[Year]
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Permukiman adalah salah satu wadah yang sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Republik
Indonesia no. 1 tahun 2011, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai sarana prasarana, utilitas umum, serta memiliki penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Sebagai wadah bermukim manusia, permukiman tentu saja tak dapat dipisahkan dari bencana. Potensi bencana tidak hanya mengancam
permukiman yang berada di tengah kota ataupun di desa, permukiman di wilayah pesisir pun rentan terhadap bencana. Letak permukiman
pesisir yang berdekatan dengan laut membuatnya rentan terhadap beberapa bencana seperti tsunami dan banjir rob. Hal tersebut terjadi juga
terhadap wilayah permukiman di Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang.
Pantai Kondang merak adalah daerah yang berada pada wilayah pesisir selatan provinsi Jawa Timur. Letaknya yang langsung menghadap
ke arah samudera Hindia ini mengakibatkan wilayah ini rentan terhadap bencana. Pemilihan Pantai Kondang Merak sebagai wilayah kajian
dikarenakan selain letaknya yang berada di pesisir selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada pantai ini juga terdapat keunikan berupa
kampung nelayan yang dijadikan wisata. Tentunya wisata ini akan menerima akibat dari rentannya wilayah tersebut terhadap bencana.
Diharapkan dengan pemilihan Pantai Kondang Merak untuk kajian ini akan dihasilkan klasifikasi kerentanan bencana wilayah dan
rekomendasi preventif dan mitigasi bencana pada wilayah Pantai Kondang Merak.
1.3 Tujuan
a. Mengklasifikasikan tingkat kerentanan bencana pada wilayah Pantai Kondang Merak.
b. Menghasilkan arahan dan rekomendasi pencegahan serta penanggulangan bencana pada wilayah Pantai Kondang Merak.
BAB II
KAJIAN TEORI
Menurut Undang-undang Republik Indonersia no. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Menurut Doxiadis dalam Soetomo (2009) bahwa Human settlement are, by definition, settlements inhabited by Man. Permukiman terdiri
dari Contents (isi) dan Container (wadah). Yang dimaksud isi adalah manusia, sedangkan wadah berarti physical settlement baik buatan manusia
maupu alam sebagai tempat hidup manusia dengan segala aktivitasnya. Kedua bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat dikatakan
adalah bumi itu sendiri (the total surface of the earth, the largest container for Man, is for all practical purpose, the whole cosmos of Man,
thecosmos of anthropos). Melalui isi dan wadah tersebut Doxiadis menjelaskan bahwa permukiman memiliki lima elemen pembentuk yaitu
Man, Society, Shells, Network and Nature. Dengan demikian pengertian human settlement adalah menyangkut ruang dan manusia yang hidup di
dalamnya.
2. Society, masyarakat atau kumpulan manusia dari keluarga, tetangga, hingga warga sejagad dengan berbagai hubungan yang kompleks
dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, hukum dan politik
1. Shells atau ruang bangunan, dari bangunan hunian hingga gedung serta secara skala permukiman, kampung, kota dan aglomerasi fisik
wilayah, tempat manusia tinggal.
2. Network atau jaringan yang meliputi sarana dan prasarana berupa tempat manusia berkomunikasi dan sistemnya, jaringan utilitass
seperti air, listrik, dan lain-lain)
3. Nature atau alam sebagai natural environment, terdiri dari elemen biotik-abiotik, lingkungan fisik alam, klimatologis dan habitat bagi
makhluk yang menempatinya. Elemen ini juga mencangkup kondisi pengolahan alamiah seperti lading pertanian, perkebunan, kehutanan,
landscape sehingga untuk mengolah diperlukan sifat alami dan ekologi.
Nature
Networks Man
Shells Society
Menurut Undang-undang Republik Indonesia 2 Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, bahwa rumah sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia akan papan merupakan bagian dan perumahan dan permukiman yang perlu ditata agar dapat berkelanjutan,
serta dapat meningkatkan kesejahteraan penghuni di dalamnya karena akan menunjang pembangunan ekonomi, sosial budaya dan bidang-
bidang yang lain.
Menurut Newmark (1997) hunian atau rumah memiliki arti menurut fungsinya:
Menurut Purnamasari (2009), untuk mengetahui tata ruang dalam suatu hunian dapat diketahui dari beberapa aspek antara lain:
1. Pola tata ruang dalam, meliputi fungsi ruang, sumbu ruang, simetrisitas ruang, zona ruang. Sub variabel dari variabel pola tata
ruang dalam dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Sumbu ruang, dapat berupa bentuk fisik dan meruang seperti sirkulasi ataupun jarak antar ruang dimana dapat membentuk
sebuah garis terhadap bentuk atau ruang ruang yang dapat disusun. Sumbu ruang ini dapat berupa sumbu simetris ataupun
asimetris.
b Simetrisitas ruang, kesimetrisan ruang dapat diliah dari dua aspek yaitu integral dan parsial, sehingga dapat diketahui
pembagian dari keseimbangan pembagian ruang ataupun keseimbangan zonasi pada ruang dalam hunian.
c Zona ruang, berupa komposisi zona public, semi public ataupun zonasi sesuai dengan kebutuhan.
2. Perubahan tata ruang dalam, meliputi penambahan, perluasan, pembagian, dan perubahan fungsi ruang, serta perubahan tata ruang
dalam (perubahan fungsi, perubahan zumbu, perubagan simetrisitas, perubahan zoning)
3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam
Secara tidak langsung hunian merupakan salah satu dari elemen pembentuk permukiman yang juga termasuk dalam lingkungan binaan.
Habraken dalam Bukit (2012), menjelaskan bahwa suatu lingkungan binaan salah satunya hunian dapat diketahui tatanannya berdasarkan
klasifikasinya yaitu:
Risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai
deviasi standar). Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott
(1978), risiko didefinisikan sebagai;
c. Ketidakpastian uncertainty
d. Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan the dispersion of actual from expected result
e. Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan the probability of any outcome different from the one expected
Atau dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi
tidak menguntungkan yang mungkin terjadi.
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan
suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses
inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Masih menurut Darmawi (2008) proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang
terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
f. Incident investigation
g. Auditing h. Inspection
i. Checklist
Adapun cara cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek adalah :
b. Membuat daftar kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
b) Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image perusahaan, dan sebagainya.
2) Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya pribadi orang lain.
3) Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian, ketidakmampuan, usia tua, pengangguran, sakit, dan sebagainya.
Dalam mengidentifikasi risiko, beberapa ahli membaginya menjadi beberapa kategori, di antaranya :
a. Finansial dan Ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya fluktuasi tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai
tukar, kenaikan upah pekerja, dan lain sebagainya.
b. Politik dan Lingkungan. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya perubahan dalam hukum dan peraturan, perubahan politik,
perang, embargo, bencana alam, dan lain sebagainya.
c. Konstruksi Yang termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja, pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
Dari ketiga kategori risiko tersebut, proses identifikasi risiko dikembangkan menjadi beberapa jenis risiko yang didapat dari
berbagai sumber, antara lain :
Setelah proses identifikasi semua risiko risiko yang mungkin terjadi pada suatu proyek dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut
untuk menganalisis risiko risiko tersebut. Al Bahar dan Crandall (1990) mengemukakan bahwa, yang dibutuhkan adalah menentukan
signifikansi atau dampak dari risiko tersebut, melalui suatu analisis probabilitas, sebelum risiko risiko tersebut dibawa memasuki
tahapan respon manajemen.
Menurut Al Bahar dan Crandall (1990), analisis risiko didefinisikan sebagai sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian
dalam bentuk kuantitatif, menggunakan teori probabilitas, untuk mengevaluasi dampak potensial suatu risiko.
Langkah pertama untuk melakukan tahapan ini adalah pengumpulan data yang relevan terhadap risiko yang akan dianalisis. Data
data ini dapat diperoleh dari data historis perusahaan atau dari pengalaman proyek pada masa lalu. Jika data historis tersebut kurang
memadai, dapat dilakukan teknik identifikasi risiko yang lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian lain bab ini.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan proses evaluasi dampak dari sebuah risiko. Proses evaluasi
dampak risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara probabilitas (sebagai bentuk kuantitatif dari faktor ketidakpastian /
uncertainty) dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya sebuah risiko.
Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan suatu parameter yang jelas untuk dapat mengukur dampak dari suatu risiko
dengan tepat. Menurut Loosemore, Raftery, Reilly dan Higgon (2006), beberapa parameter untuk proses evaluasi risiko seperti pada
Tabel 2.2 dan tabel 2.3
Parameter Deskripsi
Jarang terjadi Peristiwa ini hanya muncul pada keadaan
yang luar biasa jarang.
Agak jarang terjadi Peristiwa ini jarang terjadi.
Mungkin terjadi Peristiwa ini kadang terjadi pada suatu
waktu.
Sering terjadi Peristiwa ini pernah terjadi dan mungkin
terjadi lagi.
Hampir pasti terjadi Peristiwa ini sering muncul pada berbagai
keadaan.
Parameter Deskripsi
Tidak signifikan Tidak ada yang terluka; kerugian finansial
kecil.
Kecil Pertolongan pertama; kerugian finansial
medium.
Sedang Perlu perawatan medis; kerugian finansial
cukup besar.
Besar Cedera parah; kerugian finansial besar.
Sangat signifikan Kematian; kerugian finansial sangat besar.
Setelah risiko risiko yang mungkin terjadi dievaluasi dengan menggunakan parameter parameter probabilitas dan konsekuensi
risiko diatas, selanjutnya dapat dilakukan suatu analisa untuk mengevaluasi dampak risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan
matriks evaluasi risiko.
1. Respon Manajemen
Hanafi (2006) setelah risiko risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, perusahaan akan mulai memformulasikan
strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri.
Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol
terhadap risiko.
Ada lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu :
a. Menghindari risiko
c. Meretensi risiko
d. Mentransfer risiko
e. Asuransi
2. Manajemen Risiko
a. Manajemen Risiko
Manajemen risiko memiliki banyak definisi. Salah satunya, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengelolaan, dan pengawasan sumber daya dan aktifitas lain dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk meminimalkan
konsekuensi kerugian dengan beaya yang masih dalam tingkat kelayakan proyek (S.J. Lowder, 1982: 48-51)
1) kesuksesan proyek,
4) mengurangi dan melindungi kemungkinan kemandekan oleh karena berbagai perubahan yang berpengaruh terhadap
pembiayaan proyek,
5) peningkatan skala bisnis perusahaan.
Kontribusi manajemen risiko dapat diformulasikan dari tujuan pokok pemanfaatannya (Pyhr Cooper, et.al 1986: 264) :
1) Manajemen risiko memberikan kriteria untuk membedakan kesuksesan dan kegagalan sebuah investasi, yang membuat
investor memberi perhatian pada proses manajemen.
2) Karena laba dapat dinaikkan dengan mengurangi pengeluaran daripada menaikkan pemasukan, manajemen risiko
memungkinkan pengurangan dalam komponen pembeayaan, misalnya kegagalan dalam pembaruan tingkat sewa yang
berakibat pada meningkatnya tingkat bunga.
3) Manajemen risiko dapat mempertahankan tingkat pemasukan sehingga dapat mengurangi fluktuasi pada laba dan arus
kas.
4) Manajemen risiko yang semakin canggih dapat memprediksi kemungkinan perubahan dalam tingkat sewa dan tingkat
kosonghuni (vacancy rate), sehingga kontinyuitas pemasukan dapat lebih terjamin.
5) Manajemen risiko mempertahankan tingkat kesadaran investor akan risiko spekulatif dalam investasinya.
6) Sukses dari sebuah investasi akan semakin menyehatkan proses manajemen perusahaan
Manajemen risiko terdiri dari enam langkah, yaitu menentukan tujuan, mengidentifikasi risiko, menentukan ukuran risiko,
menyeleksi teknik analisis, implementasi, dan evaluasi.
Menentukan tujuan adalah langkah pertama dalam manajemen risiko. Tujuannya adalah untuk menentukan secara akurat
manfaat program manajemen risiko bagi perusahaan. Untuk mencapainya dibutuhkan sebuah proses perencanaan yang
komprehensip, termasuk penentuan tujuan setiap langkah dalam manajemen risiko serta orang yang bertanggung jawab.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko potensial yang terdapat pada proyek properti yang akan dikerjakan.
Risiko potensial dapat diidentifikasi melalui analisis risiko.
Ukuran risiko harus diasosiasikan pada keberadaan risiko potensial. Ukuran risiko meliputi:
Kesuksesan dan keberhasilan meraih keuntungan dari suatu proyek properti sangat bergantung pada keterampilan dalam
manajemen risiko, seperti risiko yang berkaitan dengan lingkungan, kecelakaan pada pekerja, dan kerusakan alat kerja.
Ketika dampak risiko semakin meningkat, manajemen risiko menjadi satu-satunya alat untuk mengelolanya.
Manajemen risiko bertujuan untuk melindungi setiap orang atau badan hukum yang terlibat di dalamnya. Dalam konteks
investasi properti, manajemen risiko dimanfaatkan untuk menghindari, memindahkan, atau mengurangi risiko potensial
yang harus ditanggung oleh investor.
Banyak investor mampu mengelola uang, tapi kesuksesannya diukur dengan kemampuannya mengelola risiko. Yang ideal
adalah bukan menghindari risiko, tetapi mengidentifikasi, mengelola, dan hidup dengan risiko itu.
2.3.3 Teknik-Teknik Analisis Risiko
Pada awal tahun enampuluhan analisis risiko masih merupakan kegiatan yang bersifat konvensional, karena hambatan dan
keterbatasan lingkungan sosial, pasar, kompleksitas analisis risiko, teknologi, sumber data, dan tidak memadai serta belum dewasanya
ilmu pengetahuan manusia yang terlibat di dalamnya.
Sekarang perkembangan dan penggunaan teknik analisis risiko sudah sangat canggih. Para evaluator investasi juga melakukan
berbagai modifikasi berdasarkan pengalaman dan dalam rangka untuk menyesuaikan dengan karakteristik lingkungan yang berubah
(Austin J.J and C.F. Sirmans, 1982: 62)
a. Pendekatan Konservatif
Prinsip dasar teknik ini sangat sederhana, yaitu memilih estimasi yang tinggi pada beaya (cash outflows) dan
mengevaluasinya dengan discount rate yang relatif tinggi. Walaupun teknik ini mudah dan menempatkan proyek dalam
lingkup yang aman, sebenarnya teknik ini tidak menerapkan suatu ukuran risiko, sehingga terlalu banyak penyimpangan
yang dapat terjadi.
Cara kerja metode ini adalah dengan menentukan sebuah risk-adjusted net present value (NPV) dari suatu investasi
properti dengan menggunakan risk-adjusted discount rate (RADR). Risk-adjusted NPV dapat ditentukan dengan
menggandakan adjusted discount rate dan besarnya modal (beaya) yang dibutuhkan untuk mewujudkan proyek itu.
(Haimlevy and Marshal S. 1989: 245-246).
Metode Risk-Free Discount Rate (RFDR) merupakan alternatif, di samping metode RADR, untuk merefleksikan
risiko dan arus kas. Prinsip dasar teknik ini adalah dengan mengkonversikan arus kas yang tidak pasti ke arus kas ekivalen
yang lebih pasti dari proyek yang dianalisis dengan menggunakan koefisien kepastian ekivalen. (Harrold E. Marshal:
1987). Koefisien ini berkisar antara 0,00 hingga 1,00 tergantung pada derajad kepastian yang sangat terkait dengan
pendapatan.
d. Decision Trees
Teknik ini merupakan satu dari sedikit metode yang memungkinkan pengambil keputusan membawa seluruh
kemungkinan hasil dari sebuah proyek ke dalam lingkungan yang tidak pasti.
Analisis dengan metode ini tidak menghasilkan suatu keputusan melanjutkan atau menolak proyek investasi.
Investor harus mengambil keputusan itu dengan pertimbangan yang lebih bersifat subyektif dari skema decision trees.
e. Analisis Kepekaan
Metode ini didefinisikan sebagai suatu proses evaluasi sejumlah parameter untuk menguji atau mengidentifikasi
pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai masukan (nilai NPV proyek) dalam proses evaluasi
sejumlah parameter tadi. Aplikasi sistematis dari perubahan-perubahan itu disebut sebagai analisis kepekaan (sensitivity
analysis). (Jeff Madura and E.T Veit 1988: 58). Tujuan teknik ini adalah mengevaluasi derajad perubahan NPV dan
memungkinkan pengambil keputusan mengidentifikasi sejumlah alternatif NPV dan kemudian menentukan faktor yang
memberikan pengaruh terbesar. Untuk memperkecil jumlah variabel yang harus dimasukkan, estimasi dapat digolongkan
dalam tiga grup utama, yaitu skenario yang optimistik, realistik, dan pesimistik.
f. Analisis Probabilitas
Dibandingkan dengan cara sebelumnya, analisis probabilitas (probability analysis) merupakan metode yang lebih
rumit, tetapi merupakan metode yang baik dan banyak digunakan dalam analisis proyek properti. Analisis probabilitas,
tidak seperti analisis kepekaan, dapat dievaluasi secara langsung dengan menggabungkan probabilitas seluruh proses yang
dapat terjadi selama periode investasi proyek properti. Analisis ini membutuhkan seperangkat data yang harus ditentukan
dari distribusi probabilitas untuk membuat sebuah model probabilistik. Komputerisasi dibutuhkan untuk menghasilkan
distribusi probabilitas kumulatif.
Teknik simulasi Monte Carlo merupakan sebuah metode simulasi yang menggunakan angka random dan data
probabilistik dari distribusi probabilitas untuk menghitung arus kas dan NPV suatu proyek. Proses simulasi ini
memungkinkan sebuah model investasi dikembangkan dan diuji dengan seperangkat data historis untuk meyakinkan
bahwa model itu merefleksikan sesuatu yang aktual. (V.L. Gole, 1981: 204). Pengoperasian program komputer yang
sesuai akan sangat membantu penggunaan metode ini, sebab data numerik diseleksi secara random dari berbagai sumber
distribusi sebagai variabel masukan untuk mendapatkan hasil yang berpotensi terjadi dari setiap kombinasi data, seperti
equity investment ratio, square-root dimension of the property, dan metode depresiasi. Hasilnya berbentuk suatu distribusi
probabilitas dengan deviasi standar. Simulasi modelnya bergantung pada berulangnya proses random yang sama.
Terdapat lima prasyarat utama yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas setiap teknik analisis risiko. Kelima
prasyarat itu adalah accountability, economic viability assessment, contractual purpose, reliability, dan comprehensive analysis.
a. Accountability: Untuk proyek skala besar, seorang analis perlu menunjukkan bahwa ia sudah memasukkan
seluruh pertimbangan mengenai risiko yang mungkin terjadi, sehingga analisisnya dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai contoh, accountability untuk teknik konservatif dikatakan sebagai jelek, sebab si analis secara mudah
memasukkan discount rate yang tinggi dalam evaluasinya.
b. Economic Viability Assessment (EVA), untuk menjelaskan ini langsung dapat diberikan contoh sebagai berikut:
EVA analisis probabilitas lebih baik dari pada analisis kepekaan, karena yang pertama memasukkan lebih banyak
variabel risiko dari distribusi probabilitas yang bersifat stochastic.
c. Contractual Purpose, pengalokasian risiko dalam analisis risiko dapat digunakan dalam menentukan alternatif
kontrak dan kerangka hukum untuk proyek yang sedang dievaluasi, seperti pengalokasian risiko pada suatu
perusahaan asuransi.
d. Reability, derajad reliabilitas tergantung pada pertimbangan risiko dan akurasi kesimpulannya.
e. Comprehensive Analysis, diukur dengan ketersediaan (alternatif) keputusan yang harus diambil.
Kolom pertama, menjelaskan mengenai kebutuhan data probabilistik dan statistik. Kolom kedua, mengenai
kebutuhan pemakaian komputer dalam perhitungan evaluasi. Kolom ketiga, derajad kompleksitasnya. Kolom keempat,
menjelaskan sifat atau kelakuan risiko. Implisit berarti teknik yang bersangkutan tidak menyediakan ukuran pengambilan
keputusan. Keputusan diambil atas dasar attitude pengambil keputusan terhadap risiko. Sedangkan eksplisit berarti
tekniknya menyediakan ukuran secara kuantitatif, sehingga keputusan menjadi lebih terstandarisasi. Kolom kelima,
ukuran risiko, eksplisit berarti tekniknya menyediakan baik ukuran numerik (kuantitatif) maupun grafik. Sedangkan
implisit berarti tekniknya tidak menyediakan keduanya. Kolom keenam, menjelaskan mengenai kemungkinan masuknya
faktor subyektivitas pengambil keputusan. Kolom ketujuh memberikan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dalam
pemanfaatan teknik yang bersangkutan.
2.3.4.3 Keuntungan dan Kerugian Berbagai Teknik Analisis Risiko
METODE PENELITIAN
2. Society, masyarakat atau kumpulan manusia dari keluarga, tetangga, hingga warga sejagad dengan berbagai hubungan yang
kompleks dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, hukum dan politik
1. Shells atau ruang bangunan, dari bangunan hunian hingga gedung serta secara skala permukiman, kampung, kota dan
aglomerasi fisik wilayah, tempat manusia tinggal.
2. Network atau jaringan yang meliputi sarana dan prasarana berupa tempat manusia berkomunikasi dan sistemnya, jaringan
utilitass seperti air, listrik, dan lain-lain)
3. Nature atau alam sebagai natural environment, terdiri dari elemen biotik-abiotik, lingkungan fisik alam, klimatologis dan
habitat bagi makhluk yang menempatinya. Elemen ini juga mencangkup kondisi pengolahan alamiah seperti lading pertanian,
perkebunan, kehutanan, landscape sehingga untuk mengolah diperlukan sifat alami dan ekologi.
Variabel Nilai Keterangan
Man
Tingkat Pendidikan 4 11-15% Lulus SD
Tingkat Pendapatan 5 35% penduduk memiliki pendapatan >UMR 1-2 juta
Society 1
Shelter
Kualitas Struktur 2 11-30% bangunan terbuat dari tembok dan genteng
tanah
Jumlah KK 1 Satu bangunan terisi oleh 1 KK
Nature
Frekuensi Banjir 2 Terjadi 1-3 kali dalam setahun
Frekuensi Tanah Longsor 1 Tidak pernah terjadi
Frekuensi Kebakaran 1 Tidak pernah terjadi
Frekuensi Tsunami 1 Tidak pernah terjadi
Lokasi Permukiman 5 Permukiman terletak sekitar 50 meter dari bibir
pantai
Network
Kualitas Jalan 5 Jalan yang ada merupakan jalan tanah
Ketersediaan Listrik 5 Tidak ada sambungan listrik
Ketersediaan Air Bersih 3 Kebutuhan air bersih cukup terpenuhi
Tabel Identifikasi dan Penilaian Variabel
BAB 4
Hasil dan Penilaian Risiko
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana
banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di
permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi
dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur
sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan
berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir.
a. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya
berbentuk huruf V. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air
sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah
vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
b. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan
potongan melintangnya berbentuk huruf U. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan
induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air
meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing
sungai dan keluar dari alur sungai.
c. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif
sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf S yang dikenal sebagai meander.
Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal
sebagai dataran banjir. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan
dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
a. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila
muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai delta
sungai.
b. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah,
banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan
sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus
sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras
dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui
saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah
banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta.
Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung
berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin
ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih
disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan
lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di
Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Potensi merusak : Kemampuan penyebab bencana untuk menimbulkan tingkat kerusakan tertentu ringan serta jenis kerusakan harta
benda dari kerusakan.
Pengelolaan Risiko Bencana
Pikirkan bahwa masyarakat dan lingkungannya adalah terancam terhadap bencana dan bagaimana kesanggupan masing-masing melawan
akibat dari kerusakan oleh bencana.
Risiko (risk) : Kerusakan perumahan warga
Bahaya (hazard) : Potensi akan terjadinya kejadian alam atau ulah manusia dengan akibat negatif.
Keterancaman (vulnerability) : Akibat yang timbul dimana struktur masyarakat, pelayanan dan lingkungan sering rusak atau hancur
akibat dampak kedaruratan. Adalah kombinasi mudahnya terpengaruh (susceptibility) dan daya bertahan (resilience).
Resilience adalah bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap kehilangan, dan susceptibility adalah derajat mudahnya terpengaruh
terhadap risiko. Dengan kata lain, ketika menentukan keterancaman masyarakat atas dampak kedaruratan, penting untuk memastikan
kemampuan masyarakat beserta lingkungannya untuk mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana. Jadi dikatakan sangat terancam
bila dalam menghadapi dampak keadaan bahaya hanya mempunyai kemampuan terbatas dalam menghadapi kehilangan dan kerusakan,
dan sebaliknya bila kurang pengalaman menghadapi dampak keadaan bahaya namun mampu menghadapi kehilangan dan kerusakan,
dikatakan tidak terlalu terancam terhadap bencana dan kegawatdaruratan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Permukiman pesisir pantai Kondang Merak memiliki potensi bencana yang tergolong rendah, terbukti dalam sejarahnya tidak pernah
terjadi bencana bahkan kerusakan yang berarti. Satu-satunya bencana yang terjadi di permukiman ini hanyalah banjir rob. Banjir rob tersebut
pun tidak memberikan suatu kerugian tertentu karena hanya terjadi dalam durasi yang singkat. Akan tetapi mitigasi pada permukiman tetaplah
dibutuhkan apabila suatu waktu terjadi bencana. Penanggulangan bencana pada permukiman kondang merak masih kurang memadai karena jalur
evakuasi yang tidak jelas arahannya sehingga jika suatu saat terjadi bencana, terutama tsunami, sehingga dibutuhkan sebuah rekomendasi desain
permukiman yang tanggap akan bencana.
5.2 Arahan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, rekomendasi desain yang dibutuhkan pada lokasi kawasan studi adalah sebagai berikut.
a. Jalur evakuasi
b. Tanggul
Tanggul