Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok 2 :

1. MIRA SUSANTI 15601040037


2. NURAINI UMAR 15601040053
3. SAYUPI ASRI 15601040071
4. AYATUSY SYIFA 15601040077

Dosen Pengampu : Arief Ertha Kusuma, S.Pd., M.Pd.

Lokal : A1

Mata Kuliah : Profesi Kependidikan

TUGAS DAN PERAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR

GURU SEBAGAI DEMONSTRATOR

Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan


dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar-mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar
mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa
hasilnya interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi
pelajaran,melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Proses belajar-mengajar mempunyai makna yang lebih luas daripada pengertian


mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak
terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini
terjalin interaksi yang saling menunjang.

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan
tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Proses
dalam pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk
mencapai tujuan. Yang termasuk komponen belajar-mengajar antara lain tujuan instruksional
yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi
sebagai alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung
jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau
pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana.

A. Tugas Guru

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
mengembangkan keterampilan keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang
kemanusiaan di sekolah dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Tugas dan
peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan
komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju
kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang
tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu,
terlebih lebih pada era kontemporer ini.

B. Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


Menurut Adams dan Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain
guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.
Menurut Mukhlis, S.E peranan guru mencakup tiga belas hal yaitu :
1. Guru sebagai korektor
2. Guru sebagai inspirator
3. Guru sebagai informator
4. Guru sebagai organisator
5. Guru sebagai motivator
6. Guru sebagai inisiator
7. Guru sebagai fasilitator
8. Guru sebagai pembimbing
9. Guru sebagai DEMONSTRATOR
10. Guru sebagai pengelola kelas
11. Guru sebagai mediator
12. Guru sebagai supervisor
13. Guru sebagai evaluator

Yang akan dibahas di bawah ini adalah peran guru sebagai demonstrator.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demonstrator merupakan orang yang
melakukan demonstrasi, dimana demonstrasi merupakan peragaan yang ditunjukan dengan
melakukan suatu cara cara menerapkan sesuatu. Dalam hal ini, artinya guru berperan
sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya mampu dan terampil dalam
memahami kurikulum, dan senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa, apalagi untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami
anak didik, guru harus berusaha membantunya dengan cara memeragakan apa yang
diajarkan secara didaktis (mendidik). Dengan demikian, anak didik akan lebih mudah
memahami apa yang diajarkan sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan
pemahaman muridnya.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
mengubah atau menggeser peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi
pembelajaran di depan kelas (demonstrator) menjadi fasilitator. Sehubungan dengan itu,
sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu
menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah.
Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran sehingga
proses belajar-mengajar menjadi lebih menarik.

1. Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang


dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang
sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
2. Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang telah dipelajari secara jelas dan sederhana,
dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh
peserta didik.
3. Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.
4. Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu
konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan
yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan
yang lebih besar.
5. Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang
dipelajari menjadi lebih jelas.
6. Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan: memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan setiap
masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
8. Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap
keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai
sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang
bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan
materi standar.
11. Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi
baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
12. Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
hidup melalui antusias dan semangat.

C. Kendala dalam Peranan Guru sebagai Demonstran

1. Berpikir Egosentris, artinya guru seperti itu berpikir hanya menurut dirinya sendiri.
Dalam mengajar guru ini tidak memperhatikan suasana kelas apakah siswanya siap
untuk menerima pelajaran atau tidak. Guru harus menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa sehingga materi yng disampaikan oleh guru dapat dengan
mudah dimengerti oleh siswa tanpa harus guru mengulang penyampaian materinya
dan menyalahkan muridnya ketika ada murid yang sulit untuk memahami materi
yang disampaikan.
2. Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya dan
merasa apa yang disampaikan adalah sesuatu yang paling benar serta harus diterima.
Seharusnya antara guru dan siswa saling berbagi ilmu.
3. Tidak menguasai materi. Saat proses pembelajaran seharusnya guru tidak lagi
membawa setumpuk buku dan membaca buku saat mengajar di depan kelas sehingga
hal ini menyebabkan kurangnya konsentrasi terhadap materi dan siswanya.

DAFTAR REFERENSI

Isjoni. 2007. Dilema Guru Ketika Pengabdian Menjadi Kritikan. Sinar Baru Algesindo:
Bandung.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Subini, Nini. 2012. Awas Jangan Jadi Guru Karbitan!. PT Buku Kita: Jakarta.

Usman, Moh. Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional Edisi 2. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.

Wahyu, Y. Istiyono dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Karisma
Publishing Group: Batam.

Anda mungkin juga menyukai