktu dan tempat. Faktor
tersebut, antara lain: tindakan manusia, iklim, air, serangga penyerbuk, inang
alternatif, gulma dan musuh alami. Tindakan manusia biasanya cenderung
menyederhanakan ekosistem, sehingga mengakibatkan tak stabil. Sebagai contoh
adalah penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengurangi kestabilan EP,
sehingga mengakibatkan peledakan hama. Setiap unsur dalam EP memiliki peran dan
sifat khusus yang dapat memperbanyak tingkat pertumbuhan dan penyebaran
populasi setiap organisme yang ada dalam ekosistem tersebut. Perubahan tersebut
dapat diketahui melalui pemantauan agroekosistem secara teratur, sehingga dapat
dilakukan analisis agroekosistem, yang bertujuan untuk mengatasi persoalan yang
terjadi karena perubahan ekologi.
Analisis Agroekosistem (AAES) merupakan salah satu kegiatan terpenting (inti)
dalam Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Kegiatan AAES dapat dianggap sebagai
teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan
tentang pengelolaan lahan/kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya
kegiatan sanitasi, pemangkasan, pemupukan, teknik pengendalian (mekanis-fisis,
budidaya, penyemprotan pestisida, dll). Kegiatan AAES dapat mengantarkan
petani/praktikkan/ menjadi ahli di lahan/kebunnya sendiri karena setiap minggu harus
melakukan observasi langsung secara teratur dan disiplin. Kegiatan AAES
mengharuskan melakukan pangamatan sejumlah faktor sebelum membuat keputusan
perlindungan tanaman. Faktor tersebut, antara lain. a) hama, b) penyakit, c) musuh
alami, d) serangga netral, e) cuaca, f) air, g) kondisi kebun/lahan, h) gulma. Adapun
pokok bahasan yang harus dipresentasikan berdasarkan AAES adalah sebagai
berikut.1) gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil pengamatan, 3)
serangga netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana tindak lanjut.

2
Praktikum ini mirip dengan Sekolah Lapang PHT (SL-PHT) yang berbasis pada
pengalaman, artinya proses belajar melalui pengalaman, dengan menggunakana daur
belajar 5M, yaitu: 1) mengalami, 2) mengemukakan. 3) menganalisis, 4) me-
nyimpulkan, dan 5) menerapkan.:

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat meliputi: pertanaman pangan, perkebunan, hortikultura, jaring
serangga, kantong plastik, gunting tanaman, kertas plano, alat tulis.

D. PROSEDUR KERJA
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam
setiap rombongan
2. Persiapan bahan dan alat
3. Penugasan mahasiswa ke lapangan untuk mengamati komponen
agroekosistem, yang meliputi argroekositem tanaman pangan, perkebunan,
dan hortikultura.
4. Gambarkan keadaan umum agroekosistem yang anda amati
5. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas plano
6. Koleksikan serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh alami,
juga tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit.
7. Presentasikan hasil pengamatan

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan komponen biotik (seperti jenis tanaman, hewan) dan kom-
ponen abiotik (seperti tanah, keadaaan cuaca, lingkungan sekitar pertanaman,
irigasi dll.) dicatat dan diolah dan digambar keadaan agroekosistemnya
2. Diskusikan hasil pengamatan
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi

3
DAFTAR PUSTAKA
Luckman, W.H. and R.L. Metcalf. 1982. The pest management concept. I. Metcalf,
R.L and W.H. Luckman (Eds.) 1982. Introduction to Insect Pest Management.
Pp. 30-35. John Wiley & Sons, New York.
Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPM-SECP.
Jakarta. 21 hal.
Mujiono dan Sugono. 2002. Petunjuk Studi Lapang PHT Kakao. BAGPRO PHT-PR/
IPM-SECP Kalimantan Timur. Samarinda. 54 hal.

4
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA II
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA PADA
TANAMAN PANGAN

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA II
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA PADA
TANAMAN PANGAN
A. TUJUAN
1. Untuk mengenal jenis hama utama pada tanaman pangan
2. Untuk mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman pangan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

B. LANDASAN TEORI
Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia saat ini terpenuhi dari produk
tanaman dan hewan. Tanaman pangan merupakan kelompok tanaman yang
menghasilkan karbohidrat (pati dan gula) dan mempuai arti penting untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Contoh tanaman pangan yang umum
dimanfaatkan manusia adalah: padi, jagung, gandum, kacang hijau, kacang tanah,
kedelai, sorgum, talas, ubi jalar, dan ubi kayu. Peningkatan produksi pangan saat
ini dihadapkan pada berbagai tantangan, antara lain lahan subur/produktif yang
semakin terbatas karena perubahan fungsi lahan pertanian menjadi tak pertanian
dan laju peningkatan jumlah penduduk. Salah satu kendala utama dalam
peningkatan produksi pangan adalah gangguan serangan hama tanaman.
Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan hewan vertebrata (seperti
tikus, burung, babi hutan), tungau, dan moluska. Kerugian yang ditimbulkannya
beragam, tergantung beberapa faktor, seperti faktor makanan, iklim, musuh alami
dan manusia sendiri. Sehubungan Indonesia terletak di daerah tropis, maka
masalah gangguan serangan hama tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun,
hal ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi
hama. Selain itu juga karena tanaman inangnya hampir selalu ada sepanjang
waktu. Gangguan serangan hama pada tanaman pangan sangat merugikan,
sehingga upaya pengendaliannya harus senantiasa diupayakan.

1
Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga,
namun demikian serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1 -2 persen
saja, sedangkan sisanya yang 98 99 persen adalah merupakan serangga berguna
yang dapat berperan sebagai parasitoid, predator, penyerbuk (polinator), pengurai
(decomposer), dan serangga industri. Menurut banyak ahli entomologi, serangga
terdiri 30 ordo, namun hanya 13 ordo yang merupakan ordo penting dalam
perlindungan tanaman. Pengenalan gejala serangan hama sangat penting untuk
diketahui karena untuk menentukan binatang peyebabnya umumnya lebih mudah
diketahui dari gejala serangannya.

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat yang digunakan meliputi: pertanaman pangan yang tediri
atas: pertanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan kacang panjang, kantong
plastik, spidol, gunting, kertas plano.

D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mhs)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
hama di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
3. Amati dan catat komponen agroekosistem yang ada baik komponen biotik
maupun abiotik
4. Catat gejala serangan dan perkirakan nama penyakit dan patogen penyebabnya
5. Prediksikan intensitas serangannya
6. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai
koleksi.
7. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi:.a)
gambar keadaan umum agroekosistem, b) data hasil pengamatan, c) serangga
netral, d) pembahasan, e) simpulan, dan f) rencana tindak lanjut.

2
E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
1. Data pengamatan dicatat dan diolah serta keadaan agroekoistem digambar
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi

DAFTAR PUSTAKA
Mujiono dan Sabirin.2002. Model pelatihan PHT Tanaman Perkebunan (Pengalaman
dalam SL-PHT Perkebunan). Workshop Implementasi dan Program Pelatihan
PHT Perkebunan. Jakarta, 20-22 Agustus 2002. 15 hal.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA III
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN PANGAN

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA III
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN PANGAN

A. TUJUAN
1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman pangan
2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman pangan di
lapangan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

B. LANDASAN TEORI
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan pangan ini dipenuhi
dari tanaman dan hewan. Tanaman pangan yang umum dimanfaatkan adalah padi,
jagung, gandum, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, sorgum, talas, ubi jalar, dan ubi
kayu. Produk tanaman pangan ini dimanfaatkan sebagai bahan pokok pangan maupun
bahan tambahan.
Peningkatan produksi tanaman pangan seringkali mendapatkan kendala yang
berupa gangguan serangan patogen penyebab penyakit. Oleh karena itu harus selalu
dilakukan upaya pengendalian/terhadap patogen penyebabnya. Penerapan teknik
pengendaliannya harus dilandasi pengetahuan yang benar tentang jenis dan gejala
yang diakibatkan oleh penyakit tersebut.

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat yang digunakan meliputi: pertanaman pangan yang tediri atas:
pertanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan kacang panjang, kantong plastik,
gunting, kertas dan alat tulis

1
D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikkan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mahasiswa)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen penyebab penyakit di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
3. Catat gejala serangan dan perkirakan nama penyakit dan patogen
penyebabnya.
4. Prediksikan intensitas serangannya
5. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai
koleksi.
6. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi:.1)
gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil pengamatan, 3) serangga
netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana tindak lanjut.

E. ANALISIS DATA PENGAMATAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah serta keadaan agroekoistem digambar
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi

2
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA IV
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA
PADA TANAMAN PERKEBUNAN

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA IV
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA
PADA TANAMAN PERKEBUNAN

A. TUJUAN
1. Untuk mengenal jenis hama utama pada tanaman perkebunan
2. Untuk mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman perkebunan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

B. LANDASAN TEORI
Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang hasilnya sebelum
dimanfaatkan oleh konsumen harus terlebih dahulu mengalami pengolahan. Contoh
kakao, teh, kelapa, kealpa sawit, teb, kopi, karet dan kapas. Komoditas perkebunan
merupakan sumber devisa negara andalan Indonesia setelah sektor minyak bumi.
Pemerintah melalui Dirjen Bina produksi Perkebunan telah mengantisipasi atas
perkembangan perekomian dewasa ini serta mengakomodasi tuntutan masyarakat
untuk memperoleh manfaat yang lebih nyata dari kehadiran perkebunan, sehingga
menggariskan paradigma baru dengan arah pembangunan ke depan.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan swasta dan
negara serta perkebunan rakyat saat ini selain masalah pencurian adalah gangguan
OPT , terutama masalah hama yang sangat merugikan. Contoh hama penggerek buah
kakao (Conopomorpha cramerella), Helopeltis sp. dan penyakit busuk buah
(Phytophthora palmivora) pada tanaman kakao; hama penggerek buah kopi (PBKo)
dan penyakit karat daun pada tanaman kopi; hama Helopeltis sp. Dan penyakit cacar
daun teh pada tanaman teh.
Cara mengatasi permasalahan hama dan penyakit yang paling tepat adalah
dengan menerapkan PHT karena penerapan PHT menguntungkan baik dari aspek
teknis, ekonomis-bisnis, ekologis dan sosiologis. Salah satu prinsip dasar PHT adalah
monitoring/pemantauan. Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan erat kaitannya

1
dengan pengenalan gejala serangan hama dan penyakit tanaman. Penentuan gejala
serangan hama secara benar akan membantu dalam proses identifikasi serangga
penyebabnya.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan meliputi: pertanaman perkebunan yang antara lain
meliputi: kakao, kopi, kelapa, tebu, jam, lada dll. Alat yang digunakan gunting
tanaman, jaring serangga, kantong plastik, kertas label dan ATK.

D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mahasiswa)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
3. Catat gejala serangan dan perkirakan nama penyakit dan patogen
penyebabnya.
4. Prediksikan intensitas serangannya
5. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai
koleksi.
6. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi:.1)
gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil pengamatan, 3) serangga
netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana tindak lanjut.

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi.

2
DAFTAR PUSTAKA
Pusat penelitian kopi dan kakao. 1999. Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan. Laporan Penelitian TA.1998/1999. BAGPRO Penelitian PHT.
Jakarta. 12 hal

3
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA V
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN PERKEBUNAN

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA V
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN PERKEBUNAN

A. TUJUAN
1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman perkebunan
2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman pangan di
lapangan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

B. LANDASAN TEORI
Hasil tanaman perkebunan sangat diperlukan manusia. Hasil tanaman
perkebunan yang umum dimanfaatkan adalah tembakau, teh, karet, kakao, tebu, dsb.
Produk tanaman perkebunan ini dimanfaatkan sebagai bahan bahan tambahan
makanan, maupun industri. Gangguan terhadap tanaman perkebunan karena patogen
penyebab penyakit merupakan suatu hal yang harus dikendalikan/dikelola. Teknik
pengendalian harus dilandasi dengan pengetahun yang benar tentang jenis dan gejala
yang diakibatkan oleh patogen penyebab penyakit tersebut.

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan yang diperlukan meliputi: pertanaman perkebunan yang terdiri:, kakao,
kopi, kelapa, lada, nilam dan karet, sedangkan alatnya tediri atas:. kantong plastik,
gunting tanaman, kertas dan alat tulis

D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mhs)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya

1
3. Catat gejala serangan dan perkirakan nama penyakit dan patogen penyebabnya.
4. Prediksikan intensitas serangannya
5. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai koleksi.
6. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi:.1)
gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil pengamatan, 3) serangga
netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana tindak lanjut.

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi

2
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA VI
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA
PADA TANAMAN HORTIKULTURA

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA VI
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK HAMA
PADA TANAMAN HORTIKULTURA

A. TUJUAN
1. Untuk mengenal jenis hama utama pada tanaman hortikultura
2. Untuk mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman hortikultura
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

B. LANDASAN TEORI
Tanaman hortikultura meliputi 4 golongan, yaitu tanaman sesayuran,
bebuahan, hias, dan tanaman obat. Sebagian besar potensi tanaman hortikultura
sebagai sumber vitamin dan mineral diperoleh dari sayuran dan buah, sedangkan
tanaman hias dapat sebagai sumber devisa negara karena dapat diekspor seperti bunga
potong, anggrek, krisan dan mawar. Tanaman horticultura golongan bebuahan
komersial yang umum diusahakan petani, antara lain adalah: apel, jeruk, durian,
nanas, mangga, pisang, pepaya, jambu, duku, klengkeng, manggis dll. Umumnya
lahan milik petani tidak terlalu luas. Penanaman bebuahan komersial secara
monokultur dalam skala luas seringkali mengalami gangguan serangan hama dan
patogen penyebab penyebab penyakit yang cukup berat disebbkan ekosistemnya
kurang stabil.
Salah satu ciri khas dalam budidaya tanaman horticultura, khususnya
sesayuran dan bebuahan komersial serta bebungaan komersial adalah pemeliharaan
yang intensif. Hal ini disebabkan banyaknya permasalahan hama dan penyakit yang
serius. Oleh karena itu, pada umumnya petani dalam mengatasi permasalahan
tersebut mengandalkan cara kimiawi menggunakan pesticida yang berlebihan. Agar
diperoleh keuntungan yang maksimum dan dampak negatifnya dapat diperkecil,
maka penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana dan harus dilandasi

1
pengetahuan dasar tentang gejla serangan, organisme penyebabnya terutama cara
hidupnya.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan meliputi: pertanaman hortikultura, yang meliputi
tanaman sayuran, bebuahan, dan bebungaan. Alat yang digunakan gunting tanaman,
jaring serangga, kantong plastik, kertas label dan ATK.

D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mahasiswa)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
3. Catat gejala serangan
4. Prediksikan intensitas serangannya
5. Bawalah bagian tanaman yang diamati tersebut ke laboratorium sebagai
koleksi.
6. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang meliputi:.1)
gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil pengamatan, 3) serangga
netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana tindak lanjut.

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1993. Pedoman Pengenalan dan
Pengendalian Hama Penting Tanaman Horticultura. Dirjen Pertanian
Tanaman Pangan. Yakarta. 43 hal.

2
3
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA VII
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK ATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN HORTIKULTURA

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA VII
ANALISIS AGROEKOSISTEM UNTUK ATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
PADA TANAMAN HORTIKULTURA

A. TUJUAN
1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman hortikultura
2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman hortikultura di
lapangan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan.
B. LANDASAN TEORI
Hasil tanaman hortikultura sangat diperlukan manusia. Hasil tanaman
hortikultura yang umum dimanfaatkan adalah sesayuran dan bebuahan. Produk
tanaman hortikultura ini dimanfaatkan sebagai bahan bahan tambahan makanan,
maupun industri. Gangguan terhadap tanaman hortikultura karena karena patogen
penyebab penyakit merupakan suatu hal yang harus dikendalikan/dikelola. Teknik
pengendalian harus dilandasi dengan pengetahun yang benar tentang jenis dan gejala
yang diakibatkan oleh patogen penyebab penyakit tersebut.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan meliputi: pertanaman pangan yang tediri atas:
kakao, kopi, kelapa, lada, nilam. Kantong plastik, gunting, kertas dan alat tulis.
D. PROSEDUR KERJA

1. Praktikan dikelompokkan (tiap kelompok 4-5 mahasiswa)


2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
3. Catat gejala serangan dan tentukan nama penyakit dan patogen penyebabnya.
4. Prediksikan intensitas serangannya
5. Bawalah bagian tanaman yang terserang tersebut ke laboratorium sebagai
koleksi.
6. Tuliskan hasil analisis agroekosistem pada kertas plano, yang
meliputi:.1) gambar keadaan umum agroekosistem, 2) data hasil
pengamatan, 3) serangga netral, 4) pembahasan, 5) simpulan, 6) rencana
tindak lanjut.

1
E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi

2
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA VIII
PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA VIII
PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teknik aplikasi feromon seks
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian hama lalat buah dengan
menggunakan feromon seks ( metyleugenol)
3. Untuk mengetahui keuntungan pengendalian dengan menggunakan feromon
seks.
B. LANDASAN TEORI
Metode pengendalian serangga hama menurut Metcalf dan Luckman (1982)
dibagi menjadi tujuh, yaitu : 1). Pengendalian secara budidaya ( bercocok tanam),
2). Pengendalian secara mekanik, 3). Pengendalian secara fisik, 4). Pengendalian
hayati, 5). Pengendalian secara kimiawi, 6). Pengendalian secara genetik, dan 7).
Pengendalian secara perundang-undangan (karantina).
Pengendalian secara kimiawi, yaitu dapat berupa: a) zat pemikat (
attractants), zat penolak (repellent), insektisida, zat pemandul (streilant), dan zat
penghambat tumbuh. Untuk meminimalkan dampak negatif penggunaan insektisida,
saat ini banyak dikembangkan pengendalian hama secara kimiawi dengan
menggunakan zat pemikat (attractant) yang berupa feromon seks ( sex feromon ).
Feromon seks tersebut yang sudah banyak beredar di pasaran adalah metil eugenol
yang digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah ( Bactrocera sp. ) yang
merupakan hama penting pada tanaman cabai, belimbing, nangka, dan mangga.

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan yang digunakan meliputi : metil eugenol, air, dan sabun sunlight. Alat
yang digunakan antara lain : botol aqua bekas, kapas, benang, tali rafia, kantong
plastik, label, dan ATK.

1
D. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 2
mahasiswa)
2. Setiap kelompok bertugas untuk memasang kapas yang telah diolesi larutan
metil eugenol.
3. Setiap kelompok memasang alat tersebut pada pertanaman cabai, belimbing,
nagka, dan mangga.
4. Amati setiap hari sekali selama 2 hari.
5. Hitung jumlah serangga dewasa lalat buah yang tertangkap.

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana.
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi.
3. Buat laporan tertulis per individu hasil pengamatan dan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Luckman, W.H. and R.L. Metcalf. 1982. The pest management concept. I. Metcalf,
R.L and W.H. Luckman (Eds.) 1982. Introduction to Insect Pest Management.
Pp. 30-35. John Wiley & Sons, New York.

Sosromarsono, S. 1981. Beberapa prinsip pengendalian hama. Prosiding Lokakarya


Hama Penggerek Buah Cokelat. Medan 16 Februari 1981.

2
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA IX
PENERAPAN KOMPONEN PHT PADA TANAMAN KAKAO

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA IX
PENERAPAN KOMPONEN PHT PADA TANAMAN KAKAO

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman kakao
2. Untuk menerapkan beberapa komponen PHT pada tanaman kakao
3. Untuk mengetahui keuntungan penerapan masing-masing komponen PHT
pada tanaman kakao

B. LANDASAN TEORI
Usaha bidang perkebunan dalam merebut pasar global dihadapkan pada
persaingan yang semakin ketat. Konsumen pasar global saat ini adalah konsumen
sadar linkungan ( konsumen hijau), sehingga persyaratan ramah lingkungan
dalam produksi komoditas perkebunan sudah merupakan persyaratan minimal
yang harus dipenuhi oleh pihak eksportir ( Mujiono dan Sabirin, 2002).
Gangguan serangan hama dan patogen penyebab penyakit tanaman kakao
masih merupakan faktor pembatas utama dalam usaha meningkatkan produksi
dan mutu kakao, di antaranya yang sangat merugikan adalah penggerek buah
kakao/ PBK (Conopomorpha cramella ( Sn.)), Helopeltis sp. dan penyakit
busuk buah (Phytophthora palmivora Butl.). Cara mengatasi permasalahan
tersebut yang paling tepat adalah dengan menerapkan konsep PHT yang menurut
Untung ( 2002) lebih bersifat komperehensif dan mencakup aspek teknis,
ekologis, ekonomis- bisnis, sosial-budaya, serta politis. Penerapan PHT sangat
sesuai dalam strategi menghadapi persaingan bebas, karena sejalan dengan
tuntutan konsumen dunia terhadap produk yang aman, yaitu yang diproduksi
melalui proses yang ramah lingkungan. Terdapat beberapa komponen PHT yang
dapat diterapkan, antara lain:
1. Sanitasi, dengan membersihkan kebun dari serasah/sampah daun di bawah
tajuk dan dengan membenam kulit buah, plasenta dan buah busuk.

1
2. Pemangkasan dan membatasi tinggi tajuk tanaman (maksimal 4 m) untuk
mengurangi kelembaban dan mempermudah pengendalian OPTserta
pemanenan
3. Panen sering satu minggu sekali
4. Penyelubungan ( kondomisasi ) buah yang berukuran panjang 7 10 cm
dengan kantung plastik (untuk menghindari serangan hama PBK dan
Helopeltis sp.
5. Cara hayati,- Cara ini dapat dilakukan dengan:
a. Dengan predator semut hitam (Dolioderus thoracicus). Untuk
meningkatkan populasi semut hitam di pertanamankakao perlu dibuatkan
sarang buatan yang dapat dibuat dengan menggunakan: 1) tas kresek
hitam yang didalamnya berisi daun kakao kering dan diberi gula kelapa
0,25 ons, kemudian dilertakkan di atas jorget, 2)bambu ukuran panjang
30 cm yang di dalamnya berisi daun kelapa kering dan diberi sedikit
potongan kain bekas dan terasi, terus ditaruh di atas jorget, 3) lipatan daun
kelapa yag diberi sedikit gula kelapa dan terus diletakkan di atas jorget
atau 4) daun pada ranting yang disatukan dan diberi sedikit gula kelapa.
b. Dengan menyemprotkan suspensi jamur entomopatogenik Beauveria
bassiana ke arah bagian buah yang terserang hama PBK atau Helopeltis
sp., dengan dosis : 7 botol besar formulasi per hektar. Untuk bulan
pertama 4 kali aplikasi ( interval 1 minggu), selanjutnya 3 kali dengan
interval 10 hari. tiap musim ( 6 bulan ) ada 7 kali aplikasi. Sebelum
aplikasi tiap 1 tank ( isi 14 liter ) ditambah 2 sendok gula pasir dan 10 ml
perekat seperti Citowet.

Pemangkasan tanaman kakao


Pemangkasan adalah kegiatan memotong atau membuang bagian tanaman
tertentu yang tidak dikehendaki dan bagian tanaman yang sakit. Adapun tujuan
pemangkasan antara lain : 1). Untuk membentuk pohon yang baik (ideal) dengan

2
percabangan yang seimbang, sehingga penyebaran daun merata dan penerimaan
sinar matahari menjadi merata, 2) Membuang sisa cabang yang tidak diinginkan,
seperti tunas air, tunas sapu, cabang sakit, cabang kering dan terlindung, 3) Untuk
perbaikan aerasi (sirkulasi udara) di dalam kebun, 4) Untuk meningkatkan
produksi.
Pemangkasan pada tanaman kakao ada 4 macam, yaitu: 1). Pemangkasan bentuk,
bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman agar dapat tumbuh kokoh dan
seimbang. Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (umur
8 24 bulan), 2). Pemangkasan pemeliharaan, bertujuan untuk mengurangi
kerimbunan dan mengurangi kelembaban mikro agar perkembangan hama dan
penyakit dapat ditekan. Kegiatan ini dilakukan antara lain dengan: membuang
wiwilan dan cabang yang terserang hama atau penyakit, 3). Pemangkasan
Produksi, bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bunga dan buah, sehingga
produksi meningkat. Kegiatan ini dilakukan anatara lain: memangkas cabang
yang tidak diperlukan ( tidak produktif) yaitu cabang balik, cabang gantung dan
cabang yang ter-lindung, 4).Pemangkasan rehabilitasi, bertujuan untuk
merehabilitasi atau mem-perbaiki tanaman yang sudah tua, yang terserang hama
penyakit dan tanaman yang rusak akibat tertimpa angin atau kerebahan
pohon.Pemangkasan produksi dan reha-bilitasi sebaiknya diikuti pemupukan dan
dilakukan pada saat awal musim hujan.
Pembungkusan buah
Buah kakao muda ( pentil ) yang panjangnya kurang dari 8 cm dan untuk
daerah endemis seperti Kabupaten Asahan Sumut 3- 7 cm dibungkus
(kondomisasi). Fungsi cara ini adalah untuk menghalangi ngengat dewasa PBK
dalam meletakkan telurnya pada buah, sehingga buah dapat terhindar dari
serangan hama PBK, selain itu juga untuk menghalangi serangan hama Helopeltis
sp. Pelaksanaan metode pengendalian ini agar petani tidak memanjat pohon, maka
digunakan alat khusus yang dibuat dari bambu yang ujungnya diberi lubang dan
kantung plastik dan diikat dengan karet. Teknik pengendalian ini juga dapat

3
diterapkan untuk pengendalian hama Bactrocera sp. pada tanaman belimbing,
nangka, sirsak.

C. ALAT DAN BAHAN


Bahan dan alat yang dibutuhkan meliputi : tanaman kakao yang sedang
berbuah muda, pupuk kandang, kantong plastik (ukuran 15 x 35 cm dan tebal 0,
25 cm) bambu (panjang 4 m), gergaji, gunting pangkas, cangkul, karet gelang,
dan ATK.

D. PROSEDUR KERJA
1. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok kecil ( 3 5 orang)
2. Persiapan bahan dan alat
3. Mahasiswa diajak pergi ke pertanaman kakao
4. Amati hama dan penyakit yang ada
5. Terapkan komponen PHT pada tanaman kakao yang ada dan evaluasi
hasilnya.

E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN


1. Data pengamatan dicatat dan diolah secara sederhana.
2. Hasil analisis dipersiapkan untuk bahan diskusi.
3. Buat laporan tertulis per individu

E. DAFTAR PUSTAKA
Luckman, W.H. and R.L. Metcalf. 1982. The pest management concept. I.
Metcalf, R.L and W.H. Luckman (Eds.) 1982. Introduction to Insect
Pest Management. Pp. 30-35. John Wiley & Sons, New York.
Mujiono dan Sabirin. 2002. Workshop Implementasi dan Program Pelatihan
Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta 20 22 Agustus 2002. 15 p.
Untung, K. 2002. Paradigma Baru PHT. Rapat Koordinasi Konsultan PHT
PR / IPM- SECP, Hotel Bumi Wiyata, Depok. 27 28 Maret 2002. 5p.

4
5
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
(AGT 311/ PNA 3250)

ACARA X
PETUNJUK LAPANG

Disusun oleh:
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
ACARA X
PETUNJUK LAPANG

A. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat membuat petunjuk lapang (Petlap)
2 Agar mahasiswa dapat mengetahui kegunaan petunjuk lapang
4. Agar mahasiswa dapat berlatih memandu dengan topik khusus

B. LANDASAN TEORI
Petunjuk lapang adalah petunjuk/pedoman untuk membantu para calon
Pemandu Lapang (pmahasiswa) agar dalam memberikan materi khusus dihadapan
para petani peserta kegiatan yang dilatih dalam SL-PHT dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Namun demikian diharapkan para calon pemandu (mahasiswa) tetap
mencari sumber referensi lain untuk memperluas wawasan mengenai topik yang
disampaikan.
Petujuk lapang ini berisi 5 hal, yaitu:
1. Latar belakang, berisi uraian yang melatarbelakangi topik yang diangkat. Selain
itu juga berisi uraian yang dapat untuk menjawab pada bab bahan dan diskusi:
2. Tujuan, berisi tujuan yang dicapai dari pemberian topik tertentu. Sebagai contoh
untuk topik pemupukan: a) Agar peserta dapat mengetahui jenis pupuk kimia
mapun organik, b) Agar peserta mengetahui cara dan waktu aplikasi pemupukan,
c) Agar peserta mengetahui dosis aplikasi pemupukan.
3. Bahan dan alat, berisi bahan dan alat yang diperlukan
4. Langkah-langkah, berisi langkah yang akan dikerjakan oleh para peserta,
misalnya a) peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (4 - 5 orang per
kelompok), b) peserta menyiapakan bahan dan alat, c) tiap kelompok pergi
kelapang untuk melihat langsung kondisi tanaman, d) dan lainnya

1
5. Bahan diskusi, berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan sesuai topik,
misalnya a) sebutkan jenis pupuk yang saudara ketahui, b) bagaimana cara
aplikasi pupuk yang benar, c) dan lainnya.

C. BAHAN DAN ALAT


Bahan dan alat yang digunakan disesuaikan dengan topik dan alat tulis.
D. PROSEDUR KERJA
6. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 2
mahasiswa)
7. Setiap kelompok bertugas untuk mencari topik dan menyusun petunjuk
lapang.
8. Tiap kelompok mempresentasikan tugas dihadapan praktikan lain dengan
didampingi dosen/asisten
E. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
1. Saran dan kritik dari praktikan dan dosen dicatat
2. Hasil diskusi dicatat
3. Buat laporan tertulis per individu

DAFTAR PUSTAKA

Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPM-SECP.


Jakarta. 21 hal.
Mujiono dan Sugono. 2002. Petunjuk Studi Lapang PHT Kakao. BAGPRO PHT-PR/
IPM-SECP Kalimantan Timur. Samarinda. 54 hal.

---selamat belajar-

2
3

Anda mungkin juga menyukai