Anda di halaman 1dari 20

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anatomi dan morfologi yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur

organisme atau makhluk hidup. Unggas terdiri atas berbagai macam organ dengan

berbagai macam peranan dalam mencukupi kebutuhan kehidupan secara normal.

Pada praktikum ini diamati bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior ayam.

Ayam yang menjadi bahan praktikum yaitu ayam kampung, ayam broiler dan

ayam layer.

Tubuh ayam bagian luar terdiri dari daerah kepala, badan, ekor dan kaki yang

ditutupi oleh bulu dan kulit serta derivat-derivatnya yaitu jengger, pial, paruh,

kuping, kuku dan sisik. Terdapat perbedaan anatomi dan morfologi tubuh antara

ayam jantan dan betina, begitu juga dengan antar jenis ayam.

Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengetahui dan memahami

bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior ayam beserta fungsinya serta

mengetahui perbedaan antara ayam jantan dan betina, antar jenis ayam dengan

melihat bagian-bagian anatomi dan morfologi ayam.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perbedaan antara ayam jantan dan betina.

2. Bagaimana perbedaan antara ayam broiler, layer dan kampung.

3. Bagaimana bulu berdasarkan struktur dan letak.

4. Bagaimana kerangka ayam.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui perbedaan antara ayam jantan dan betina.

2. Mengetahui perbedaan antara ayam broiler, layer dan kampung.


3. Mengetahui bulu berdasarkan struktur dan letak.

4. Mengetahui kerangka ayam.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah menambah ilmu

mengenai bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior pada ayam, sehingga

praktikan diharapkan mampu memahami ciri-ciri ayam jantan dan betina,

perbedaan setiap jenis ayam, dan mengetahui ciri-ciri pada ayam yang

berkaitan dengan produksi sehingga dapat menghasilkan produksi yang

diinginkan.

1.5 Waktu dan Tempat

1. Hari/Tanggal : Senin, 5 Maret 2017

2. Waktu : 07.30 10.00 WIB

3. Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Gd. 4

Lt. 2 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.


II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Ayam Buras Jantan dan Betina

Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah

atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau atau green jungle

fowls (Gallus varius). Awalnya, ayam tersebut hidup di hutan, kemudian

didomestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan. Ayam kampung

merupakan ayam asli yang sudah beradaptasi dengan lingkungan tropis Indonesia.

Masyarakat pedesaan memeliharanya sebagai sumber pangan keluarga akan telur

dan dagingnya (Yaman, 2010).

Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan, dan

perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan

yang kompak dan susunan otot yang baik. Badan ayam kampung kecil, baik itu

ayam penghasil telur maupun pedaging. Bentuk tubuh ayam kampung tidak dapat

dibedakan karena memang ayam kampung tidak dibedakan atas penghasil telur

atau daging (Rasyaf, 1998). Kepala ayam kampung betina berukuran lebih kecil

dibandingkan dengan kepala ayam kampung jantan (Sarwono, 1991).

Ayam kampung mempunyai warna bulu beragam (hitam, putih, cokelat,

kuning dan kombinasinya), kaki cenderung panjang dan berwarna hitam, putih,

atau kuning serta bentuk tubuh ramping. Ayam kampung asli Indonesia yang

sudah banyak dikenal misalnya ayam pelung, ayam kedu, ayam merawang, dan

ayam Sentul (Suharyanto, 2007). Lasley (1978) menyatakan bahwa sifat-sifat

yang penting untuk penentuan morfologi pada ayam diantaranya adalah bobot

badan, panjang tulang femur, tibia dan tarsometotarsus, lingkar tulang


tarsometotarsus, panjang jari kaki ketiga, panjang sayap, panjang paruh (maxsilla)

dan tinggi jengger. Penampilan ukuran-ukuran tubuh tersebut selain dipengaruhi

oleh sifat genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan.

2.2 Ayam Layer

Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang

ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Ayam yang terseleksi

untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk

produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan

pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam

petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga

menghasilkan ayampetelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali

persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan. Inilah yang

kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul (Prihatman,2000). Ayam petelur

adalah ayam dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan

merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan kembali (Sudaryani

dan Santosa, 2000)

Ayam petelur adalah ayam yang khusus dibudidayakan untuk

menghasilkan telur secara komersil. Saat ini terdapat dua kelompok ayam petelur

yaitu tipe medium dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna

kerabang cokelat sedangkan tipe ringan bertelur dengan warna kerabang putih

(North and Bell, 1990).

Selanjutnya Rasyaf (2001) menyatakan ayam petelur tipe medium disebut

juga ayam tipe dwiguna atau ayam petelur cokelat yang memiliki berat badan

antara ayam tipe ringan dan ayam tipe berat. Ayam dwiguna selain dimanfaatkan
sebagai ayam petelur juga dimanfaatkan sebagai ayam pedaging bila sudah

memasuki masa afkir.

2.3 Ayam Broiler

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu

pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia

yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta

menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992). Hardjoswaro dan

Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam

kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan

daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar,

pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam

mengubah ransum menjadi daging.

Menurut Anggorodi (1994), ayam pedaging merupakan ayam jantan dan

betina yang memiliki sifat pertumbuhan atau pertambahan bobot badan yang cepat

pada umur 8 minggu mencapai berat 2,1 kg serta efisien dalam menggunakan

ransum dengan kadar energi tinggi. Ayam pedaging memiliki banyak kelebihan

yaitu pertumbuhannya cepat dan efisien dalam mengubah makanan menjadi

daging. Ayam pedaging juga mempunyai kelemahan yaitu mudah mengalami stres

akibat panas dan mudah terserang penyakit akibat virus, bakteri, kapang dan lain-

lain. Hal ini bisa terjadi karena ternak tersebut mengalami penurunan daya tahan

tubuh yang diduga akibat terjadinya interaksi dengan lingkungan yang kaya

dengan radikal bebas.


2.4 Kerangka Ayam

Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan

timbangan berat yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini

memungkinkan bangsa burung memiliki kemampuan untuk terbang atau berenang

bagi unggas air. Tulang punggung didaerah leher dan otot dapat digerakkan.

Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku yang memberikan

kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan aktifitas

sayap (Akoso, 1993). Tulang-tulang hampir semua jenis unggas adalah bersifat

pneumatik (berongga). Rongga ini berhubungan dengan sistem pernafasan yang

memungkinkan seekor burung dengan satu sayap yang patah untuk bernafas

melalui sayap. Dua belas persen struktur tulang pada ayam adalah tipe tulang

meduler yang unik. Ini merupakan suatu jaringan tulang yang kecil sekali yang

mengikat struktur beringga bersama-sama dengan sumsum tulang dan bagi unggas

liar berguna sebagai suatu substansi untuk pembentukan telur bila kadar kalsium

dalam pakannya rendah (Blakely and Bade, 1991). Tulang mengandung sel-sel

hidup dan matrik intraseluler yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat

menyusun sekitar 80% bahan mineral dan sisanya sebagaian beasr terdiri dari

kalsium karbonat dan magnesium fosfat (Frandson, 1992).

Rongga sunsum tulang ayam betina selama masa bertelur disusupi oleh

sistem tulang sunsum yang terdiri atas kalsium tulang. Bagian ini mengisi ruang

sumsum dengan anyaman tulang yang lembut kecil dan berfungsi untuk

membentuk kulit telur bila kalsium yang tersedia dalam pakan rendah. Tulang

sumsum ini terdapat pada ayam betina yang secara fisiologis normal, tetapi tidak

terdapat pada ayam jantan. Sumsum tulang terdapat dalam tulang kering, tulang

paha, tulang pinggul, tulang dada, tulang iga, tulang hasta, tulang belikat dan
kuku. Anak ayam sewaktu tumbuh dewasa, yakni sekitar 10 hari menjelang

pembentukan telur yang pertama, mulai menampung tulang sunsum. Pada ayam

liar, tulang-tulang ini menghasilkan kalsium yang cukup untuk membentuk

kerabang bila kadar kalsium yang dimakan selama bertelur rendah. Timbunan

kalsium tulang ayam betina piaraan hanya adapat mencukupi pembentukan

beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium rendah, maka setelah ayam

bertelur kurang lebih 6 butir, akan kehilangan sekitar 40% dari total kalsium

tulang (Akoso, 1993).

Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong

tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel

darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan

meringankan tubuh saat terbang. Secara garis besar susunan tulang ayam.

Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Menrut Alexa

(2009), tulang merupakan materi yang keras dan kaku yang membentuk rangka

dalam pada hewan maupun manusia. Susunan tulang yang membentuk rangka

keras dari seekor hewan dinamakan skeleton. Sistem Kerangka ayam terdiri dari

tulang kepala, tulang leher, tulang sayap, tulang dada, tulang kaki, tulang

belakang. Sistem kerangka berfungsi menjaga bentuk tubuh, menyanggah daging,

melindungi organ vital dan sebagai alat gerak (Fadillah, 2007).


III

ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat

1. Baki atau nampan.

2. Pita Ukur.

3.2 Bahan

- Ayam Ras Pedaging/Broiler

- Ayam Ras Petelur/Layer

- Ayam Kampung Jantan

- Ayam Kampung Betina

3.3 Prosedur Kerja

1. Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam.

2. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat

praktikum objek akan ditukar.

No Pengamatan Prosedur

1. Seluruh Tubuh Ayam 1. Menempatkan ayam di atas baki dan

Mengusahakannya dalam keadaan tenang.

2. Menggambar dan menyebutkan

anatominya.

2. Kepala 3. Kemudian menggambar kepala dan

bagiannya.

4. Mengamati bagian-bagian dari kepala

seperti jengger dan menyebutkan jenis

jenggernya.
5. Mengamati bagian-bagian lainnya seperti

paruh, pial, cuping, telinga, mata.

3. Bulu 6. Mengamati seluruh tubuh ayam yang

berbulu, membedakan di bagian mana

terdapat bulu kontur, plumulae, dan

filoplumulae.

7. Memperhatikan bulu sayap mana bulu

sekunder, primer dan bulu axial kemudian

menggambarnya.

8. Mencabut salah satu bagian bulu sayap

kemudian menggambar dan menulis

bagian-bagianya.

4. Kaki 9. Menggambar bagian kaki dan

menyebutkan bagiannya.

10. Mengamati pigmentasi kaki.

11. Mengukur panjang shank, kemudian

membedakan dari ketiga jenis ayam yang

saudara amati.
IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Sifat Kualitatif

No Jenis Ayam Pengamatan

1. Broiler - Warna Bulu : Putih

- Warna Kaki : Kuning

- Warna Kulit : Putih

- Bentuk Jengger : Single

2. Layer - Warna Bulu : Coklat

- Warna Kaki : Kuning Pucat

- Warna Kulit : Putih

- Bentuk Jengger : Single

3. Kampung Betina Sentul - Warna Bulu : Coklat Putih

- Warna Kaki : Kuning

- Warna Kulit : Putih

- Bentuk Jengger : Pea

4. Kampung Jantan - Warna Bulu : Putih Hitam

- Warna Kaki : Hitam

- Warna Kulit : Putih

- Bentuk Jengger : Single


Sifat Kuantitatif

No Jenis Ayam Pengamatan

1. Broiler Berat Badan : 1000 gram

Ukuran-ukuran Tubuh :

- Panjang Leher : 7 cm

- Panjang Punggung : 17 cm

- Panjang Paha Bawah : 6 cm

- Panjang Kaki : 5 cm

- Lingkar Dada : 27 cm

- Lingkar Kaki : 4 cm

2. Layer Berat Badan : 2150 gram

Ukuran-ukuran Tubuh :

- Panjang Leher : 11 cm

- Panjang Punggung : 22 cm

- Panjang Paha Bawah :10 cm

- Panjang Kaki : 7 cm

- Lingkar Dada : 38 cm

- Lingkar Kaki : 4 cm

3. Kampung Betina Sentul Berat Badan : 900 gram

Ukuran-ukuran Tubuh :

- Panjang Leher : 11 cm

- Panjang Punggung : 19 cm
- Panjang Paha Bawah : 11 cm

- Panjang Kaki : 9 cm

- Lingkar Dada :

- Lingkar Kaki :

4. Kampung Jantan Berat Badan : 2150 gram

Ukuran-ukuran Tubuh :

- Panjang Leher : 15 cm

- Panjang Punggung : 28 cm

- Panjang Paha Bawah : 15 cm

- Panjang Kaki : 8 cm

- Lingkar Dada : 39 cm

- Lingkar Kaki : 5 cm

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kualitatif dan Kuantitatif


No. Pengamatan Hasil Pengamatan

Broiler Layer

1. Seluruh

Tubuh Ayam

2. Kepala
3. Bulu

4. Kaki

Tabel 2. Hasil Pengamatan


4.2 Pembahasan

4.2.1 Perbedaan Anatomi Ayam Jantan dan Betina

4.2.2 Perbedaan Ayam Broiler, Layer, Kampung

4.2.3 Bulu Berdasarkan Struktur dan Letak

Bentuk bentuk bulu

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bentuk bentuk bulu pada

unggasyaitu plumae, plumulae, filoplumulae. Hal ini sesuai dengan Suprijatna

(2005) yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk bulu dewasa pada unggas yaitu

plumae, plumulae dan filoplumulae.

Plumae (contour feathers) adalah bulu penutup tubuh paling luar. Terdiri dari

empat bagian yang membedakannya dengan jelas, yaitu quill, rachis, fluff, dan

web. (Suprijatna, 2005)

Plumulae adalah bulu yang terletak dibagian bawah bulu penutup tubuh,

berbentuk halus, dan memiliki rachis yang lebih pendek.

Filloplumulae adalah bulu halus yang terletas diseluruh permukaan tubuh, terlihat

jelas pada DOC (Suprijatna, 2005)

Letak Bulu

Berdasasrkan praktikum yang telah dilakukan, bulu berdasarkan letak terdiri atas

remiges, retrace, tectrices, parapterium dan . Hal ini sesuai dengan (Radiopoetro,

1991) yang menyatakan bahwa bulu berdasarkan letak dibedakan menjadi

remiges (bulu-bulu pada sayap), retrices (bulu-bulu pada ekor), tectrices (bulu-

bulu lain yang menutup badan), parapterium (bulu-bulu pada bahu antara badan
dan sayap) dan alula atau alaspuria yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari

kedua pada ekstremitas superior. Bulu remiges atau bulu sayap terdapat tiga

bagian yaitu bulu primer, axial, dan sekunder.

Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin. Bulu berfungsi

sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur, identifikasi penyakit,

defisiensi nutrien dan produksi telur (North, 1978). Menurut Nesheim et al.

(1972) bahwa struktur dan bentuk bulu ukurannya bervariasi pada bagian-bagian

tubuh ayam, dan dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin antara ayam

jantan dan betina terutama pada bulu-bulu leher, sayap dan ekor. Bulu-bulu besar

pada sayap dan ekor pada waktu dan umur tertentu akan meluruh dan tumbuh

kembali, hal ini menunjukkan waktu tertentu ayam petelur saat keluar dari masa

produksi telur. Menurut North (1978) proses dari peluruhan bulu hingga

tumbuhnya bulu baru tersebut disebut molting dan proses ini dibawah kontrol

kerja hormon. Penentuan jenis kelamin ayam juga dapat ditentukan dengan

adanya gen sex likage dengan melihat pertumbuhan bulu dan warna bulu

(Nesheim et al., 1972).

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed.
Lea and Febiger, Philadelphia.

North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.
Co. Inc., Westport, Connecticut.

Radiopoetra, 1991. Zoologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.


4.2.4 Rangka Ayam

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Akoso, Budi Tri. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.


Anggorodi. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.

Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajdah Mada University
Press. Yogyakarta.
Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih, M. S.. 2000. Meningkatkan Produksi Daging.
Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Murtidjo, M. A. B. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production. New York.
Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging Cetakan ke-XX. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras. Cetakan ke 3. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sudaryani, T. dan Santoso. 2000. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Suharyanto, A. A. 2007. Panen Ayam Kampung dalam 7 Minggu Bebas Flu
Burung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yaman, M, Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN

No. Nama NPM Tugas

1. Regina Nurfasa P. 200110150 Tinjauan Pustaka

2. M. Ikhsan Maulana 200110150225

3. Silalahi Maria K. 200110150226

4. Farhan Yodha R. 200110150227

5. Aisyah Ananda N. 200110150228

6. Novita Madya L. 200110150229 Tinjauan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai